Disetubuhi Ayah

1.4K 27 5
                                    

Aku sudah berusia 17 tahun segala merubah hidupku. Setelah menyelesaikan sekolah, kini aku kembali ke rumah orang tuaku. Aku kini bisa melihat perubahan pada rumah yang begitu kurindukan. Aku terkejut saat berada di depan rumahku. Semuanya nampak begitu mewah dan menakjubkan. Namun kemewahan tersebut tak membuatku bahagia sebab aku tau darimana uang yang dihasilkan oleh ayah untuk merenovasi rumah kami hingga seperti ini.

Sebenarnya sudah lama aku melupakan kejadian yang dilakukan ayah dan pria tersebut dalam gubuk,  tetapi hasil yang diperoleh ayahku nampaknya sekarang menjadikan rumah yang kutinggali ini menjadi berubah.  Aku sekarang menjadi asing dengan rumahku sendiri.

Tampaknya kamarku sama sekali belum berubah seperti dulu. Memang dulu aku sempat berpesan agar tetap menjaga kamarku tetap seperti apa adanya. Aku pun segera membaringkan tubuhku di kamarku yang nyaman. Seharian aku tidur di kamar untuk beristirahat.

Aku terbangun saat perutku sudah mulai berbunyi. Kuperiksa jendela kamarku yang nampak gelap. Aku pun melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 24.00. Spertinya aku terjaga saat tengah malam. Segera kulangkahkan kakiku ke dapur untuk mengambil beberapa makanan yang bisa kukonsumsi saat ini.

Kriak... 

Suara pintu yang terbuka membuyarkan kantukku. Aku melihat ke arah pintu untuk memastikan siapa yang baru saja membuka pintu rumahku. Aku pun menuju pintu dan melihat sosok ayahku yang pergi ke luar. Aku bernafas lega karena bukan maling yang masuk ke dalam rumahku barusan. Kini ku kembali menuju ke dapur untuk menyantap makanan yang tersisa. Beruntung ibuku masih menyisakan kari ayam di panci. Aku segera mengambil nasi ke piring dan menuangkan sup kari ayam ke atas nasiku. Aku pun membawa makananku ke rumah makan dan menyantapnya dengan lahap. Aku begitu cepat menyantap makanan yang sangat kurindukan. Masakan rumah dengan yang ada di asrama sekolah memang beda jauh rasanya.

Kini perutku telah kenyang terisi makanan. Aku pun hendak melanjutkan untuk kembali tidur di kamar, tetapi aku masih penasaran dengan kepergian ayahku barusan. Apakah ayah masih seperti yang dulu? Tetap melayani napsu seksual pria bangsa peri yang begitu kubenci. Segera aku beranjak dari rumah dan bersiap untuk kembali masuk ke dalam hutan untuk yang kedua kalinya. Aku masih ingat betul setiap langkah yang dilalui ayahku untuk menuju ke gubuk di dalam hutan tersebut. Dengan ingatanku itu, segera kulangkahkan kakiku menuju ke hutan.

"Kumohon tuan Smith... Berikan aku mantra agar aku terbebas dari nafsu seksual yang menyimpang ini. Kini kedua anakku sudah dewasa. Mereka yang akan melanjutkan pekerjaanku menebang kayu. Kumohon, aku sudah tak mampu melayanimu lagi... " pinta ayahku sambil bersujud di depan pria yang diketahui namanya ialah Smith.

"Tak bisa semudah itu kau memohon kepadaku. Itulah harga yang wajib kau bayar dan sebanding dengan setiap keping emas yang kuberikan padamu sejak dulu. Dasar bangsa manusia murahan. Sudah untung banyak sekarang minta lebih. Dasar tak tau malu" maki Smith sambil menendang ayahku hingga tersungkur.

Aku mengintip perbuatan kasar yang dilakukan Smith kepada ayahku.  cukup sudah bangsa manusia ditindas oleh bangsa peri.  Aku tak terima dengan hinaan yang dilayangkannya kepada ayahku.

"Justru kau yang tak tau diri tuan. Kau sudah menjadikan ayahku sebagai budak napsumu.  Seharusnya kau ingat dengan usiamu. Ayahku sudah renta tapi masih saja kau perlakukan seperti itu. Dasar bangsa peri tak tau balas budi dan tak berperi kemanusiaan" labrakku kepada Smith sambil membantu ayahku berdiri.

"Baiklah tuan muda.  Jika kau ingin ayahmu terbebas.  Maka kau harus rela berkorban demi ayahmu itu. Kau harus mengantikan posisinya sekarang juga" ucap Smith dengan nada tinggi.

"Tidak.  Tak sudi aku menjadi budak seksmu. Kau adalah pria gila yang haus seksual. Ayo ayah kita pergi dari sini. Sudahlah tak perlu lagi kau memohon pada pria ini lagi" ucapku sambil menemani ayahku pergi menuju pintu keluar.

pintu gubuk pun seketika terkunci. Dengan mantra nya ia pun merapal padaku dan juga pada ayahku. Tubuhku tak dapat bergerak. Aku membeku dan merasakan sensasi aneh saat mantra itu diucapkan kepadaku. Aku tak bisa melawan matra sihirnya. Aku hanya bisa terdiam menunggu Smith selesai memantrai kami berdua. Hingga akhirnya ayah terjatuh karena lemas.  Aku pun mengangkat tubuh ayah dan menyuruhnya beristirahat di sofa.

"ahhhh. Panas... Panas sekali tubuhku...  Apa yang kau lakukan pada tubuhku ini tuan Smith. Kumohon ampuni sikap anakku barusan. Kumohon maafkan kami berdua" pinta ayahku memohon.

"Hahaha....  Itu adalah efek mantra dariku.  Jika kau ingin terbebas dari mantra itu maka kau harus bercinta dengan anakmu ini. Sungguh baik kan diriku. Aku membiarkanmu terlebih dulu mencicipi tubuh seksi anakmu sebelum aku menikmatinya sendiri.  Cepat kau nikmati tubuh anakmu ini sebelum panas itu membawamu ke ujung kematianmu sendiri.  Hahahaha" tawa Smith

Ayahku mulai melepaskan pakaiannya. Ia menghampiriku dan membantuku melucuti semua pakaianku. Aku tak bisa bergerak atau melawan semua yang dilakukan ayahku saat ini kepadaku. Aku tak berani menatap wajahku. Ia pun tak sadar menitikan air matanya. 

"Maafkan aku nak. Karena keegoisanku, kau sekarang yang menanggung akibatnya.  Sungguh maafkan ayahmu yang bodoh ini. Demi uang ayah menjualmu saat ini. Kumohon ampuni semua kesalahanku nak... " tangis ayah sembari memelukku dengan erat.

Aku membalas pelukannya dan ikut menangis. Entah mengapa aku tak lagi membenci ayahku.  Aku begitu memahami perjuangannya mencari nafkah untuk keluarganya. Aku sudah memasrahkan diri untuk disetubuhi ayahku sendiri. Aku merelakannya dan jutru bersyukur karena ayahku adalah orang pertama yang melakukannya, bukan Smith.

"Ayah... Sudahlah berhentilah menangis.  Lanjutkan saja apa intruksi dari Smith...  Aku tak mau kehilangan ayah di hari kelulusanku ini.  Kumohon ayah...  Aku sudah memaafkan semua kesalahanmu.  Aku menyadari dan merelakannya. Silahkan manfaatkan tubuhku ini. Jadikan ini saat terakhir bagi ayah untuk melakukan hal ini. Kuharap ini juga akan menjadi pelajaran bagi ayah agar tidak mengulanginya lagi" ucapku sambil menuntun ayahku untuk melanjutkan perbuatannya.

Ayah pun menghapus air matanya dan mulai memasang kondom pada kontolnya yang setengah menegang. Ia pun mengocok kontolnya berulang kali agar cepat berdiri tegak. Aku pun secara suka rela membantu mengocok kontol ayahku. Terasa aneh bagiku memegang kontol orang lain meskipun itu ayahku sendiri. Namun aku harus melakukannya demi ayahku.

Dengan bantuan tanganku,  akhirnya kontol ayahku sudah berdiri tegak dan siap untuk mengagahi tubuhku.  Aku tak berani untuk menyaksikan semua perbuatan bejat ini. Ayah pun ikut memejamkan matanya saat kontolnya mulai memasuki lubang pantatku.

"Achhh...  Sakit ayah...  Kumohon hentikan" teriakku menahan sakit saat ayah mulai memasukkan kontolnya ke lubang pantatku yang sempit.

Aku tak menyangka rasanya begitu menyakitkan diriku. Aku pun memegang erat ujung sofa untuk membantu menahan rasa sakit yang kurasakan. Tak sadar, aku melihat darah keluar dari pantatku akibat hentakan keras yang berulang-ulang dilakukan oleh kontol ayah saat menjebol lubang sempit pantatku.

"Maafkan aku nak.  Kumohon bersabarlah dan tahan rasa sakitnya.  Sebentar lagi,  pasti kau akan merasakan kenikmatan pula di balik rasa sakit itu. Aku jamin itu nak. Percayalah ucapan ayahmu ini" ucap ayahku sembari ia terus menyetubuhiku dengan gerakan yang lumayan cepat.

Awalnya aku tak percaya dengan perkataan ayahku, tetapi lama kelamaan setiap goyangan dan tusukan kontolnya yang masuk dan keluar dalam lubang pantatku membuatku merasakan kenikmatan. Aku sekarang tak lagi merasakan sakit namun justru sebaliknya. Aku semakin tersadar mengapa ayahku rela melepaskan harga dirinya jika memang ia bisa merasakan kenikmatan dari perbuatannya tersebut. Kini aku seeakan mampu memahami pemikiran ayahku. Aku menyukainya. Aku tak sadar bahwa kenikmatan ini begitu nyata. Aku hanya terdiam menikmati penis ayah yang masuk dalam diriku. Ayah juga membantu mengocok kontolku saat ia menyetubuhiku dengan nikmatnya. Saat itu kami sama-sama sudah mabuk dalam kenikmatan bercinta.

A Magic Book & The Fantasy WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang