Sha
Bingung. Satu kata yang terlintas di pikiranku. Kalau aku yang berusaha PDKT kepada Mas Yudha seperti saran dari Dila dan Agus maka aku harus memulai dari mana? Aku juga masih termasuk orang dengan mindset tradisonal – anggaplah begitu, karena aku berpedoman bahwa yang harus PDKT duluan itu laki – laki bukan perempuan. Perempuan hanya menunggu saja. Itulah mindsetku saat ini.
Aku juga tipe orang yang suka malu, jadi mana mungkin aku duluan yang make a move. Itu tidak mungkin sepertinya.
Siang ini aku sedang liputan di sekitar kota Beirut mengikuti kegiatan para tentara bersama para masyarakat. Saat ini mereka sedang bermain futsal bersama sebagai bentuk pendekatan para kontingen kepada warga. Menurutku sih para tentara yang bertugas ini ingin menjalin silaturahmi dengan warga agar terdapat ikatan social yang kuat.
"mengikuti kegiatan para warga kota Beirut seperti bermain futsal seperti saat ini merupakan salah satu bentu---" ucapanku terpotong saat liputan
DUG...
Kepalaku tiba – tiba sakit.
Siapa pelakunya?
Berbicara saat liputan itu tidak mudah dan sekarang kepalaku juga ikutan sakit. Ini mengacaukan pekerjaanku hari ini.
"Shaaaaa.... Mangkannya jangan deket – deket lapangan" teriak seseorang yang belum aku tengok sama sekali karena aku masih sibuk mengelus kepalaku
"samperin sana loh, Yudh. Minta maaf sekalian" sama – samar aku mendengar seseorang berbicara
Aku masih mengelus kepalaku dan Agus mendekatiku. Rasanya sakit bukan main apalagi lama – kelamaan menimbulkan efek pusing.
"lo gak papa, Sha?" tanya Agus sambil membawa kamera yang menurutku berat dan aku hanya mengangguk
"Sha kamu gak papa?" seseorang bertanya lagi. Aku kenal suara ini. Ini suara Mas Yudha. Mas Yudha memegang kepalaku yang terkena bola lebih tepatnya mengelus kepalaku sih.
Aku tidak ingin modus tapi rasanya kepalaku pusing sekali. Otomatis aku butuh sandaran untuk berpeganga agar tidak oleng. Mas Yudha yang posisinya paling dekat denganku saat ini bisa menjadi peganganku. Entahlah, seharusnya sih Agus tapi aku tidak tahu dia kemana, tiba – tiba saja hilang.
"kamu kuat jalan, Sha?" tanya Mas Yudha saat aku bergantung dengan memegang lengannya sekuat tenaga agar tidak jatuh.
"iya" ucapku singkat dan lirih kemudian gelap.
Yudha
Ya Tuhan, Sha pingsan karena ulahku. Bagaimana aku tidak panic coba. Aku sadar tadi aku menendang bola terlalu kencang dan mengenai kepala Sha yang sedang melakukan liputan dan alhasil sekarang Sha tidak sadarkan diri. Aku takut terjadi apa – apa dengannya terutama dengan kepalanya.
Aku menggendong Sha dan membawanya ke pinggir lapangan. Aku menepuk – nepuk pipinya dengan panic. Bagaimana pun aku harus bertanggung jawab. Tak lama semua orang mengerubungiku dengan Sha yang masih pingsan.
"ijin. Boleh saya periksa?" tanya seseorang diantara mereka yaitu dokter militer
"silahkan" ucapku menyerahkan Sha kepada dokter militer
Aku menunggu Sha diperiksa dengan cemas. Bagaimana kalau terjadi sesuatu dengannya.
"dia hanya mengalami shock. Mungkin sebentar lagi akan sadar. Ada yang punya minyak kayu putih mungkin?" ucap dokter militer tersebut dan aku otomatis secara reflek mencari minyak kayu putih
KAMU SEDANG MEMBACA
The Expected Faith
RomanceBercerita tentang tugas yang diemban oleh kedua insan manusia di negara asing yang mengemban misi perdamaian dunia selama satu tahun hingga hati mereka berdua yang berdamai dengan bersandingnya cinta yang tulus di hati mereka. Sharmila Amalia Kamil...