Taman Bunga Beracun

1.1K 40 0
                                    

Aku sudah menandai gua dan pohon di sekitar gua itu sebagai petunjuk agar dapat kembali menemui tikus raksasa yg telah mencuri tasku. Sekarang aku harus bisa mencari jalan agar dapat sampai ke rumah si penebang kayu.

Aku berjalan perlahan-lahan agar menghemat energiku. Tak di duga,  kunang-kunang itu kembali muncul di hadapanku. Aku masih mengingkan hal yg sama untuk menangkap kunang-kunang tersebut.  Aku pun mengikutinya perlahan tanpa harus berlari. Aku terus mengikuti kemana ia terbang hingga tak sadar aku sampai di sebuah sungai.

Sepertinya kunang-kunang ini memang pembawa keberuntungan. Ia seakan tau apa yg kupikirkan. Aku yg dari tadi merasa kehausan kini dapat menikmati air segar yg sudah ada di depan mataku ini. Tak perlu lagi memikirkan kehigienisan kandungan di dalam air ini, yg terpenting sekarang adalah aku harus bisa melepaskan rasa haus yg sudah membakar tenggorokanku yg kering ini. Aku pun melihat sekeliling untuk mencari tempat untuk menampung air sungai ini dan keberuntungan sepertinya telah kudapatkan kembali.  Terlihat botol kosong yg mengambang di tepi sungai. Aku pun segera berlari menghampiri botol itu dan segera kubersihkan botol tersebut dan kumasukkan air sungai untuk persediaan minumku. Setelah terisi penuh aku pun segera meneguk air di dalam botol itu dan rasanya begitu menyegarkan tenggorokanku.  Air ini begitu segar dan jernih seperti melihat iklan televisi yg membahas air mineral yg diambil langsung dr sumber mata air.  Spertinya ini adalah sumber mata air yg sesungguhnya drpd iklan televisi pd umumnya.

Aku tak sadar telah meminum air hampir setengah botol. Setelah sudah tak lagi haus aku pun mengisi kembali botol air itu dan fokus kembali mencari kunang-kunang tersebut. Aku hampir melupakan hewan keberuntungan itu karena teralihkan oleh sungai ini. Beruntungnya aku, karena kunang-kunang itu masih hingga di salah satu tumbuhan di dekat sungai ini. Aku pun menyebrangi sungai dan menghampiri hewan itu. Namun sayang, sekali lagi dia pun pergi meninggalkanku. Ia pun terbang setelah lama hinggap di tumbuhan itu dan kini aku harus berjalan lagi mengikuti kemana dia akan pergi.

Aku berpikir bahwa kunang-kunang itu dari tadi sengaja memancingku. Namun aku tak ambil pusing karena aku harus dapat menangkapnya apapun yg terjadi. Aku terus mengikutinya tanpa henti. Dia tetap saja terus terbang seperti mengarahkanku ke suatu tempat. Semoga saja dia bisa mengantarkanku pada rumah si penebang kayu di tengah hutan ini, pikirku. Namun tanpa sadar aku sampai di sebuah taman bunga yg terlihat begitu indah dipandang mata.  Aku terhenti seketika itu karena melihat ada pohon apel yg rimbun di dalam sana.  Aku pun masuk ke dalam taman itu.  Di depan taman terdapat sebuah pagar pembatas dan diatasnya tertulis poison garden.

"kebun beracun, apa maksudnya itu?" pikirku heran. Aku tak mempedulikan tulisan tersebut dan tetap melangkahkan kakiku masuk ke dalam taman itu. Saat hampir menjejakkan kaki ku di dalam taman,  kunang-kunang itu muncul lagi dihadapanku.  Ia seakan menggangguku dan memancing aku untuk pergi dari taman itu. Namun entah apa yg terjadi pada diriku. Aku mengabaikan kunang-kunang itu yg semula aku inginkan untuk kutangkap sebelumnya. Seakan ada magnet yg menarikku agar masuk ke dalam taman itu melalui penampilan indah dan harumnya bau bunga yg ada disana. Apalagi ada apel manis yg terkumpul untuk mengisi rasa laparku yg mulai menyerang.

"Jangan masuk ke dalam sana tuan...  Kau akan mati karena mencium aromanya.  Kumohon hentikan... Sebelum terlambat" bisik kecil sebuah suara yg membuyarkan lamunanku.

"Siapa itu... Siapa kau?  Kenapa aku tak boleh masuk ke taman ini. Aku hanya ingin mengambil beberapa apel saja untuk kumakan. Apakah itu dilarang? Tentu saja tidak bukan?" sahutku yg bersikeras masuk ke dalam taman itu.

Aku pun menoleh sekilas kebelakang memastikan asal suara kecil itu dan ternyata itu adalah suara milik kunang-kunang keberuntungan itu. Namun sayangnya, aku sudah mengabaikan peringatannya. Aku justru berlari menuju pohon apel itu dan memanjatnya untuk memetik beberapa buah apel. Setelah berupaya keras akhirnya aku mendapatkan 5 buah apel. Aku pun turun dan berteduh dibawah pohon itu sambil memakan buah apel.

Entah apa yg terjadi, setelah memakan buah apel itu aku menjadi pusing. Kepalaku begitu berat dan pandanganku menjadi kabur. Aku menyesal karena mengabaikan peringatan kunang-kunang itu tadi karena rasa laparku ini. Kini terlambat sudah, aku hanya bisa pasrah dgn nasib sialku ini. Apakah aku akan mati di taman yg indah ini. Tubuhku pun makin melemas, aku seakan mengantuk berat dan akhirnya aku terjatuh pingsan.

Dalam tidurku aku mengingat bahwa aku pernah menginginkan sebuah cerita tentang taman bunga beracun. Aku memikirkan hal itu karena terinspirasi dari bunga mawar.  Ia begitu cantik dilihat tapi memiliki duri yg banyak dibatangnya. Itu pun menjadikanku berpikir tentang tak semua penampilan indah akan selamanya indah karena dibalik keindahan itu ada sebuah keburukan yg ada.  Hal itu adalah racun yg dihasilkan bunga-bunga di taman ini. Percuma saja menyesal karena nasi sudah menjadi bubur dan tak ada orng menyesal di awal.

Aku tak tahu apa yg terjadi tetapi tubuhku seakan terangkat tiba-tiba oleh seseorang. Aku mendengar langkah kakinya berjalan melewati kebun bunga beracun ini dan ia terus melangkah hingga akhirnya berhenti pada suatu tempat.

"Beruntung kau kutemukan disana. Kunang-kunang baik itu telah menyelamatkanmu. Ia membisikiku agar menyelamatkanmu disana. Terlambat semenit saja kau akan mati disana sobat" ucap seorang lelaki yg tak ketahui itu siapa.

Aku pun seakan berbaring di atas kasur empuk karena bantuannya. Sepertinya ia telah membawaku kerumahnya. Tak lama aku pun dapat membuka mataku. Aku melihat sekelilingku. Ternyata ini adalah rumah kayu milik seseorang.  Aku pun berjalan mengelilingi rumah tersebut. Aku sebenarnya mencari siapa sosok penyelamatku. Akhirnya aku berhenti bergerak saat melihat seseorang yg begitu menawan ada di luar sana dgn membawa sebuah kapak.  Ia sepertinya adalah penebang kayu yg kucari dan kubayangkan di dalam ceritaku.  Dia begitu tinggi dan berkulit putih, rambutnya yg lurus hitam dan tubuhnya yg kecil namun bidang sungguh membuatku takjub. Aku pun membuka pintu dan pergi keluar untuk menyapanya.

"Oohh.  Hey..  Kau sudah siuman rupanya. Beruntung tadi kau kuselamatkan dari taman bunga beracun itu. Lain kali jangan kau lakukan hal itu kembali. Kunang-kunang itu adalah hewan pelindung hutan ini. Kau harusnya menuruti apa perintahnya bukan malah mengabaikannya. Ohh ya perkenalkan namaku Jake.  Bagaimana denganmu" sahut Jake menjabat tangannya ke arahku dengan senyuman manisnya.

"Iya mohon maaf atas hal itu. Aku tergiur oleh pohon apel yg tumbuh disana. Aku begitu lapar sehingga mengabaikan peringatan kunang-kunang itu tadi. Maaf aku merepotkanmu dan terima kasih atas bantuannya tadi. Kau telah menyelamatkanku dr bahaya kematianku. Aku tak tahu harus bagaimana aku membalas budi baikmu. Dan perkenalkan juga namaku Stefand" tuturku membalas jabat tangannya dan berbalik tersenyum kepadanya.

"Jika kau bersikeras untuk membalas budiku. Baiklah, cukup kau tinggal semalam saja kau bisa menemaniku di rumah kayu sederhanaku ini. Sepertinya kau juga blm makan dari tadi. Ayo masuk akan kubuatkan makan malam untukmu, Stef" sahut Jake yg kemudian mengajakku masuk kembali ke dalam rumahnya.

"Baiklah kalau begitu, maafkan aku jika merepotkanmu sekali lagi" sahutku malu.

"tak usah khawatir, aku justru senang karena kedatangan seseorang di rumahku sebab sudah lama aku tinggal sendirian disini semenjak pamanku meninggal dunia" sahut Jake yg kemudian menunjukkan raut muka kesedihan.

Aku tak lagi bertanya kepada Jake.  Sepertinya kenangan itu begitu menyedihkan untuknya. Aku hanya mengikutinya dari belakang dan segera masuk ke dalam rumahnya.

A Magic Book & The Fantasy WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang