3

70 9 0
                                    


Sha

Aku tetap tidak bisa tidur malam sini padhal lampu kamar sudah dimatikan. Tidak ada alasan juga untuk bermain ponsel karna ponselku sedang charging.

"Dila, kamu udah tidur belum?" tanyaku ditengah keheningan malam

"masih mau tidur mba, udah ngantuk" ucap Dila seperti orang yang sudah sangat mengantuk

"Dil, aku salah apa ya sampai dia yang tadi duduk didepanku itu langsung bad mood gitu?" keluhku yang masih terpikir hal tadi

"hmm. Aku juga gak tau mbak tapi mbak Sha gak salah kok"

Aku berdehem ria mendengar jawaban Dila. Ini baru hari pertama aku di Lebanon masa sudah membuat kesalahan?

***

Baru aku ketahui bahwa aktivitas pada pagi hari di markas ini yaitu olah raga. Aku melihat para tentara berlari pagi di sekitar daerah ini diirngi pula dengan mereka menyanyikan lagu sembari berlari. Bayangkan saja, berlari aja rasanya aku sudah ngos – ngosan apalagi ditambah bernyanyi sekaligus.

Aku duduk di pelataran markas ini yang kebetulan disediakan bangku panjang. Tentu saja aku sudah mandi dan bersiap karena aku ada janji dengan Madam Alida untuk mengunjungi sekolah para anak – anak Palestina yang mengungsi di Lebanon. Kenapa sepagi ini aku sudah bersiap – siap? Karena aku takut terlambat dan mengacaukan hari ini.

"boleh saya duduk di sini?" tanya seseorang dan aku reflek menoleh ke belakang dan tentu saja mempersilahkan

"perkenalkan saya, Kapten Rizal. Anda pasti Sha kan?" tebak beliau dan aku mengangguk pertanda benar. Kalau boleh kutebak Kapten Rizal ini kemarin juga berada di rumah Madam Alida dan ikut makan malam juga.

"jujur saya bingung harus memanggil Anda dengan sebutan apa. Hm, Kakak tau Pak atau Kapten?" tanyaku dan beliau terkekeh

"jangan terlalu formal kalau ngobrol begini haha. Kalau kita seusia panggil saja dengan sebutan nama"

"usia saya 26 tahun"

"saya 28 tahun. Panggil saja dengan sebutan Mas"

"okelah. Ngomong – ngomong Mas Rizal gak ikut lari – lari juga?"

"saya kan tugas piket Sha"

"piket?" tanyaku tak mengerti maksutnya

"jaga keamanan sekitar, Sha" ucap beliau yang baru aku mengerti maksutnya

Hening seketika diantara kami sembari aku melihat para tentara berlari dan salah satu diantara mereka adalah Yudha.

"Sha soal semalam maafkan kelakuan Yudha jika itu membuat kamu tidak berkenan khususnya" ucap Mas Rizal tiba – tiba

"tidak apa – apa, Mas. Saya gak ambil pusing kok"

"saya sebagai temen dekatnya Yudha mengerti kenapa Yudha bisa seperti itu"

Aku merasa kepo seketika tapi apakah boleh aku bertanya lebih jauh mengingat aku dan Mas Rizal baru saja memulai obrolan kami hari ini.

"Mas, kalau boleh saya tau emang Pak Yudha kenapa?" tanyaku hati – hati

"Yudha belum terlalu tua buat kamu panggil 'Pak'. Sebelumnya dia pernah putus dari mantan kekasihnya sebelum bertugas kesini, Sha. Putusnya juga bukan baik – baik. Mantannya Yudha mutusin hubungan mereka setelah tiga tahun pacaran"

"kasian banget" responku secara spontan mengingat tiga tahun pacaran terus putus

"saya sebagai teman dekatnya juga merasakan hal itu"

The Expected FaithTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang