Setelah melihatnya, Sany langsung berbalik badan dan menarik tangan Miller kemudian mengajaknya pergi dari situ. Sany berjalan sangat cepat, walaupun Miller bingung dengan yang Sany lakukan, ia tetap mengikuti Sany dari belakang.
Sementara itu Given tidak mengejar mereka, ia tau Sany pasti masih tidak ingin menemuinya setelah apa yang terjadi antara mereka dulu.
"Sany pasti masih marah sama aku, lebih baik aku nggak usah ngejar, yang penting aku sudah tau alamatnya. tapi siapa pria yang bersamanya itu? apa pacar barunya...?"
Kata Given yang penasaran karena melihat Miller yang tadi bersama Sany.Sementara itu...
Miller yang terus mengikuti Sany dengan terus berjalan tergesa gesa, akhirnya berhenti sehingga Sanypun ikut terhenti karena ia berjalan sambil memegangi tangan Miller.
"Sany kamu kenapa sih? kenapa kamu tiba tiba menarikku? kamu bahkan berjalan tergesa gesa, kamu mau kemana sebenarnya?"
Tanya Miller"Hari ini cukup jalan jalannya, aku mau pulang"
Jawab Sany tanpa menatap wajah Miller.Miller : "kamu...oke kita pulang, tapi kamu jelaskan dulu kenapa sikapmu tiba tiba berubah seperti ini, dan siapa pria yang terus memanggilmu dari seberang jalan itu?"
"Aku bilang aku mau pulang! kenapa kamu nggak ngerti sih."
Kata Sany dengan sedikit berteriak, sehingga membuat Miller melihatnya dengan wajah heran." kalau kamu nggak mau antarin aku, nggak apa apa aku akan naik taxi."
Sambungnya, kemudian berbalik membelakangi Miller."Sany..., baiklah kita akan pulang, tapi kamu tunggu di sini dulu sebentar, motorku ada di parkiran restoran tadi, tunggu sebentar ya".
Kata Miller dengan lembut agar Sany merasa lebih tenang.Dalam perjalanan pulang Sany berubah pikiran dan meminta untuk menginap di rumah Miller. Jadi mereka berbalik arah kemudian menuju rumah Miller.
*Beberapa menit kemudian*
sesampainya di rumah, Miller langsung mengajak Sany ke kamarnya dan memberi segelas teh hangat. Mereka duduk berhadapan, Sany duduk di kasur sedangkan Miller duduk di kursi. Miller mulai menggenggam kedua tangan Sany,
"Sayang, kamu bisa katakan apapun padaku. Semua perasaanmu, semua yang kamu pikirkan, kapanpun itu."
Sany belum berkata apa apa, ia hanya tertunduk di hadapan Miller, kemudian perlahan ia mulai menangis, dan membuat Miller semakin bingung.
"Hey sayang...Sany, ada apa? katakanlah padaku, apa karena orang yang memanggilmu tadi? memangnya siapa dia?"
Kata Miller sambil menghapus air mata Sany yang sudah membasahi pipinya itu.Akhirnya Sanypun mulai menceritakan secara perlahan mengenai siapa orang yang tadi memanggilnya itu yang tidak lain adalah Given. Ia juga menjelaskan tentang hubungannya dengan Given dulu, secara terperinci.
Mendengar itu Miller awalnya hanya terdiam, karena Sany tidak pernah menceritakan hal itu padanya.Sany : "aku berharap untuk tidak lagi bertemu dengannya, tapi kenapa dia harus kesini".
"tapi kami sekarang tidak ada hubungan apa apa, aku bahkan tidak ingin menganggapnya sebagai temanku."
Sambungnya untuk meyakinkan Miller."Hmm, aku percaya padamu."
jawab Miller.Kemudian ia langsung berdiri dari hadapan Sany dan menuju kamar mandi.
"Aku akan mandi dulu, kamu tidur saja duluan ya."
( "Apa Miller marah padaku karena nggak mengatakan ini dari awal? ya dia pasti kecewa." )
Batin Sany.Karena itu Sany hanya berbaring di kasur, tapi belum tidur. Ia terus menunggu Miller yang mandinya super duper lama itu. Setelah Miller selesai mandi dan ganti baju, ia kembali bangun.
"Hey kenapa belum tidur",
Kata Miller kemudian naik ke kasur dan duduk di sampingnya."Aku mau minta maaf karena nggak pernah cerita tentang ini dari awal ke kamu, kamu pasti merasa kecewa."
Kata Sany sambil menundukan kepalanya."Yah memang aku sedikit kaget, tapi aku nggak marah kok".
Jawab Miller"Kamu serius? katakan yang sebenarnya."
Sambung Sany dengan nada suara yang memelas.Millerpun kembali menggenggam tangan Sany sambil tersenyum.
"Dengar aku sangat mencintaimu, dan hal seperti ini nggak akan mengurangi perasaan itu. Tapi lain kali kita harus lebih terbuka satu sama lain, karena jika tidak akan terjadi kesalah pahaman. Ok! "
Sanypun langsung memeluk Miller karena merasa lega dengan apa yang Miller katakan. Ia benar benar bersyukur mempunyai Miller yang bisa mengerti dengan sikapnya.
Ke esokan paginya, Miller mengantar Sany pulang ke rumahnya.
Miller : "kamu nggak ada kelas pagi kan, nanti sebentar aku jemput lagi agak siangan ya"
Sany : "Makasih ya"
Setelah itu Miller kembali pulang.
Tapi baru beberapa menit berlalu, terdengar pintunya kembali di ketuk."Kenapa dia kembali? apa kelupaan sesuatu,"
Kata Sany sambil berjalan menuju pintu.Setelah ia membuka pintu, ternyata yang bertamu ke rumahnya adalah Given. Sontak ia langsung menutup kembali pintunya.
"Sany tunggu sebentar, Sany ayolah aku ingin bicara denganmu."
Teriak Given dari balik pintu."Sany aku hanya ingin menyelesaikan persoalan kita waktu itu, beri aku kesempatan untuk bicara"
Sambungnya.Ayo tinggalkan voutenya👍