[1] Mama Minta Model

751 102 10
                                        

"Pokoknya, saya mau disini dibikin gazebo. Saya pengen orang-orang yang nanti tinggal disini, bisa menerapkan hidup sehat biar kata cuma lari-lari doang muterin gazebo. Nah, kalo yang ini, kalo bisa-..."

"Permisi, Pak."

Begitu ada suara lain yang memotong ucapan gue, seketika gue menengadah dan menemukan sekretaris gue, Dira, udah berdiri di depan pintu dengan wajah nggak enak karena harus ganggu meeting gue pagi ini. Of course she knew. Gue nyuruh Dira buat ngalihin apapun yang bakal ganggu jalannya meeting.

Sorry to say, but this project was so important and I need to handle this without any bothering.

"Kenapa, Ra? Saya 'kan sudah bilang, pagi ini saya ada meeting. Tolong jangan-"

"Tapi ini penting, Pak!" Dira lagi-lagi memotong ucapan gue.

"Kamu pikir meeting saya pagi ini juga nggak penting, begitu?" Gue yang tadinya membungkuk di meja kerja selama menjelaskan plan project yang gue maksud pada Egi dan Andre, arsitek terbaik yang gue punya, langsung menegakan badan. Nggak lupa memasang tampang tegas ala-ala bos besar yang kesal karena diganggu saat meeting. Even actually I wasn't really embarrased when she cut my words.

Dira yang keliatan tegang, entah kenapa, buru-buru menjawab. "Bapak lihat sendiri aja deh!"

Begitu Dira keluar, gue baru mengerti kenapa sekretaris yang dulunya adalah temen kuliah gue ini keliatan tegang padahal belum masuk tanggal tua.

"Ma?"

"Papa kamu nggak pernah loh, mengabaikan Mama biarpun lagi meeting sepenting apapun."

Yeah, she's my mom. My queen, my heart, my everything yang nggak bisa diduain dan maunya di prioritasin. I see, Ra. Gue ngerti kenapa Dira keliatan tegang pas bilang sama gue.

"Mama mau apa lagi sekarang?" Karena gue masih harus ngelanjutin obrolan ini dengan Egi dan Andre supaya proyek besar yang udah lama gue incer ini nggak molor dari deadline yang udah gue tentuin. Dan gue paham banget kenapa nyokap tau-tau dateng kesini.

"Begitu ya cara kamu bersikap sama perempuan yang sudah melahirkan kamu? Kurang ajar kamu Arsyadian Putra!"

Kalo udah kaya gini, gue cuma bisa minta Egi dan Andre keluar dari ruangan, nggak lupa meminta mereka untuk mempelajari proposal yang udah gue buat dari jauh-jauh hari ini, di kubikel mereka masing-masing.

Setelah mereka pergi, gue menghampiri Mama, lalu membawanya untuk duduk di sofa. "Maaf, Ma. Arsya lagi ada meeting tadi. Arsya nggak mau proyek yang udah lama Arsya incer, hilang begitu aja. Buka maksud Arsya nggak sopan sama Mama." Gue cuma takut nyokap ngebatin dan ngutuk gue jadi batu.

Nyokap masih kesel. Matanya cuma ngelirik sinis terus memalingkan wajahnya biar nggak melihat ke arah gue yang duduk tepat di sampingnya. Oke. Inilah yang bikin gue bersyukur kenapa gue masih jomblo sampe sekarang. Nyokap lagi slek gini aja gue mumet, gimana gue punya cewek yang demen bikin gue slek juga? Oh please, I can't.

"Jadi, Mama ada apa ke kantor Arsya? Mama lagi butuh sesuatu?" Tanya gue selembut mungkin, sambil membawa tangan Mama yang lembut banget untuk gue genggam. Sumpah gue nggak bohong!

"Ma?"

Nyokap nggak nyaut, Bro! Bencana.

"Kalo Mama minta menantu, Arsya masih belum bisa ngasih. Mama 'kan tau, Arsya.."

"Mama minta model!" Potongnya sambil menatap ke arah gue.

"Hah? Apa, Ma? Model?" Jujur, gue bener-bener ngerasa aneh. Biasa nyokap dateng ke kantor, kerjaan kalo bukan minta beliin yang aneh-aneh, paling ya minta menantu. Permintaan paling sulit yang sampe hari ini bikin kepala gue cenat-cenut mikirinnya.

Sekarang, Mama minta model? Cobaan apalagi ini?

"Iya, model. Mama mau kamu cariin model perempuan yang cantik buat pamerin rancangan Mama akhir bulan ini. Harusnya kamu bisa dong menuhin permintaan Mama yang satu ini. Cuma cari model, Sya, bukan cari calon istri."

Oke, nyokap yang juga perancang baju ini, tiap bulannya emang selalu mengeluarkan rancangan terbaru sesuai dengan tema dan apa yang lagi in banget di pasaran. Biasanya, nyokap nyari model atau peraga busananya sendiri. Nggak pernah minta gue cariin. Oh, c'mon! Gue pengusaha properti, nggak ada urusannya sama model. Dan permintaan nyokap hari ini, gue yakin ada sangkut pautnya sama permintaan doi yang kepengen punya menantu.

"Ma, bukannya Arsya nolak, tapi-"

"Mama nggak mau tau, Arsya! Pokoknya, minggu depan, Mama harus udah ketemu sama modelnya!"

Astaga! Mama minta model sebelas dua belas susahnya kaya Mama minta menantu. Gue harus cari model kemana sekarang?

7 days. 7 days and I have to meet her to my mom. But who?

 
 
Bersambung...


dylan sprouse as my fav bae

dylan sprouse as my fav bae

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

10/01/19

Gadis SampulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang