Claude, Si Pedagang Kayu

831 27 0
                                    

Sehari setelah selesai membangun rumah hutan ini, aku merasakan sensasi yang aneh pada diriku. tubuhku terasa begitu panas namun saat kucoba untuk mandi dan mendinginkannya, justru semakin panas tubuh yang kurasa. Khawatir ada sesuatu yang buruk terjadi pada kesehatanku, Aku pun bergegas pergi sambil membawa Jake di Pangkuanku untuk memeriksakan diriku ke dokter di kota peri. Aku membawa gerobak penuh dengan kayu untuk dijual ke kota demi biaya pengobatanku nantinya.

Satu jam berlalu, sampailah aku ke kota peri untuk pertama kalinya semenjak masa pengasingan Jaceline dan Willington berlalu. Aku segera melangkahkan kakiku ke tempat penjual kayu. Aku harap kayu yang kubawa ini akan laku dijual kepadanya. Aku mencari di sekeliling pasar dan akhirnya di ujung pasarlah tempat penjual kayu itu berada.

Ini adalah pertama kalinya aku pergi ke tempat penjual kayu. Ketika itu aku takjub dengan berbagai perabotan yang dibuat dari kayu sangat menarik untuk kutonton. Namun, sosok pria penjual kayu itu lebih menarik perhatianku. Seketika mataku tertuju padanya. Ia berwajah manis seperti layaknya gadis. Entah apa yang kurasakan, jantungku tiba-tiba berdegub dengan kencang. Hal ini adalah kedua kalinya kurasakan sejak pertama aku jatuh hati pada Jaceline dahulu. Apakah mantra Jaceline mulai bereaksi? Kini aku begitu tertarik dengan pesona sang penjual kayu ini.

Aku berusaha mencuri pandang kepada pria itu. Sadar akan keberadaanku, pria tersebut kemudian keluar dan menghampiriku. Aku menjadi salah tingkah saat ia semakin dekat denganku.

"Permisi tuan apa ada yang bisa kubantu" tanya pria itu kepadaku.

"Oh... Iya pak... Sebenarnya aku berniat untuk menjual beberapa kayu yang kubawa kepadamu pak. Apakah kau bersedia membelinya. Ini adalah kayu yang terbaik di hutan yang sengaja kupilih untuk kujual kepada anda" terangku pada pria tersebut.

"Coba aku periksa terlebih dahulu. Jika memang cocok, maka aku akan membelinya" sahut pria tersebut sambil mengecek kayu yang ada di gerobakku.

"Silahkan saja pak. Semoga kayu yang kubawa sesuai dengan harapan anda" terangku menunjukkan kayuku kepadanya.

"Oke... Sepertinya kayumu sesuai dengan apa yang kucari. Kayu ini jenis yang langka dan sulit untuk ditebang. Kau hebat tuan bisa mendapatkan kayu ini. Dan satu lagi. Jangan panggil aku pak. Cukup panggil namaku saja Claude" seru Claude memperkenalkan dirinya.

"Baiklah Claude. Kau juga bisa memanggilku William. Aku pasti akan menjadi penjual setiamu jika memang kau begitu membutuhkan kayu yang kubawa ini. Setiap bulannya aku akan ke kota menjual kayu-kayu ini khusus untukmu saja jika kau mau"terangku bernegosiasi.

"Benarkah William. Sungguh terima kasih banyak. Memang sudah lama aku mengincar kayu jenis ini untuk kujadikan perabotan tetapi selama ini tak ada satu orang pun yang bisa menjual kayu tersebut kepadaku dan aku tak mampu jika mencarinya di hutan sendirian karena aku bukan ahli dalam hal menebang kayu sepertimu" sahut Claude kegirangan.

Seketika mata kami saling memandang satu sama lain. Claude pun terdiam menatap wajahku. Aku merasa begitu deg-degan di depannya saat ini. Kurasa ini saat yang tepat. Aku tak mau kejadian yang dulu terulang kembali. Harus kuungkapkan perasaanku terlebih dahulu agar aku tidak terlambat dan menyesal.

"Claude... Aku mencintaimu... " ucapku dengan lantang yang kemudian segera ku melangkah mendekatinya dan kucium bibir manisnya saat itu juga.

Claude sangat terkejut melihat aksiku. Matanya terbelalak namun ia tak dapat menolak ciumanku. Ia hanya mematung tak bergerak dan beberapa detik kemudian ia pun mespon ciuman dariku. Ia memeluk tubuhku dan membalas ciumanku dengan sangat mesra. Ajaibnya rasa panas yang ada pada diriku menghilang. Sepertinya ciuman ini berhasil membuat perasaan panas itu sirna. Aku pun menduga bahwa itu adalah efek samping dari mantra yang dirapalkan oleh Jaceline. Sepertinya dengan hubungan intim bersama pria, tubuhku akan mendapatkan energi positif dan aku pun tak mampu menolaknya jika tidak ingin mendapatkan perasaan sakit dan tidak nyaman pada seluruh tubuh apabila tidak melakukan hal tersebut.

Aku semakin bergairah dan tubuhku menjadi sangat nyaman. Ciuman ini sepertinya menambah energiku secara langsung. Aku pun memanfaatkan momen ini dengan mencium mesra Claude. Sepertinya Claude juga tidak keberatan dan menikmati ciuman yang kami lakukan.

Suara tangisan Jake mengusikku. Aku pun menghentikan ciuman kami dan segera mengendong bayi tersebut. Sementara itu, Claude masuk ke dalam rumahnya menginggalkan kami berdua. Tak lama, Claude datang membawa beberapa keping emas di tangannya.

"Ini adalah harga untuk kayu yang kau jual kepada William. Apakah aku boleh bertanya kepadamu? siapakah bayi yang kau bawa itu? Apakah dia anakmu?" tanya Claude penasaran.

"Oh ini adalah bayi adikku. Aku merawatnya karena kedua orangnya telah meninggal. Maka dari itu untuk memenuhi segala kebutuhan kami, terpaksa aku menjual kayu ini di kota untuk mendapatkan uang" terangku.

"Syukurlah kalau begitu. Kukira kau sudah berkeluarga. Karena baru kali ini ada lelaki yang begitu berani mencuri bibir manisku dengan pernyataan cintanya yang mendadak" seru Claude.

"Ah... Kau bisa saja membuatku malu. Entahlah sejak pertama aku melihatmu tak dapat kupungkiri bahwa dada ini berdebar dan jantung berdegub dengan cepat. Pengakuanku barusan itu jujur murni dari perasaanku. Kuharap kau merasakan hal yang sama sepertiku Claude. Mungkin ini terkesan mendadak, tetapi aku akan menerima semua keputusanmu" terangku serius.

"Mohon maaf, aku tidak bisa memberikanmu keputusan sekarang. Pernyataanmu begitu mendadak dan mengejutkanku. Mungkin aku butuh waktu untuk menjawabnya. Tetapi aku juga merasakan hal yang sama. Saat kau menciumku, aku merasakan kenikmatan dan kenyamanan" sahut Claude.

Aku lumayan senang mendengar jawaban dari Claude. Sepertinya ada harapan untukku agar dapat berhubungan lebih jauh dengan dirinya. Aku pun menerima keping emas itu untuk kutukarkan dengan uang. Aku pun berpamitan pada Claude dan melanjutkan perjalananku. Claude mengantarkanku ke luar tokonya dan melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan.

Aku pun kembali menimang Jake sambil menarik gerobakku menuju ke tempat penukaran uang. Begitu terkejutnya aku saat mendapatkan uang yang banyak dari penukaran koin emas tersebut. Aku sangat bersyukur atas hal tersebut , ternyata kerja keras tak pernah menghianati hasil. Aku pun segera membelanjakan uang tersebut untuk kebutuhan popok diriku sendiri dan juga Jake.

Tak terasa mentari kini sudah mulai berpamitan, pancaran sinarnya sudah mulai samar digantikan dengan gemerlap lampu jalanan di sepanjang kota peri. Aku kembali melangkahkan kakiku ke tempat Claude untuk menjumpainya terakhir kali sebelum kembali ke rumah hutan. Namun sayang, tokonya telah ditutup dan rumahnya nampak sepi.  Aku pun kembali dengan perasaan sedikit kecewa. Kembali lagi kulangkahkan kakiku perlahan menuju kembali ke hutan. Tiba-tiba terdengar suara lelaki dari kejauhan memanggilku

"William...  Tunggu William... Berhentilah sebentar" Teriak seseorang yang tidak kuketahui sosoknya.

Aku sontak menoleh kebelakang dan terkejutlah aku saat melihat sosok Claude yang mengejarku dengan membawa tas digengamannya. Aku pun menghentikan langkahku dan menghampiri Claude. Ia berlari kearahku dan tak sadar bahwa batu telah menyandung kakinya. Ia pun terjatuh, reflek aku berlari kearahnya dan memeluknya.

"Terima kasih banyak. Maafkan aku ceroboh. William izinkan aku pergi bersamamu.  Aku ingin mengenalmu lebih dekat. Bolehkan aku berkunjung ke rumahmu.  Aku sangat penasaran dengan kayu yang kau peroleh dan entah rasanya aku juga sesaat merindukanmu" terang Claude.

"tentu saja.  Aku sangat senang mendengar ucapanmu barusan. Rumahku terbuka untuk siapapun yang ingin berkunjung. Namun maaf jika rumahnya apa adanya. Karena butuh waktu dan banyak tenaga untuk membuat rumah seperti itu.

Akhirnya kami pun kembali melanjutkan perjalanan menuju ke hutan. Sambil mendorong gerobak, aku berjalan beriringan dengan Claude. Perjalanan kali ini begitu menyenangkan. Selain mendapatkan penghasilan,  aku pun akan mendapatkan cinta dari lelaki ini. Beruntung Jake begitu tenang tertidur di dalam gendonganku. Aku merasa keberadaan Jake membawa keberuntungan bagi hidupku.

A Magic Book & The Fantasy WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang