Sha
Tempat yang telah ditentukan untuk bertemu Mas Yudha adalah di depan tenda medis. Kebetulan hari ini juga ada agenda rutin pemeriksaan gratis bagi para warga sekitar dan sekitar satu jam lagi agenda ini akan dimulai.
"Sha, we need to talk" ucap Mas Yudha tanpa basa – basi saat aku baru saja sampai. Aku mengangguk tanda menyanggupi tanpa bicara
"kamu selalu menghindar akhir – akhir ini" ucapnya dan aku masih diam
"kamu kenapa sih, Sha?" ucapnya dengan nada yang tidak begitu tinggi tapi terdengar seperti frustasi. Kini saatnya aku yang berbicara
"menurut Mas saya kenapa? Menurut Mas memang mudah menyembuhkan sakit hati?" ucapku dengan tegar dan kubalik bertanya
"Sha—" ucapnya kali ini lebih lembut dan aku potong
"mungkin saya yang harus sadar diri saat ini. Saya masih berusaha move on dari kamu, Mas" lanjutku
Detik ini pula, aku akan berusaha untuk sadar diri meskipun susah. Loving someone whose high grade is not easy. Mas Yudha paket calon imam sempurna dan akan mendapatkan makmum yang sebanding dengannya. Wanita baik akan bersanding dengan pria baik bukan? Kalau aku wanita baik kenapa Mas Yudha menolakku malam itu, huh?
Semoga misi 'sadar diriku' berhasil dalam waktu singkat.
"Sha. Saya gak nyaman kalau kita saling menghindar. Tolong jangan seperti ini lagi" mohonnya
"saya butuh waktu, Mas. Maaf" ucapku tegas padhal dalam hati aku rapuh
Mas Yudha mendekat dan mengeluarkan spidol dari saku baju lorengnya. Tanpa kata Mas Yudha menggapai tanganku dan aku kaget.
Mas Yudha mencatatkan nomer telpon yang membuatku bingung.
"kalau kamu butuh sesuatu atau dalam kondisi buruk dan butuh bantuan hubungi saya saja" ucapnya sambil menuliskan nomer telponnya
"lewat DM kan bisa kayak semalam" ucapku cuek
"ribet, Sha. Emang kamu kalau terdesak banget masih sempet buka instagram?" tanyanya menatap padaku dan aku hanya diam tanpa ingin menjawabnya
Aku tak ingin berlama – lama dengannya dan memilih lebih baik menghindar saja demi misi 'sadar diriku'.
"Mas saya pamit duluan yah. Udah ditunggu Agus buat briefing" ucapku singkat dan Mas Yudha mengangguk lalu membiarkanku pergi
Berbicara dengannya setelah sekian lama membuat perasaanku semakin tumbuh saja. Ya Tuhan, padhal seharusnya mulai saat ini aku harus move on dan melupakan Mas Yudha bukan malah semakin mencintainya. Perasaan macam apa ini? sudah ditolak malah makin tidak tau diri dengan semakin menyimpan rasa dengan Mas Yudha. Perempuan macam apa sih aku ini?
***
Agenda kerjaku hari ini yaitu ke tempat para pengungsi Palestina. Sebenarnya ini sudah kali kedua team jurnalis datang ke tempat ini tetapi seperti yang diketahui bahwa jumlah pengungsi semakin bertambah seiring dengan terjadinya perang di negara mereka. Aku turut prihatin dengan mereka.
"so these are the victim of the warfare in Palestine. They have been trauma cause many thing. A few of them – ladies had a sexual abuse. Its so ironic" jelas salah satu seorang aktivis perlindungan perempuan yang menemani kami melihat kondisi – kondisi para korban peperangan terutama perempuan dan anak – anak.
Aku melihat seorang perempuan kira – kira seumuran denganku. Dia selalu memandang ke depan tetapi kulihat tatapannya kosong.
"she was a victim of sexual abuse" jelas aktivis yang menemaniku

KAMU SEDANG MEMBACA
The Expected Faith
RomanceBercerita tentang tugas yang diemban oleh kedua insan manusia di negara asing yang mengemban misi perdamaian dunia selama satu tahun hingga hati mereka berdua yang berdamai dengan bersandingnya cinta yang tulus di hati mereka. Sharmila Amalia Kamil...