Sekamar dgn Jake

1.1K 32 1
                                        

Setelah berhadapan dengan Tikus raksasa dan sempat terkena aroma bius di taman bunga, kini dihadapanku sudah ada seorang lelaki manis yang menggoda imanku. Sudah 4 tahun lamanya aku tidak melihat lelaki semanis ini sejak aku SMA. Apalagi dia yang sedang kupandang ini adalah kriteria pria idamanku. Ahh.. Tanpa adanya kunang-kunang aku sudah beruntung sepertinya. Meskipun banyak juga kesialanku karena aku gagal mendapatkannya.

Aku kembali memikirkan buku ajaib yang ada dalam tasku.  Bagaimana caranya agar aku bisa merebutnya kembali. Aku kembali melamun hingga

Ting...  Ting....
suara dentingan sendok pada gelas itu membuyarkan lamunanku.  Jake sengaja membunyikannya agar menyadarkanku kembali.

"Hei, Stefand... habiskan dulu makananmu. Jangan cuma melamun saja. Apakah makananku tidak enak.  Maaf ya klo cuma ini saja yang bisa kusiapkan untukmu. Maklum makanan yang kutemukan di hutan yang bisa kubuat sebagai makan malam kita saat ini" seru Jake merendahkan diri.

"Ohhh...  Maafkan ketidak sopananku ini.  Aku melamun bukan karena makananmu yang tidak enak,  tetapi karena tikus raksasa yang sudah mencuri tasku tadi siang. Aku bingung bagaimana caranya agar aku bisa mengambilnya kembali. Di dalam tas itu ada benda yang sangat penting sekali bagi hidupku. Mau tidak mau aku harus berjuang untuk merebutnya kembali.  Namun aku tak tau bagaimana caranya. Maka dari itu dari tadi aku melamun Jake" ucapku sedih. 

"Tikus raksasa. kau ternyata sudah menjumpainya.  Memang tikus itu hobi sekali mencuri barang penting milik siapapun yang ada di hutan ini. Aku pernah kehilangan kapakku karenanya.  Namun kau tak perlu risau memikirkan cara untuk mengambil barang berhargamu itu.  Aku tau kelemahan dari si tikus pencuri tersebut. Untuk lebih jelasnya besok pagi akan kuceritakan kembali kepadamu.  Nah, sekarang habiskan dulu makanannya setelah itu kau bisa beristirahat" sahut Jake mempersilahkan aku makan.

"Benarkah itu Jake. Wah terima kasih banyak. Kau telah banyak berjasa bagiku. Baiklah akan kulanjutkan makanku ini. Aku juga memang masih lapar karena siang tadi aku hanya makan beberapa cemilan di tasku" sahutku sambil melanjutkan makanku lagi.

Dengan lahap aku menghabiskan makanan yang ada di meja dalam sekejap. Jake tersenyum melihatku begitu semangat makan masakannya. Aku sekali lagi teralihkan dengan pandangannya tersebut. Semakin lama kharismanya semakin terpancar.

"Sungguh jika kau gay sepertiku akan kujadikan kau milikku Jake" pikirku dalam hati.

Jake kemudian pergi menuju kamarnya, disana ia membersihkan ruangannya untuk dia gunakan beristirahat.

"Kalau sudah selesai makannya,  silahkan ke kamar Stefand.  Aku sudah mempersiapkan tempat tidur untukmu" teriak Jake dalam kamarnya.

Aku tak menjawab perkataan Jake. Namun segera kuselesaikan makan malamku dan membereskannya ke dapur.  Aku mencuci piring yang kupakai dan segera aku menemui Jake di kamarnya. Aku terkejut karena hanya ada satu tempat tidur yang ada di dalam ruangan itu.

"Hei Jake...  Jika kau ijinkan aku tidur disini lalu bagaimana dengan kau. Lebih baik aku tidur di sofa saja daripada aku merepotkanmu. Aku cuma butuh satu bantal saja nanti untuk beristirahat" terangku

"iya juga ya...  Sebenarnya tempat tidurku ini luas dan bisa digunakan untuk dua orang. Tetapi mungkin kau tak terbiasa tidur berdua apalagi dengan orang asing macam aku ini. Ya sudahlah jika kau ingin tidur di sofa. Maafkan aku karena tidak bisa memberikanmu fasilitas kamar tidur pribadi untukmu Stefand. Maklum rumah sederhana ini sengaja kubuat untukku sendiri.  Aku tidak menyangka ada pengelana yang akan menginap di rumahku sebelumnya" seru Jake.

Aku terdiam sejenak mendengar penjelasan dari Jake. Ia sengaja mempersiapkan kamarnya untuk ditiduri kita berdua nanti malam. Ini sungguh kesempatan emas untuk mempererat hubungan kami.  semoga saja Jake sadar dengan sinyal yang kuberikan. Kali ini pikiran nakalku mulai muncul kembali. Aku tau sudah lama kupendam hawa nafsu bejatku ini dari 4 tahun lalu.  Apakah sekarang saatnya aku dikendalikan oleh nafsuku sebagai seorang gay.  Sungguh dalam pikiranku sekarang ingin kusetubuhi Jake dengan berbagai variasi gaya yang sudah kupelajari dan kulukiskan dalam komik buatkanku.

"Ya sudahlah Jake. Tak perlu kau merendah hati seperti itu. Jika kau memang berniat mengajakku untuk tidur bersamamu malam ini aku takkan keberatan. Aku tidak jadi tidur di sofa.  Mungkin aku butuh suasana baru juga sekarang. Tapi kau jangan menyesal karena membiarkanku tidur bersamamu malam ini" seruku sambil tertawa.

Jake melepaskan pakaiannya dan berganti dengan baju tidurnya. Aku terpesona dan mematung melihat tubuh sixpacknya yang nampak saat ia sedang menganti pakaiannya tersebut.

Tak sadar, celanaku semakin ketat karena kontolku yang mulai menegang. Aku mengalihkan perhatian segera agar tidak membayangkan hal yang tidak-tidak. Aku pun segera merebahkan tubuhku ke kasur empuk milik Jake dan berpura-pura tertidur. Aku begitu malu menatap wajah Jake saat ini apalagi napsuku semakin menggebu saat ini karena kesempatan tidur bersama yang belum pernah aku alami sebelumnya.

Cukup naif memang meskipun aku seorang gay,  namun aku tak memiliki pengalaman berhubungan dengan lelaki lain. Kali ini aku hanya berharap Jake memiliki perasaan yang sama sepertiku. Aku mencuri-curi pandang di balik selimut yang kupakai saat ini. Segera Jake menyusul untuk tidur di kasur ini. Ia menarik sedikit selimut untuknya dan ia pun mendadak membalikkan tubuhnya dan memandangku.

"Hei Stefand sekali lagi maaf ya jika aku tidak bisa memberikanmu kamar pribadi. Mungkin agak tidak nyaman jika berduaan berbagi kamar. Tetapi hanya inilah yang dapat kuberikan padamu" ucap Jake perlahan.

Husst....

Aku menghentikan ucapan Jake dengan jari telunjukku.

"Cukup ada kau disini menemaniku saja sudah nyaman bagiku.  Jadi tak perlu lagi kau meminta maaf Jake karena kau sama sekali tidak punya kesalahan kepadaku. Marilah kita beristirahat dan melanjutkan lagi perbincangan kita mengenai tikus raksasa itu besok pagi.  Oke" seruku.

Jake hanya menganggukkan kepalanya.  Sementara itu sudah karuan dadaku ini menahan debaran asmara yang kupendam. Semakin cepat jantungku berpacu saat aku berada dekat dengan Jake saat ini. Aku tak mampu lagi menahannya. Aku relfek memeluk Jake saat ia membelakangiku. Aku memeluknya erat dan kugesek-gesekkan celana ketatku dengan kontolku yang sudah menegang kearah pantatnya yang masih terbungkus celana itu.

Jake menyadari ada yang aneh pada diriku. Tidurnya pun terusik oleh perbuatan nakalku. Ia pun berusaha melepaskan pelukanku dan kembali menoleh kepadaku.  Wajahnya menjadi semakin dekat denganku. Reflek aku langsung mencium bibirnya. Awalnya Jake terkejut dan mematung lalu tak lama ia akhirnya juga membalas ciumanku. Kami berdua saling berciuman dan menyatu di dalam kamar tersebut dengan hangat.

A Magic Book & The Fantasy WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang