Hari ini gue sengaja jemput Ersya dari tempat les sekalian ngajakin adek gue satu-satunya itu keliling Jakarta bentar. Yeah you know, lately I'm getting busy like I don't even remember what's the date now. Ersya juga gitu. Doi baru kelas 2 SMA tapi kegiatannya hectic banget hampir-hampir nyamain orang kantoran. Sekolah dari pagi sampe sore, dilanjut les dan baru beres hampir maghrib. Biarpun lesnya cuma tiga hari, senin, selasa, rabu, ya tetep aja gue sebagai Abang ngeri sendiri liat jadwal dia yang padet.
Makannya, sebisa mungkin, gue berusaha nganter jemput dia sambil jajan-jajan dikit biar dia nggak stressed out.
"Kak, aku mau oreo frappe tapi yang gede ya?"
Gue masih termenung liatin deretan makanan manis di etalase sementara Ersya sibuk milih minuman yang mau dia beli. Posisinya emang sebelahan, jadi gue masih bisa denger apa yang adek gue tanya.
"Ambil aja. Ntar Kakak yang bayar."
"Donatnya juga boleh kan?"
Gue ngelirik Ersya yang tampak sumringah begitu gue bilang semuanya gue bayar.
"Iya, Ca. Udah sana pilih." Kata gue setengah ngusir. Yang kemudian bisa gue liat dengan jelas Ersya jingkrak-jingkrak seneng dan mulai pilih apa yang pengen dia beli. Gue cuma bisa geleng-geleng kepala liatnya.
Beres sama Ersya, gue ngarahin mata gue lagi ke jajaran makanan manis yang terpampang nyata seolah bilang 'take me away, Daddy!' for really. Damn. Kelemahan gue tiap ke JCo tuh ya gini. Hampir sebelas dua belas sama Ersya yang nggak bisa diem liat makanan manis. What should I buy now?
Sepanjang etalase gue telusuri sampai nggak sadar nyenggol orang. Gue yang setengah menunduk, refleks negakin badan dan melirik orang yang gue senggol.
"Sorry, sorry."
"Arsya?"
"Eh, Al!" Begitu tau siapa yang ada di sebelah gue, I'm a bit laughing. "You here?"
"Like you see. These sweet things tempted me so well. So yeah, here I am." Jawabnya dengan suara yang oh god, mesmering. "Baru pulang kerja ya?" Alesya nanya.
Yes, guys. She's Alesya. Model yang bantuin Mama buat nyelesaiin proyek summernya.
Sekilas gue tersenyum. "Sambil jemput adek juga."
"Oh, kamu punya adek?"
Gue pun spontan gerakin dagu ke arah Ersya yang masih sibuk milih di sudut ruangan lain. Alesya memutar badan, ngikutin arah yang gue tunjuk. Lalu tertawa sebelum akhirnya natap gue lagi. "Aku pikir kamu anak tunggal."
Gue cuma menggeleng. "Darimana tadi?"
"Biasa. WM." Alesya nunjuk beberapa croissant yang terpajang, meminta pada pramusaji untuk di bungkus. "Tolong bungkus ya. Makasih."
"Croissant banget?"
Alesya noleh. "Kenapa? Nggak suka ya?"
"Bukan." Gue tersenyum.
Sejurus kemudian, Ersya dari arah ujung, menghampiri gue dengan telapak tangan terangkat. Kek lagi minta sesuatu. "Apa, Ca?"
Ersya nyengir. "Duitnya, Kak!"
Segera gue mengeluarkan dompet dari dalam saku celana. Mengambil kartu debit yang biasa gue pake dan menyerahkannya pada Ersya. "Kak Arsya nggak bawa duit." Kata gue.
"Sombong." Celetuk Ersya dan melenggang pergi ninggalin gue yang terkekeh sendiri.
Kembali, gue liatin Alesya yang entah dia denger obrolan gue sama Ersya atau enggak. Kalo liat dari senyumannya sih, keknya liat.
![](https://img.wattpad.com/cover/173603788-288-k983698.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Sampul
RomanceArsyadian Putra, laki-laki yang selalu dibuat mumet oleh permintaan Mamanya yang aneh-aneh. Dan yang paling sulit Arsya wujudkan adalah Mama minta menantu. Arsya pusing. Semakin dibuat pusing ketika dengan konyolnya dia harus jatuh hati pada perempu...