9

973 162 19
                                    

Kunimi menatap langit dari balkon rumahnya. Tangannya memegang minuman rasa caramel kesukaannya. Pandangannya menerawang jauh di langit sana. Memikirkan banyak hal. Mulai dari sekolah hingga voli.

"Akira, kau tidak tidur? Ini sudah malam," ujar ibunya.

"Tidak kaa-san. Minumanku belum habis," balas Kunimi mencari alasan.

"Minumanmu tidak akan habis jika kau tidak meminumnya," ujar ibunya. Beliau mendekat dan memposisikan dirinya disebelah anaknya.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya ibunya. Beliau ikut memandang langit.

"Banyak hal," jawab Kunimi.

"Melihatmu berdiri disini mengingatkan kaa-san pada (Name)-chan. Sejak kelulusan ia tidak pernah datang. Kau tau dimana dia?" tanya ibunya. Beliau teringat akan seorang gadis yang selalu memandang langit di balkon saat berkunjung.

"Anak itu juga selalu berkata betapa indah atau murungnya langit," lanjut Kunimi. Ia teringat gadis yang selalu berkomentar tentang langit.

"Sekarang anak itu sedang melakukan apa ya?" tanya ibu Kunimi.

"Mungkin bersin-bersin," jawab Kunimi Akira sambil tertawa kecil.

Diluar sana, seorang gadis bernama (Name) sedang mencari tisu. Ia sudah bersin berkali-kali dan mengira dirinya terkena demam.

"Lain kali ajaklah (Name)-chan kemari." Mendengar permintan ibunya, Kunimi hanya mengangguk dengan ragu.

"Kau sedang bertengkar dengan (Name)-chan ya?" Kunimi hanya menunduk. Seperti yang ia duga, insting seorang ibu sangatlah tajam melebihi insting seorang matahari karasuno. Padahal ia tidak bertengkar dengan (Name). Hanya saja ia merasa kalau (Name) berada dalam jarak yang jauh.

"Kau tidak boleh bertengkar dengan orang lain. Apalagi terlalu lama. Kita sebagai manusia diajarkan untuk saling memaafkan. Juga apapun perselisihan yang terjadi, kita tidak boleh memutus tali persaudaraan. Bla bla bla... ."

Kunimi merasa malam yang dingin itu terasa hangat akibat siraman rohani dari ibunya.

•...•

Kunimi merasa kesal dengan Kindaichi yang mengajaknya tiba-tiba untuk berolahraga di taman. Ketahuilah bahwa Kunimi ingin menolak ajakan tersebut jika Kindaichi tidak memaksanya.

"Jadi kau kesini untuk apa?" tanya Kunimi kepada Kindaichi yang hanya duduk di bangku taman.

"Olahraga," jawab Kindaichi.

"Tapi kau hanya duduk doang," ujar Kunimi.

"Olahraga agar terbiasa duduk di bangku taman. Serta membuat punggung menjadi lebih nyaman saat bersandar," jawab Kindaichi asal sembari menyandarkan punggungnya dan menyesuaikan posisinya.

"Serah deh. Aku mau beli minum dulu," ucap Kunimi kemudian meninggalkan Kindaichi.

Saat kembali dari membeli minum, Kunimi tak sengaja bertemu (Name). Seketika ia teringat perkataan ibunya untuk menjaga tali silaturahmi.

"Kunimi, ohayou," sapa (Name)

"(Name). Ohayou," balas Kunimi.

Setelah sapaannya dibalas Kunimi, (Name) hendak pergi namun Kunimi menahan salah satu lengannya.

"Ada yang ingin kubicarakan denganmu," ucap Kunimi sambil memalingkan wajahnya karena malu.

-TBC

Krisan Kejombloan {Completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang