zwei

4.4K 583 20
                                    

Malam-malam seperti ini kadang-kadang bisa membuat gue lapar. Padahal sudah memasuki pukul sepuluh malam. Jadi gue mau keluar sebentar untuk mencari makanan. Biasanya sih tukang nasi goreng di depan gang sana suka mangkal.

Akhirnya gue berjalan sendiri keluar rumah. Kak Johnny gak mau menemani. Katanya Kak Johnny capek maklum habis bermain futsal.

" Bang, nasi gorengnya dua ya. Pedes", kata gue.

" Iyaa, Neng",

Setelahnya gue duduk menunggu di kursi yang telah disediakan. Sambil menunggu gue memainkan ponsel untuk menghindari kebosanan. Dari buka whatsapp, Line, Twitter, Instagram dan wattpad. Gitu aja terus siklusnya.

Gak lama di depan tukang Nasi goreng ramai-ramai. Pokoknya banyak yang berhenti di depan sana. Ada kali sekitar sepuluh motor. Gue ketakutan, bisa aja itu begal kan? Eh tapi masa iya begal pake motor sport semua?

Eh nyatanya geng motor itu malah lagi beli cilok. Terus mereka buka helmnya. Kok, dari belakang aja pada ganteng banget ya?

" Itu mereka gak ngerusuh, bang?", tanya gue ke abang nasi goreng.

" Kadang doang sih. Kalau ada balapan gitu suka kebut-kebutan gitu", jawab pedagang nasi goreng tersebut.

" Terus kenapa gak dilaporin aja bang?", tanya gue penasaran.

" Engga berani, neng. Mereka anak komplek yang isinya anak orang kaya semua. Kita gak bisa apa-apa",

" Toh lagian juga. Mereka sering bantu rezeki kita di sini, suka beli cilok, nasi goreng abang, kebab pokoknya makanan yang ada di sini deh", lanjut pedagang nasi goreng itu.

" Oalah",

Gue gak pernah tahu kalau sudah malam seperti ini suka ada komplotan motor yang lewat jalan ini. Biasanya gue emang gak pernah keluar kalau lewat diatas pukul sembilan malam sama ayah dan ibu gue. Tapi kebetulan aja di rumah gak ada siapa-siapa. Kecuali gue sama kak Johnny.

Kalaupun gue lapar dan ingin makan sesuatu. Biasanya kak Johnny yang jalan karena dia kan laki-laki.

" Ini ya, Neng", kata pedagang nasi goreng tersebut sambil menyodorkan sekantong nasi goreng itu.

" Makasih ya, Bang",

Selanjutnya gue jalan menuju ke rumah. Sepanjang jalan ini memang sepi karena perkomplekan. Sedang rumah gue berada di ujung gang. Dari sini gue bisa liat sih ujung gang rumah gue masih ramai.

Belum lagi cahaya yang minim ini. Bikin was-was aja. Akhirnya gue memutuskan untuk jalan cepat biar sampai ujung gang rumah gue.

Eh, gak lama terdengar suara motor ramai-ramai. Suaranya semakin dekat. Bikin gue takut. Dan damn sekarang udah ada yang di sisi kanan gue. Beneran kaya di kepung.

Ibuu... Ayah... Aku gak mau keluar malam lagi.

" A-a-ada apa?", tanya gue.

Ketika ada salah satu motor yang melimpir ke arah gue. Ini beneran gue takut diapa-apain.

Terus gak lama pemilik motor itu, menepuk kepala gue sebanyak tiga kali. Gue hanya bisa diam memperhatikan siapa cowok dibalik helm tersebut.

Setelahnya salah satu dari komplotan motor itu pergi. Menyusul temannya. Akhirnya gue bisa bernapas lega. Gue langsung berlari supaya cepat-cepat sampai di ujung gang rumah gue.

" Anna, gak apa-apa?", tanya Kak Ten.  Anak yang demen banget nongkrong di depan gang.

" Kenapa gak nolongin gue sih, kak. Gue udah ketakutan", kata gue kesal.

" Ya gimana ya. Di sini cuma ada lima orang doang mana berani kita. Lagian lo juga gak kenapa-napa", kini Kak Taeyong. Si cowok yang paling tampan di gang ini berujar.

" Lagian, bukannya biasanya sih bang Johnny yang keluar malem-malem?", kini kak Kun bertanya.

" Dia gak mau. Habis pulang dari main futsal dia. Capek kali kak, mau isitahat", jawab gue.

" Kalau ada apa-apa dan gak ada yang mau nemenin. Bisa minta tolong kakak aja", kata kak Kun.

" Gassss terossss Kun", kata Kak Yuta.

" Mantap betul teman gue ini. Mantul", kompor Kak Ten.

Gue gak ngerti sih. Padahal Kak Kun cuma menawarkan pertolongan aja. Tapi kenapa Kak Yuta, Kak Ten, Kak Taeyong dan Kak Taeil yang awalnya cuma menyimak pada kompor semua.

" Berisik banget. Gue duluan. Bye",

Akhirnya gue memutuskan untuk cepat-cepat sampai ke dalam Rumah. Teman-temannya kak Kun memang tidak waras semua.



-o0o-




" Lucas, tangkep bolanya", ujar Mark.

Brukkk....

Gak, enggak. Bola basketnya enggak kena gue tapi Arin yang ada di sebelah gue. Arin langsung nyari penyanggah, keliatannya kepala Arin pusing kena bola basket yang di lempar Mark.

Buru-buru gue langsung nyanggah Arin. Arin gue tuntun ke kursi. Mark dan Lucas panik langsung nyamperin kita.

" Eh, maaf Rin. Sumpah gak sengaja", kata Mark.

" Lo lagi ngapain sih main basket di lorong", kata gue.

Sehabis gue berkata gitu. Arin membuka matanya pelan. Terus menatap Mark tajam.

" Lo kalo ada dendam sama gue bilang aja Mark. Gak usah gini", kata Arin.

" Sumpah, Rin. Gue ga sengaja beneran", kata Mark.

Tiba-tiba Kak Winwin sudah ikut berada di kerumunan kita. Raut wajahnya penasaran. Namun, ketika menemukan Arin yang memegang kepalanya kak Winwin menjadi cemas.

" Gak apa-apa, Rin?", tanya Kak Winwin.

Gue liat Arin sedikit mendongkakan kepalanya, begitu melihat wajahnya kak Winwin ia tersenyum tipis.

Haduh...

" Ke ruang medis yuk. Istirahat ", ajak Kak Winwin.

Gue lihat Kak Winwin memapah Arin dan menyuruh gue juga ikut memapah di sebelah kirinya.

Kok gue iri ya? Kenapa aja gak gue yang kena bola basket biar diperhatikan oleh kak Winwin.

Eh, eh apa sih Anna!

•Different side•- WinwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang