Kisah Paman William

919 29 0
                                    

   Aku terus berjalan sambil mendorong gerobak yang ditumpangi oleh pamanku. Aku asyik bercerita hingga tak menyadari bahwa paman sudah tertidur. Aku pun berhenti sejenak. Kulepaskan jasku dan kuberikan pada paman sebagai selimut tidurnya. Aku pun nampak sedih melihat kondisi pamanku yang mulai menua. Segera kulanjutkan kembali langkahku dan mendorong gerobak lagi. Satu jam setengah akhirnya aku sampai ke rumah hutan. 

Aku terkejut melihat keadaan rumah hutan yang berubah drastis.  Kini rumah ini menjadi lebih luas daripada sebelumnya. Aku pun membangunkan pamanku dan bertanya mengenai kondisi rumah yang menjadi lebih bagus daripada sebelumnya. Paman hanya tersenyum dan menjawab, "akulah yang merenovasi rumah kita saat kau sibuk belajar di kota.  Aku sengaja mempersiapkan ini khusus untukmu, Jake"

Aku terharu mendengar ucapan pamanku. Seketika aku memeluk erat tubuhnya dan menangis. Paman mendengarku menangis. Ia kemudian memandang wajahku dan menghapus air mataku. Ia pun mengandengku untuk masuk ke dalam rumah.

Aku pun menyuruh paman untuk duduk di ruang makan, sambil menunggu memasak makanan spesial  yang pertama kali kubuat untuk pamanku. Kuambil bahan makanan yang sudah kami beli tadi di pasar dan kubuat makanan terenak dari bahan-bahan tersebut.

Paman penasaran dengan apa yang sedang kubuat di dapur dan ia pun menghampiriku. Di depan paman,  aku menunjukkan keahlian memasakku yang kupelajari selama berada di asrama. Hidup mandiri di asrama telah membentuk diriku agar dapat ahli dalam berbagai hal.  Aku tak dapat mengandalkan orang lain karena keinginanku. Jadi aku pun belajar berbagai macam dasar bertahan hidup untuk membuat diriku siap dalam menghadapi situasi apapun kelak di luar sana.

Aku begitu semangat saat paman memuji keahlian memasakku.  Sempat ia mencicipi rasa masakan buatkanku.  Ia kemudian mengacungkan kedua jempolnya dan mengatakan bahwa masakanku sangat enak. Aku pun semakin tersipu saat paman mengatakan hal itu langsung di depanku.  Sudah lama aku tidak pernah dipuji seperti ini. Biasanya hanya Robert teman sekamarku yang sering memuji keahlianku. Kini aku sudah tak lagi menjumpainya. Robert sudah pergi meninggalkan Fairy Town dan kembali ke desa asalnya, Mount Village. Acara kelulusan itu adalah saat terakhir aku dapat berjumpa dengannya. Namun kami sempat berjanji akan saling mengirim kabar lewat kantor pos.

Aku kembali menyadarkan diri dan fokus pada masakanku yang masih belum selesai. Aku pun menyuruh paman duduk kembali ke ruang makan untuk menunggu makananku siap disajikan. Paman pun kemudian pergi meninggalkanku dan duduk kembali di ruang makan. Aku hanya tersenyum melihat pamanku yang begitu menuruti semua permintaanku tanpa banyak bicara.

Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya makanan yang kubuat siap untuk dihidangkan.  Aku memanggil paman ke dapur untuk membantuku membawa beberapa masakan yang sudah kusiapkan di beberapa tempat yang berbeda. Kami pun bekerja sama membawa setiap piring berisi makanan ke ruang makan. Aku pun kemudian menyantap makananku bersama dengan paman malam ini. Suasana malam yang sunyi membuatku setengah mengantuk.  Setelah menghabiskan makanan dan mencuci beberapa piring kotor di meja makan.  Aku hendak bersiap untuk tidur di kamar tidurku. Namun langkahku terhenti saat paman menepuk pundakku.

Paman mengarahkanku ke ruang tamu.  Ia pun dengan serius akan menceritakan semua kisah yang dia alami sewaktu muda kepadaku. Hal itu termasuk kisah kedua orang tuaku yang sudah lama kutanyakan kepadanya namun selalu ia sengaja abaikan. Malam itu aku mendapatkan semua penjelasan yang begitu ingin kuketahui.

***
Sudut pandang beralih pada Paman William (William POV)

Fairy town, 30 tahun yang lalu.

Aku adalah keturunan Will yang sudah dikenal di kota peri ini.  Meskipun keluarga kami adalah bangsa murni ras manusia. Tetapi sudah lama keluarga kami tinggal di kota bangsa ras peri berasal. 

Aku sudah lama mengagumi sosoknya. Dia adalah gadis tercantik di kota peri yang pernah kujumpai. Jaceline namanya, ia adalah peri cantik yang tinggal di sebuah rumah yang penuh dengan sihir yang menakjubkan. Awalnya aku tak sengaja bertemu dengannya saat ia mencoba menyembuhkan kakiku yang terluka akibat tersandung batu. Aku begitu takjub dengan kemampuan penyembuhannya dan paras cantiknya membuatku teralihkan. Aku begitu deg-degan saat memandang wajah cantiknya dari dekat. Sejak saat itu, aku penasaran dengan dirinya yang membuatku terpana.

Suatu hari aku mengikutinya sampai ia tiba di rumahnya. Aku pun hanya bisa terkejut takjub melihat rumahnya yang begitu kental dengan sentuhan sihir.  Aku hanya berdiri terdiam menatap rumah itu dengan seksama lalu tak kusangka diatas lantai 2 kuliat Jaceline sedang asyik menyiram bunga dengan kemampuan sihirnya.  Ia menggerakkan air dengan kemampuan sihirnya dan membuatnya melayang hingga akhirnya menyebar mengenai bunga-bunga yang ia taman di depan jendelanya. Aku hanya bisa mengintipnya dari jauh. Tak berani aku mengungkapkan rasa sukaku kepadanya sebab aku tau bangsa peri dan manusia seharusnya tidak diijinkan untuk berhubungan asmara.

Aku adalah pria yang pendiam. Hanya pada adikku Willington lah aku bisa jujur mencurahkan segala isi hatiku. Segala hal yang kupendam kuceritakan kepadanya secara detail.  Ia jutru tertawa mendengar semua ceritaku. Penasaran dengan sosok gadis yang kuceritakan akhirnya aku mengajak Willington melihat gadis itu di tepi sungai seperti biasanya dia lakukan. Willington terkesima juga dengan kecantikan dari jaceline.

Semenjak saat itu Willington berupaya mendekati Jaceline tanpa sepengetahuanku. Awalnya aku tak menaruh curiga pada adikku ini, tetapi di suatu hari saat aku melihatnya sedang asyik bercinta dengan jaceline di pinggir hutan. Aku begitu sedih dan terluka. Aku langsung mengalihkan pandanganku dan berlari menjauhi mereka. Dalam perjalanan pulang aku menangis.  Baru pertama kali aku menangisi seseorang yang tidak dapat kumiliki, seorang yang kucinta tetapi direbut begitu saja oleh adik kandungku sendiri. Aku marah pada diriku sendiri. Mengapa dulu aku mengenalkan sosok Jaceline pada Willington. Kenapa aku terlalu penakut untuk mendekati gadis itu. Andaikan saja aku mengajaknya berkenalan dan saling berinteraksi satu sama lain pasti tidak akan terjadi hal yang mengejutkan seperti ini.

Suaru hari, terdengar ramai orang berkumpul di depan rumahku. Aku mendengar suara yang tak asing lagi ditelingaku. Ternyata benar dia adalah jaceline. Sepertinya adalah masalah besar yang terjadi

Intinya ayahnya selingkuh dngn jace dan membuat paman marah.  Orang tua dan warga sekitar menghukum jace akibat perbuatan kotor yang dilakukannya. Sayapnya dipotong paksa sehingga menyebabkan setengah dari nyawa akan hilang.  Jace hamil dan akhirnya meninggal saat bayinya terlahir di dunia.  Sebelum ia mati, sempat ia merapal mantra untuk paman.  Dia memberikan kekuatan spesial pada paman namun kekuatan itu memiliki sisi negatif.  Ia menjadi haus akan seksual pada kaum pria. Ia tak akan lagi tertarik pada wanita manapun karena kemampuan nya tersebut.  Sementara itu Willington dibuat hilang ingatan oleh matra keluarga jace dan tak lama terlihat mayat will yang tenggelam ke dalam sungai sehari setelah jace meninggal

A Magic Book & The Fantasy WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang