4

70 9 0
                                    

Sha

Seminggu telah berlalu sejak saat itu. Sejak aku bersama Yudha di perpustakaan dengan keadaan canggung. Aku bersama teamku sudah melakukan banyak pekerjaan pula untuk memenuhi tugas kami di Lebanon. Dan dengan Yudha? Aku bahkan belum banyak mengobrol dengannya meskipun kami satu markas. Ketika bertemu Yudha hanya menyapaku dengan sopan saja tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Malam ini sebelum tidur aku melakukan skincare routineku terlebih dahulu. Dila sudah tidur duluan dengan menyelimuti tubuhnya. Ngomong – ngomong aku jadi rindu tanah air. Rindu keluarga dan rindu teman pula. Aku sering berkirim pesan dengan ibu dan bapakku terkadang video call juga. Lalu dengan teman – teman seperti contohnya Arini. Selalu saja dia memintaku untuk berjanji kalau pulang dari Lebanon harus nyebar undangan nikah. Dipikir nikah gampang kali.

Tentang Madam Alida. Aku menjadi sangat dekat dengannya. Setiap saat dia selalu berkirim pesan denganku jika ada kesempatan. Beliau juga membantuku bersama rekanku pula dalam mengerjakan pekerjaan kami sebagai jurnalis. Terkadang beliau juga seringkali menjadi narasumber kami. Melalui Madam Alida pula aku secara kebetulan menjadi tahu sebab putusnya Yudha dengan mantan kekasihnya yang menurutku wanita yang sangat sempurna itu. Udah dokter, cantik pula. Salahkah aku jika dalam otakku berkata bahwa tentara pasti pasangannya dokter. Apalah aku yang hanya butiran marimas. Pantas saja Yudha sangat cuek dengan wanita disekitarnya kalau mantan kekasihnya saja sangat cantik bak artis – artis tanah air. Kebetulan Madam Alida menunjukkan foto profil whatsapp Yudha yang dulu sebelum diganti.

"Sha. You such a humble and beautiful girl. Yudha is the best choice for you" ucap Madam Alida kala itu saat aku bertamu di rumahnya sedangkan rekanku yang lain masih sibuk dengan kegiatannya contohnya Dila yang waktu itu nyeri datang bulan lalu Madam Alida berbaik hati meminjamkan kamarnya untuk Dila beristirahat sedangkan aku diajak mengobrol oleh beliau.

Tapi bila kupikir lagi, meskipun aku menyukai Yudha mana mungkin Yudha dapat menyukaiku. Hal itu bagaikan berlian dan perak. Tentu nilainya akan lebih tinggi berlian. Yudha pernah merasakan bersama wanita yang super sempurna yaitu mantan kekasihnya yang cantik karna itu kuanggap mantan kekasihnya berlian sedangkan aku mungkin hanyalah perak yang nilainya lebih rendah. Ya kali perak. Mungkin perak masih terlalu tinggi untukku. Mungkin Yudha suatu saat akan menemukan berlian itu lagi yang pantas bersanding dengannya.

Terdapat notif yang tertera di layar ponsel. Ah, Arini ternyata mengirimiku sebuah whatsapp.

Arini : Sha, lagi apa? Lo belum tidur kan?

Dengan cepat kubalas pesan Arini itu

Me : belum, Rin. Gue masih belum bisa tidur

Arini : Sha, lo tau gak sih. Gue hari ini seneng banget. Suami gue balik dari Kalimantan langsung ajak gue dinner

Me : wah bagus tuh quality time sama suami lo biar lo gak galau lagi

Arini : iya nih. Alhamdulilah. Meskipun agak canggung sih tapi gak papa gue seneng kayak ngulang jaman pacaran dulu hehe

Me : bagus deh. Mumpung momennya tahun baru hehe.

Arini : ya kali lo. Tahun baru sendirian aja while temen – temen lo udah punya pasangan. Anyway, Sha. Lo gak ada cerita gitu selama di Lebanon. Bukan cerita tentang liputan lo bareng tim loh ya. Cerita tentang cowok mungkin, Sha?

Sungguh kali ini aku tidak mood membahas soal ini apalagi setelah melihat foto mantan kekasih Yudha yang super sempurna itu.

Me : gak ada, Rin. Udah yah, disini udah malem banget. Good night.

The Expected FaithTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang