drei

3.8K 565 53
                                    


Gue melihat bagaimana kak Winwin merawat Arin, bagaimana kak Winwin memapahnya dan menaruh Arin di kasur ruang medis. Penuh kehati-hatian. Belum lagi kak Winwin menyiapkan teh untuk Arin.

Sedangkan gue di sini hanya memperhatikan Kak Winwin. Sebagian besar ada rasa iri dengan Arin.

Eh apa sih Anna, enggak kok!

" Kak, Makasih. Aku cuma pusing doang kok. Kok aku kaya orang sakit gini sih", kata Arin.

Kak Winwin tersenyum, wajah dia benar-benar sangat imut.

" Gak apa-apa. Kamu kena bola, pasti pusing", kata kak Winwin.

Hello... Apakah gue di sini cuma patung aja?

" Ah, kalo gitu duluan ya. Masih ada kelas",

Kak Winwin pamit, tapi sebelum itu kak Winwin menepuk Puncak kepalaku sebanyak tiga kali. Ishhhhhh. gak buat rambut gue berantakan sih. Cuma hati ini aja berantakan.

" Anna", panggil Arin.

Gue menoleh dan mendapatkan Arin yang sedang tersenyum berseri.

" Gak nyangka banget gue diginiin kak Winwin. Dua kali lagi huhuhu", ucapnya penuh semangat.

Gak lama ekspresi Arin berubah menjadi serius. Terus menatap gue tajam-tajam dengan tampang sok mengancam.

" Kita itu gak boleh suka sama orang yang sama ya. Gue suka Kak Winwin sedangkan lo sukanya Hendery kan?",

Gue melototkan mata. Kaget aja. Mengapa Arin bisa mendiskripsikan kalau gue suka Hendery?

Gue emang sering bincang-bincang dengan Arin tentang Hendery. Namun, beneran gue cuma penasaran aja. Bukan suka.

" Arin, gue gak suka siapa-siapa kok", gue jawab setenang mungkin.

" Ah salting, lo", balas Arin.

Gue diem aja. Gak balas pernyataan Arin. Toh, apa peduli gue juga Arin ngira gue suka Hendery? Gue ga salah tingkah. Biasa aja. Biasanya gitukan kalo ada yang bilang kita suka seseorang padahal kita gak suka pasti bersikap gak peduli-kan?

Lagian ya gue sama Hendery kenal sekedar pernah sekelompok sewaktu dapat tugas fakultas. Mana inget gue juga dia.



-o0o-









" Eh, selayer, selayer. Tungguin gue dong", kata.... Oh my god. Ngapain sih gue ketemu orang se-ngeselin se-dunia.

" Gue punya nama. Bukan selayer!", jawab gue.

Xiaojun ketawa setelah gue bilang gitu. Sehabis itu memasang wajah seolah-olah tidak enak. Hilih.

" Maaf-maaf, Anna. Abisnya tiap gue liat lu gue keinget selayer",

" DIEM DEH LO OJAN", kesel gue.

Gue melangkahkan kaki secepat mungkin. Males menanggapi Xiaojun yang sangat mengesalkan. Ganteng-ganteng menyebalkan dia itu.

Gue lihat, xiaojun mencoba menyajarkan langkah dia dengan gue. Eh ini anak mau apa sih!

" Kenapa?", tanya gue.

" Pulang bareng-lah. Rumah kita deketan ternyata, gue pernah liat lu jalan di sekitar pasar dangdut kan?", tanya Xiaojun.

•Different side•- WinwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang