*27

1K 38 0
                                    

Sem : "ya akupun awalnya berpikir begitu juga sama kayak papa. Tapi setelah aku lihat, Miller itu orang baik, dia sangat menyayangi Sany. Dia selalu menghibur Sany dan selalu ada untuknya. Lebih baik papa pikirkan baik baik semuanya".

Setelah itu Sem pergi menyusul Sany ke kamar untuk menghiburnya.

*Semementara itu*

Miller belum juga keluar dari kamarnya sejak kembali dari rumahnya Sany. Bibi yang sudah menyiapkan makanan, memanggilnya untuk makan bersama tapi sama sekali tidak ada jawaban.
Di kamar, Miller hanya terus memandangi ponselnya dengan walpaper foto mereka berdua. Tiba tiba muncul panggilan masuk Sany, iapun segera mengangkatnya.

Percakapan telephon**

Miller : "Hallo Sayang, Sany bagaimana keadaanmu. Aku menunggu telepon darimu, aku merindukanmu".

Sany : "aku baik. Bagaimana keadaanmu, kamu sudah makan?"

Miller : "hmm..."

Sany : "baguslah. Mil, maafin aku ya. Maaf aku belum bisa jadi pacar yang baik, maaf aku selalu buat kamu sedih, aku minta maaf".
Terdengar suara Sany yang mulai menangis

Miller : "nggak Sayang, aku bahagia denganmu. Apapun yang sekarang sedang terjadi, kita akan lewati bersama sama. tolong jagan nangis".

Sany : "Mil sekali lagi aku minta maaf ke kamu besok aku mungkin nggak bisa ngerayain ulang tahun kamu, karena besok aku akan pulang ke rumah orang tuaku di luar kota".

Miller : "apa...!"
Dengan suara pelan

Sany : "mungkin ini juga terakhir aku menelpon dan mendengar suaramu. Aku minta maaf. Selamat ulang tahun untukmu, semoga kamu bertemu dengan orang yang lebih baik dari aku. Aku mencintaimu".

Setelah itu Sany langsung menutup teleponnya. Ia benar benar berat meninggalkan Miller, tapi ia juga tidak bisa membantah papanya.

Setelah Sany menutup teleponnya, Miller hanya terdiam ia tidak tau harus berkata apa. Iapun melemparkan poselnya ke dinding dengan kencang sehingga ponselnya pecah dan mati.

"Sany kamu sudah berjanji nggak akan pergi, lalu apa sekarang kamu akan meninggalkanku lagi sama seperti dulu?"
Kata Miller

*Ke esokan harinya*

Tepat jam 5 pagi Sany sudah siap dengan semua barangnya, mereka akan berangkat dengan jadwal penerbangan 6.30. Sebelum keluar dengan membawa kopernya, ia memandangi kamarnya tersebut. Kamar yang dulu penuh tawa dan kebahagiaan ketika bersama Miller, kini kamar itu kosong dan sunyi. Setelah selesai berpamitan sengan kamarnya mereka bertigapun langsung berangkat ke bandara.

Mereka duduk di loby sambil menunggu pemberitahuan keberangkatan, Sany terus terpikir tentang Miller, karena hari ini adalah ulang tahunnya yang ke 26.

"Miller pasti sudah membenciku sekarang, aku meninggalkanya di hari spesialnya. Aku memang bodoh".
Setelah itu Sany mulai menangis.

"Sany kenapa kamu menangis?"
Tanya papanya

Sany : "semua ini gara gara papa aku harus meninggalkan orang yang aku cintai di hari spesialnya. Papa jahat, papa nggak pernah mengerti aku".

Papa Sany : "kamu janga berkata seperti itu sayang, papa melakukan ini untuk kebaikanmu".

Sany : "kebaikan apanya, papa malah menyiksa aku kalau kayak gini. Aku sama sekali nggak senang. Coba papa yang ada di posisi aku, papa harus meninggalkan orang yang selalu ada, selalu menyanyangi dan mencintai papa dengan tulus. Apa papa mau?"

Papa Sany : "tapi sayang dia itu seorang wanita".

Sany : "aku tau hubungan kami memang berbeda, tapi aku ingin menjalaninya, karena kami punya cinta. Miller orang baik dan papa nggak mau melihat itu darinya. Papa egois".

Melihat putri satu satunya yang berbicara dengan wajah sangat sedih, iapun merasa bersalah. Ia belum perbah melihat Sany sangat mencintai seseorang seperti itu, bahkan saat Sany bersama Given dulu. Iapun memutar otaknya, memikirkan semua pertimbangan.
Akhirnya hatinyapun luluh, ia berkata sambil memegang tangan Sany

"Sayang papa minta maaf, karena papa sulit sekali mengerti keinginanmu. Tanpa sadar papa telah egois, ingin membuatmu senang tanpa memikirkan hatimu. Maaf papa telah menghambat kebahagiaanmu, sekarang kamu kembalilah ke dia yang kamu cintai".

Sany : "papa serius, papa mengijinkan aku bersama Miller?"

Papa Sany : "ya sayang, papa ingin lihat kamu bahagia".

Mendengar itu, tangisan Sany langsung terhenti. Ia segera memeluk papanya dan mengucapkan selamat tinggal karena papanya dan Sem tetap harus pulang.
Ia segera keluar dari bandara dan naik taxi menuju rumah Miller.

She's MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang