Yudha
Kondisi Sha saat ini sangat lemah. Aku masih menunggu di luar dengan cemas. Dokter yang menangani Sha tadi baru saja melaporkan kondisi Sha kepadaku.
"Sha bakal baik – baik saja" ucap Rizal yang baru datang sambil melepas rompi anti peluru
"semoga saja" ucapku pasrah
Aku menangkup wajahku. Rasanya tidak kuat melihat wanita yang kucintai harus merasakan kekejaman yang dilakukan oleh mereka yang tidak manusiawi. Aku yakin para tentara Israel pasti sudah melakukan kekerasan kepada Sha.
Bertahanlah Sha. Aku selalu menunggu kamu. Kamu belum dengar sendiri bukan kalau aku mencintaimu?
***
Waktu menunjukkan sudah malam hari dan kali ini aku berada di markas. Kondisi masih belum stabil saat ini sehingga penjagaan semakin diperketat. Aku berjalan di area seputar markas dan menemukan para team jurnalis berkumpul jadi satu di dalam tempat yang dihuni oleh Agus dan kawan – kawannya. Disitu juga ada teman sekamar Sha yang berhasil lolos kemaren. Satu hal yang kutahu saat ini, mereka sedang bersedih karena salah satu rekan mereka yaitu Sha yang tak lain wanita yang aku cintai sedang dirawat karena peristiwa yang terjadi kemaren dan berlanjut tadi pagi.
"malam semua" sapaku pada mereka dengan ramah
"malam" balas mereka semua kepadaku. Aku ikut bergabung dengan mereka
"ada apa ini kok pada ngumpul?" tanyaku pada mereka
"kita abis doa bersama buat Sha, Kapt. Oh ya gimana Sha?" tanya ketua team jurnalis kepadaku
"Sha belum sadar dan masih ditangani. Saya tadi juga belum bisa lihat Sha" ucapku ikut bersedih pula
"emang mbak Sha kondisinya parah banget?" tanya Dila
Aku berpikir sebelum menjawab dan aku mengangguk kecil. Dila langsung menangis seketika dan yang lainnya pun juga ada yang menangis.
Aku pun sama dengan mereka. Sama – sama sedih mengetahui kondisi Sha.
"berdasarkan yang saya lihat ketika saya menyelamatkan Sha, dia disiksa dan akhirnya Sha ditembak di bagian perut" ucapku turut bersedih pula
"maaf kami belum bisa menolong Sha" sesalku pada mereka semua
Agus menepuk pundaku. Aku bingung kenapa dia begitu simpati kepadaku.
"anda sudah berusaha, Kapt. Its okey. Sha pasti juga mengapresiasi perjuangan anda" ucap Agus dan aku mengangguk
Aku teringat sesuatu. Kerudung Sha lepas saat itu dan sampai saat ini dia belum menggunakan kerudung sama sekali. Aku tidak mau bagian aurat Sha terus terbuka terlebih dia wanita yang sudah berhijab.
"oh ya Dila. Ehm, saya boleh minta kerudung Sha?"
"untuk apa, Mas?"
"saat saya sampai di lokasi kerudung Sha sudah terlepas—" belum selesai aku bercerita Dila sudah memotong
"apa mbak Shaa.....diperkosa?" tanya Dila sambil menangis
Aku pun berpikir demikian dan masih bertanya – tanya. Ya Tuhan aku mohon dugaanku yang tidak – tidak segera terhapuskan.
"saya belum tahu, Dil" ucapku pasrah tapi berusaha tetap tegar
Dila akhirnya bangkit dan berjalan menuju kamarnya beserta Sha dan aku mengikutinya. Aku menunggu di luar kamar mereka ketika Dila masih mengambilkan kerudung Sha untuk aku bawa nanti.
Dila keluar dan membawakan kerudung segi empat untuk Sha dan menenteng ponsel juga.
"Mas, orang tuanya mbak Sha dari kemaren telpon terus. Aku gak berani jawab" ucap Dila sambil memperlihatkan ponsel Sha kepadaku
Aku mengambill ponselnya dan melihat tulisan 'ibu' telah menghubungi sebanyak dua puluh kali. Pastilah orang tuanya sudah sangat khawatir apalagi berita tentang kejadian di Beirut sudah tersebar di berbagai negara saat ini.
"boleh saya bawa ponsel Sha? Biar saya yang urus" tawarku pada Dila dan Dila menyetujuinya. Aku pun berterima kasih pada Dila dan berlalu untuk menyimpan barang Sha yang akan aku bawa ke rumah sakit setelah aku berjaga malam ini.
***
Ada sedikit waktu untuk mengunjungi Sha di rumah sakit sebelum aku kembali bertugas lagi. Aku memasuki ruangan Sha dan berniat ingin melihat kondisinya. Kata salah satu rekanku Sha sudah boleh dijenguk tapi dia masih belum sadarkan diri.
Belum sempat aku duduk pintu ruangan Sha dirawat sudah diketuk oleh seseorang. Otomatis aku membuka pintu tersebut.
"selamat malam. Izin, Madam Alida ingin bertemu dan sudah menunggu anda di luar" lapor salah satu anggota kepadaku
Aku jadi bingung. Suasana saat ini masih mencekam dan kenapa Madam Alida nekat sekali ke rumah sakit.
"boleh aku lihat Sha?"
Madam Alida tiba – tiba muncul dan aku mengangguk mempersilahkan.
Madam Alida sudah melihat Sha dan duduk disamping ranjang Sha. Dia memegang tangan Sha dan sepertinya sedang berdoa.
"kamu yakin tidak mencintai Sha?" tanyanya tiba – tiba
"Dia cantik sekali, Yudha. Kau yakin tidak bisa mencintai wanita secantik ini?"
"Sha pernah bilang kepadaku bahwa kau tidak akan bisa mencintainya"
Aku terdiam dengan ucapan – ucapan Madam Alida barusan. Rasanya penyesalan datang kepadaku. Harusnya aku sadar bahwa aku mencintainya sebelum hal keji yang menimpa Sha ini terjadi. Ini semua salahku. Aku selalu terbayang – bayang dengan pengkhianatan Karina dulu yang meninggalkanku dengan pria lain.
"bagaimana kalau saya mencintai dia, Madam? Apa Sha masih mau menerima saya?" tanyaku masih mematung di depan Sha yang tidak sadarkan diri
"hey, Sha hanya butuh dicintai dengan tulus bukan karena embel – embel merasa bersalah atau kasihan" ucap Madam Alida. Ya Tuhan saat ini aku ingin berteriak saja. Kenapa Madam Alida malah berbicara seperti itu? Apa karena aku baru mengungkapkannya sekarang disaat Sha dalam keadaan miris seperti ini?
"saya tulus, Madam" ucapku tegas
"kalau kamu tulus mencintai Sha maka buktikan, Yudha" ucap Madam Alida tegas kepadaku
Aku akhirnya memilih duduk di sofa sembari menenangkan pikiranku. Aku yakin Tuhan pasti tahu kalau aku tulus mencintai Sha bahkan aku mencintai Sha sangat dalam.
Pintu ruangan Sha terketuk lagi dan aku membukanya. Dokter tersebut mengucapkan salam dan aku membalas salamnya. Madam Alida sudah berdiri dari kursinya dan berbicara dengan dokter tersebut dengan bahasa arab yang belum banyak aku pahami. Apapun itu aku ingin tahu kondisinya Sha secara akurat.
"Madam tolong tanyakan, apakah Sha mengalami pelecehan seksual?" tanyaku dan Madam Alida pun bertanya kepada dokter tersebut menggunakan bahaasa arab.
Madam Alida tersenyum lega dan aku bisa membaca artinya.
"alhamdulilah" gumamku lirih
Hal menandakan Sha belum diperlakukan sangat keji oleh mereka. Aku tidak bisa membayangkan jika Sha harus mengalami hal mengerikan tersebut yang akan berdampak seumur hidup.
***
Hi guys, its been very long time no see. Aku seneng baca komen kalian yang nungguin buat up hehe. Anyway, I waste my time to read a lot of journal and news to make this realistic ya meskipun sengaja maupun tidak pasti cerita ini akan ada ketidaksempurnaannya maupun melenceng sih hehe.
I hope you enjoy this story...

KAMU SEDANG MEMBACA
The Expected Faith
عاطفيةBercerita tentang tugas yang diemban oleh kedua insan manusia di negara asing yang mengemban misi perdamaian dunia selama satu tahun hingga hati mereka berdua yang berdamai dengan bersandingnya cinta yang tulus di hati mereka. Sharmila Amalia Kamil...