04

2.4K 474 89
                                    

Satu jam selepas tengah malam.

Tau bagaimana rasanya kaget, bingung, terkesima dan tidak percaya?

Entah bagaimana gue harus mendeskripsikan perasaan gue ketika gue melihat gambar diri gue menjadi salah satu dari sekian banyak gambar yang ada di pameran Arda. Jujur saja, sampai detik ini gue masih mempertanyakan alasannya.

Kami bukan teman baik. Kami tidak sebegitu kenalnya sampai gue pantas ada di pameran itu. Maksudnya, gue hanya orang lewat.

Lalu gue sadar bahwa semua momen yang dia pajang memang tentang orang lewat. Seperti katanya, semua foto itu adalah gambar yang ia kumpulkan selama dia melakukan perjalanan. Ada foto dua ekor burung di atas terpal pecel lele. Ada foto kuli angkut yang tergopoh membawa sekarung beras. Ada foto sekumpulan pengendara di lampu merah, seacak itu. Memang se-random itu Arda memotret apapun.

Gue akhirnya menghela napas panjang.

Mengubur lagi kemungkinan juga pertanyaan yang tiba-tiba menarik keluar kesimpulan yang membuat gue merinding sendiri.

"Tapi gue yakin lo akan menghubungi gue duluan."

Tiba-tiba gue mendengar suaranya.

Dengan senyum khas Sewada Janardana, membawa gue meraih ponsel gue cepat hanya untuk gue pandangi lama.

Kenalan setahun lalu

Begitu dia menamai kontaknya. Menghabiskan jatah 20 karakter hanya untuk membuat gue tersenyum tipis ketika membaca itu.

"Itu juga kalau gue cukup penting untuk diingat."

Gue tidak tau kenapa, tapi orang itu hampir selalu tersenyum setelah selesai bicara. Gue bahkan bisa mendengar suara kekehannya sekarang ini.

"Barangkali, saat dini hari.. lo merasa sesuatu hilang dari diri lo, lo bisa hubungin gue."

"Gue kayak apotek, siap 24 jam kalau-kalau lo butuh."

Malam itu, sebagian diri gue tergelitik.

"Sesuatu hilang, ya."

Gue akhirnya hanya tersenyum, menyempatkan diri memutar sebuah lagu sebelum gue letakkan lagi ponsel gue di meja.

Bukannya hilang, gue mungkin hanya tidak pernah memilikinya.

Bukannya hilang, gue mungkin hanya tidak pernah memilikinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seminggu berlalu.

Dan gue tidak menghubunginya.

Bukan karena tidak ingin, tapi karena sebagian diri gue masih berhasil meyakinkan gue bahwa gue tidak punya cukup alasan untuk menghubunginya begitu saja. Walau berkali-kali gue menertawai diri gue sendiri karena memandangi kontak namanya untuk waktu yang tidak sebentar.

Lucu ya, kadang gue bahkan menemukan papan pesan gue sudah berisi kalimat sapaan menggelikan yang bikin gue merinding. Kayak, lo tuh ngapain sih Binar? Akhirnya ya gue hapus lagi. Dibanding gue harus kewalahan saat dia bertanya ada apa, gue lebih memilih menjadi asing. Dan penasaran.

L A K U N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang