ke esokan harinya
Miller dan Nando (sahabatnya) sedang duduk sambil mengobrol di taman kampus
"Bro 2 hari lagi sepupuku yang perempuan kan ulang tahun, bagusnya kasih hadiah apa ya?"
tanya Miller sambil menongka dagu dengan kedua tangannya
"Ya kasih aja barang-barang yang bisa dia pake atau yang dia suka, gitu aja repot"
"Masalahnya sepupuku itu feminim banget, aku kan nggak paham barang barang yang biasa dipake anak feminim".
Sambung Miller"Bingung, padahal dia sendiri perempuan".
Kata Nando dengan suara berbisik"Hei aku mendengarnya ya!"
Di tengah tengah pembicaraan mereka, tiba-tiba dari arah belakang seorang perempuan datang merangkul Miller dan duduk di sampingnya
"Miller sayanggg" sahut perempuan itu
"Stevi apaan sih"
kata Miller lalu melepaskan rangkulan perempuan itu.Ya dia adalah stevi.
Perempuan berparas cantik yang pernah memenangkan lomba queen kampus tahun lalu.
Stevi juga teman Miller sejak SMA, tapi pertemanan mereka biasa-biasa saja karena Miller tidak suka dengan sikap Stevi yang selalu mementingkan diri sendiri.
Walau begitu, Stevi selalu berusaha untuk dekat dengan Miller karena ia telah menyukai Miller sejak SMA."Kalian lagi bicarain apa sih, aku gabung dong"
Kata Stevi dengan memasang wajah imutnya."Nah pas, Miller kamu tanya Stevi saja dia pasti tau semua barang-barang yang kamu perlu beli"
Saran Nando."Udah-udah ya, nggak perlu nanti aku cari sendiri aja".
Pandangan Miller pun tertuju ke arah Sany yang sedang berjalan sendirian menuju kelas, tanpa menunggu ia langsung pergi meninggalkan Stevi dan Nando lalu menyusul Sany.
"Eh Miller mau ke mana"
Teriakan Stevi yang tidak di ladeni oleh MillerSebaliknya Miller yang berlari ke arah Sany berteriak memanggil Sany
Stevi kesal, sangat sulit baginya untuk dekat dengan Miller. Padahal mereka bukan orang baru saja saling kenal, mereka bahkan sekelas.
Tapi Stevi penasaran, siapa orang yang tadi di kejar Miller.
Ia mendengar Miller meneriaki nama Sany.
Sany? Siapa Sany...?**
"Sany tunggu"
Mendengar ada yang memanggilnya Sany pun berhenti dan berbalik.
Sampai di hadapan Sany, Miller tertunduk sambil bersandar di tembok"Kamu jalannya cepet banget, aku dari tadi manggil kamu tau"
"Ouh benarkah? Aku nggak denger, tapi kenapa kamu sampe ngejar aku gini? Ada hal penting"
"Ya gitulah hehehe"
sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Sebenarnya aku mau minta tolong sama kamu boleh nggak?"
"Boleh minta tolong apa?"
"Serius, klo gitu ayo"
Tanpa menjawab pertanyaan Sany, Miller langsung menggenggam tangannya dan mengajaknya pergi.
Deg deg...
Kali ini bukan hanya malu, tapi ia sampai deg degan. Jantungnya terasa berdetak tak karuan, hanya karena genggaman tangan Miller. Sebenarnya perasaan apa ini?
Sampai di parkiran, Sany menarik tangannya yang di genggam Miller
"Oh maaf-maaf"
Miller tersadar, ia menggenggam tangan seseorang tanpa meminta ijin terlebih dahulu. Ia jadi salah tingkah sekarang.
Sory yah kalau part yang ini agak ngebosanin, nanti aku perbaikin lagi kalau ad waktu😅
Vomment ya😘.