vier

3.5K 521 42
                                    


Gue nunggu Xiaojun di halte, tapi Batang hidung-pun enggak kelihatan. Udah hampir sekitar tiga puluh menit gue menunggu dia.

Lagian ngapain juga sih tunggu-tungguan! Semenjak Xiaojun tahu kalau kawasan rumah gue se-daerah sama dia. Dia pengen bareng terus. Katanya kalo gue telat jadi gak sendirian.

Sialan emang!

" Hai, Anna", cengirnya setelah dia menghampiri gue yang tengah duduk menunggu.

" Gak usah nyengir gitu lu, bete gue", balas gue sambil jalan untuk mengantri masuk ke dalam busway.

Xiaojun menarik tangan gue ke tempat laki-laki. Gue gak habis pikir sama dia.

" Apaan sih", kata gue.

" Nunggu di sini aja", balas Xiaojun.

" Gak mau. Mau nunggu di tempat cewek aja",

Gue ngelepas tangan Xiaojun, tapi buru-buru Xiaojun tarik tangan gue lagi. Sebenarnya Xiaojun maunya apa sih!

" Ada gue, gue yang jaga lo biar gak ke senggol cowok-cowok",

Astagfirullah, bodoamat gue gak boleh baper sama Xiaojun pokoknya.






-o0o-







Gue gak tau ini bisa dibilang keberuntungan atau kebetulan aja. Tapi setelah satu halte berikutnya, gue lihat kak Winwin. Pake kemeja dilapisi dengan denimnya. Belum lagi tas-nya ia taruh ke depan.

Lucu.

Mungkin kak Winwin gak sadar dari tadi gue perhatiin dia. Soalnya kak Winwin berdiri di deket pintu. Mau gimana lagi ya, setiap pagi busway selalu penuh dan sesak. Ini aja gue berdiri di deket pintu satunya lagi dengan Xiaojun membelakangin gue.

" Wangi gak gue?", tanya Xiaojun. Kadang-kadang Xiaojun suka random juga, heran.

" Gak, bau. Lo belum mandi", jawab gue.

Xiaojun langsung mepet-mepet dan membisikan sesuatu yang bikin gue pengen noyor kepalanya.

" Kok lo tau sih gue gak mandi. Padahal gue udah pake parfum ke seluruh badan",

Gue melongo mendengar penuturan Xiaojun yang kelewatan jujur itu.

Setelah keluar dari busway, gue dan Xiaojun transit ke bus berikutnya lagi.  Kak Winwin juga belum menyadari kalau kita satu bus dan sekarang gue berjalan gak jauh di belakang dia.

Lalu, busway khusus wanita datang. Masih sepi, gue buru-buru ikutan naik. Masa bodo sama Xiaojun, yang penting gue gak sesek-sesekan sama penumpang lain.

" Gue tunggu lo di halte aja ya, gue ga mau sesek-sesekan. Mumpung sepi nih. Dadah Xiaojun-ku yang ganteng",

Xiaojun cuma natap gue pasrah, dia juga mau masuk tapi masalahnya Xiaojun kan laki-laki.

Gue turun dari busway khusus wanita, terus berdiri menunggu Xiaojun. Enggak lama busway berikutnya datang dan keluar Xiaojun yang sudah masang muka bete.

" Gak Setia kawan lo", ujarnya.

Tapi tetep aja ngegiring gue keluar dari halte walaupun mukanya udah kelihatan bete.

•Different side•- WinwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang