Masa Kecil Claude

1K 26 3
                                    

Sudut pandang beralih pada Claude, Si Pedagang Kayu (Claude POV)

Namaku Claude Gerald. Aku adalah anak manusia yang tinggal di kota peri. Begitu jelas perbedaan antara bangsa manusia dan peri. Aku hanya manusia biasa yang lemah dan tak punya kemampuan sihir hebat seperti mereka. Hal itulah yang membuatku asing di kota ini.

Aku tinggal bersama kedua orangtuaku dan juga adik laki-lakiku. ayahku adalah seorang penebang kayu sedangkan ibuku adalah seorang pangerajin kayu. Setiap harinya, ayahku sibuk pergi ke hutan untuk menebang pohon yang cocok untuk digunakan untuk ibuku membuat kerajinan kayu. Dari pagi hingga petang ayah pergi ke hutan. Setiap pulang, ia selalu membawa beberapa potong kayu untuk diserahkan kepada ibu.

Aku kasihan melihat ayahku yang tiap hari menarik gerobak membawa beban berat kayu yang didorongnya. Namun aku juga salut pada ayahku sebab ia kuat mengangkat beban tersebut dan tidak pernah mengeluh sama sekali kepada keluarganya. Hal itulah yang membuatku penasaran pada sosok ayahku yang sebenarnya.

Suatu hari, di tengah malam disaat aku masih terjaga. Aku melihat sosok ayah yang keluar dari kamarnya yang kemudian secara diam-diam menyelinap keluar rumah. Karena merasa penasaran, aku mengikuti dari belakang sosok ayah tanpa ia sadari. Langkah ayah membawa diriku sampai ke sebuah hutan. Aku awalnya ragu untuk melanjutkan perjalanan ini, sebab hutan memang tempat keseharian ayahku untuk bekerja. Namun, rasa penasaranku lebih besar daripada keinginan untuk menolaknya. Akhirnya aku pun ikut masuk ke dalam hutan pertama kalinya untuk menuntaskan rasa penasaranku.

Langkah ayahku berhenti pada sebuah gubuk kecil di tengah hutan. Ia ternyata sudah disambut oleh lelaki paruh baya bangsa peri. Saat pintu gubuk tersebut tertutup, barulah aku mendekati tempat itu untuk mengintip apakah yang dilakukan ayah di dalam sana. Betapa terkejutnya aku saat melihat ayah sedang berciuman dengan pria tersebut. Mereka saling berciuman dengan amat mesra dan saling melepaskan pakaian mereka sampai dalam kondisi telanjang bulat. Aku Seketika membungkam mulutku tak percaya dengan apa yang kulihat saat ini.  Aku terus mengintip dari lubang pintu gubuk ini untuk menyaksikan kemesraan ayah bersama pria itu hingga akhir.

Ayahku digiring oleh pria itu ke sofa. Dalam posisi duduk pria itu menyuruh ayahku untuk mengulum kontolnya. Entah apa yang ada dipikiran ayahku, ia hanya menurut semua perintah yang diintruksikan kepadanya. Aku khawatir ayahku sedang dalam pengaruh sihir jahat pria tersebut.  Namun tanpa bukti yang kuat aku tak bisa menuduhnya sembarangan. Aku pun melanjutkan pengintaiku. Terlihat di dalam nampak asyik ayahku yang mengulum kontol pria tersebut dengan nikmat layaknya sedang menjilati permen. Pria itu hanya mengerang keenakan dan sesekali mendorong kepala ayah semakin dalam untuk merasakan kontolnya yang lumayan panjang.

Beberapa menit berlalu, pria itu kemudian berdiri dan menuju ke kasur.  Ia pun mengajak ayahku ke sana untuk melanjutkan aktivitas mereka. Di atas kasur,  ayahku sudah siap menungging layaknya anjing sambil menunggu apa yang pria itu lakukan lagi kepadanya. Terlihat pria itu nampak sibuk memasangkan kondom pada kontolnya dan sesekali memberikan pelumas pada pantat ayahku. Tak lama pria itu pun memasukkan kontolnya ke dalam lubang pantat ayahku. Aku sangat terkejut tak menyangka dengan perbuatan yang mereka lakukan.

Pria itu nampak begitu mengendalikan ayahku. Dengan segala intruksinya ayahku selalu takluk kepadanya. Meskipun terlihat kesakitan hingga terlihat bahwa pantatnya telah mengeluarkan darah namun pria itu makin mempercepat goyangan dan hentakan tubuhnya menerjang pantat ayahku dengan keras. Lama kelamaan ekspresi ayahku mulai berbeda, ia pun terasa menikmati sensasi dikala pantatnya dimasuki kontol pria tersebut.  Ia pun mendesah dan sembari mengocok kontolnya juga yang ikut menegang. Desahan ayahku semakin membuat pria itu menjadi liar. Ia pun menapar pantat ayahku di kiri dan kanan sambil terus mengoyangkan tubuhnya untuk menerjang pantat ayahku.

Bosan dengan posisi menunging, kini ayahku dalam posisi tertidur dan mengangkat kedua kakinya di hadapan pria itu. Pria itu pun mendekati ayah dan memegang kedua kaki ayahku sembari menempatkan kontolnya sekali lagi pada lubang pantat ayahku yang sudah memerah akibat tamparan yang berulang kali ia layangkan. Kini ayah dan pria tersebut sama-sama saling mengerang kenikmatan dan terdengar suara desahan mereka yang begitu jelas ditelingaku.

Setengah jam telah berlalu, nampak pria itu akhirnya melepaskan kontolnya pada lubang pantat ayahku. Ia pun melepaskan kondomnya dan mengocok kontolnya berulang-ulang. Ayahku pun bergegas menuju ke tempat pria itu berada. Disaat pria itu berdiri, ia bersimpu didepan pria tersebut dan membuka mulutnya dengan lebar. Tak lama terlihat cipratan air sperma yang keluar dari kontol pria itu yang sesegera ditampung dalam mulut ayahku. Ia pun menelan sperma itu tanpa ada satupun yang tersisa.

Pria itu pun kemudian mengeluarkan sebuah kantong berisi beberapa keping emas untuk diberikan ayahku.  Aku semakin terkejut melihat situasi tersebut. Ayahku ternyata melakukan hal tersebut karena imbalan dari pria itu. Sungguh kini aku merasa begitu kecewa pada sosok ayahku yang dulu kukagumi. Hanya demi mendapatkan beberapa keping emas,  ia rela menjual harga dirinya dan bersedia menjadi budak napsu seorang peri yang begitu meremehkan bangsa manusia. Aku pun segera pergi dari gubuk tersebut dan berlari kembali menuju ke rumah.

Semenjak saat itu, pandanganku terhadap ayah mulai berubah. kini aku mulai menghidar darinya. Sekarang aku lebih mendekat pada ibu dan belajar cara untuk menjadi seorang pengerajin kayu. Ibuku tentu saja senang melihatku serius belajar teknik tersebut darinya. Sementara itu, adik lelakiku tetap mengikuti ayahku belajar tentang menjadi seorang penebang pohon yang hebat.

Aku awalnya cuma sekadar asing dengan para penduduk bangsa peri, namun dikala kejadian yang terjadi pada ayahku dan pria peri itu. Kini aku mulai menaruh kebencian pada bangsa peri.  Aku pun sekarang disekolahkan oleh ayah di sekolah peri hingga lulus nanti. Aku tau uang itu pasti hasil dari perbuatan ayah bercinta dengan pria peri yang menjijikan itu. Terpaksa aku pun menghabiskan masa kecilku di lingkungan sekolah. Disana aku hanya fokus belajar dan begitu selektif dalam mencari teman.  Aku hanya mau berbicara dan akrab dengan teman sesama bangsa manusia dibandingkan harus bergaul dengan anak bangsa peri.  Yang ada di fikiranku sekarang hanyalah cara mempercepat kelulusanku dengan prestasiku disekolah terkutuk ini.

6 tahun akhirnya aku sudah berhasil lulus sekolah dengan rangking pertama sesekolah. Dengan percepatan kelulusan 2 tahun, aku sudah membuat bangga keluargaku. Aku pun memperoleh dana bantuan untuk mempelajari ilmu pengrajin dari kepala sekolah. Dengan senang hati aku menerima bantuan tersebut untuk memgembangkan bakatku seperti ibu.


A Magic Book & The Fantasy WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang