zehn

2.8K 495 71
                                    

Helowww... Makasih yang udah komen bikin aku semangat buat ngetik hehhe. Sebenernya pengen aku bales, tapi bingung mau bales apa:")








" Kak Winwin?", dia menoleh.


Gue membeku ketika kak Winwin menatap gue dengan tatapan tajamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue membeku ketika kak Winwin menatap gue dengan tatapan tajamnya. Rasanya seluruh tubuh gue gak bisa berbuat apa-apa. Kak Kun di sebelah gue juga cuma menatap gue bingung.

Enggak lama kak Winwin yang sedang berjongkok merubah posisinya menjadi berdiri. Sebelumnya ia menginjak rokok yang dihisapnya. Lalu berjalan menghampiri gue dengan sorotan kedua matanya yang tajam. Salah satu tangan Kak Winwin mengcengkram bahu gue.

Dari sini, gue bisa mencium bau rokok yang melekat pada tubuh Kak Winwin. Gak ada lagi Wangi khas parfum baby yang biasanya.

" Janji sama gue. Jangan bilang ke yang lain", ucapnya penuh ketegasan disetiap katanya.

" Ma-maksudnya kak?", malah lontaran bodoh yang dapat gue keluarkan.

Tentu maksud Kak Winwin, meminta perjanjian dengan gue untuk merahasiakan pertemuan dengannya. Lagi, jangan membocorkan tentang perilakunya saat ini kepada orang-orang kampus.

Satu tangan lagi Kak Winwin mencengkeram bahu gue. Dengan sorot mata yang tajam dan penuh amarah memperingati gue.

" Janji sama gue. Cepet", katanya lagi.

" Gak usah kasar sama cewek", Kak Kun bak super hero yang awalnya hanya sebagai tim pengamat mendorong tubuh Kak Winwin.

" Gak usah ikut campur. Ini urusan gue sama Anna", sahut Kak Winwin.

Kak Kun terkekeh pelan. Menatap Kak Winwin dengan pandangan merendahkan.

" Tapi gak gitu caranya. Lo bisa memperlakukannya dengan baikkan?", Kak Kun berujar.

Gue lihat Kak Winwin menghela napasnya kasar. Sorot mata itu menatap kak Kun. Lebih tajam dari biasanya. Lalu kembali lagi menatap gue.

" Seterah", sahut Kak Winwin.

" Jangan pernah bilang ini ke siapa-siapa. Dan bilang sekalian ke pacar lo itu", timpal Kak Winwin  kepada gue sambil melirik ke arah Kak Kun.

" Kak", gak tahu gue punya keberanian apa menarik lengan kak Winwin yang sudah membalikan tubuhnya.

Karena lengan Kak Winwin gue tarik. Otomatis dia berbalik lagi jadi menghadap ke arah gue. Sorot mata tajam kembali terlihat.

" Ada apa? Kenapa?", tanya gue.

" Are you okay, Kak Winwin?", tanya gue sekali lagi.

Kak Winwin sedikit menundukkan kepalanya. Sebelum pada akhirnya menatap gue lagi. Kali ini tatapanya meredum, sorot mata yang penuh kesedihan dan penderitaan yang mendalam.

•Different side•- WinwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang