Sany pun memasuki kamar Miller yang bernuansa monokron itu. Ia memperhatikan sekeliling, terlihat tidak ada satupun benda yang menandakan bahwa itu adalah kamar cewek. Iapun tertawa tertawa kecil di belakang Miller
"Hei kamu lagi ngetawain apa hah!!"
Tanya Miller sambil berkacak pinggang."Nggak kok aku nggak ketawa,
Ayo langsung buat tugas aja nanti keburu sore"
Sambung SanyDi depan meja belajar Miller pun mulai membantu Sany mengerjakan tugas matematikanya. Menjelaskan materinya secara perlahan dan sabar, agar Sany mudah memahaminya.
Mereka duduk berhadapan, membuat Miller selalu bisa menatap Sany saat Sany sedang sibuk menulis....
.
.
.
.Jauh dari apa yang di katakan Sany, bahwa mengerjakan tugas itu tidak akan lama. Kenyataannya, ia menghabiskan waktu sampai 2 jam lebih, baru semua tugasmya selesai.
"Huuhhh akhirnya selesai juga, aku capek banget..."
Kata Sany sambil merenggangkan tangannya."Kamu ngerjainnya lebih lama dari yang aku kira"
Kata Miller sambil sedikit tertawa"Biarin yang penting selesai, makasih banyak ya Mill udah bantuin"
Baru saja Sany selesai merapikan buku bukunya, tiba tiba terdengar suara hujan turun begitu deras di ikuti suara petir yang menggelegar.
"Yah hujan gimana nih aku pulangnya, malah udah sore banget lagi..."
"Tunggu aja hujannya berhenti atau setidaknya sedikit reda nanti aku antar pulang....Oh iya aku keluar bentar ya nanti aku balik lagi, nggak lama kok"
Miller yang tersadar kalo dari tadi dia belum menawarkan makanan ke Sany, ia pun segera pergi ke dapur dan meminta bibi untuk memasak.
**
Beberapa menit kemudian Miller kembali ke kamar untuk mengajak Sany makan, tapi ia malah melihat Sany telah tertidur di atas kasurnya dengan nyenyak.
" dia tertidur, kayaknya dia benar benar kelelahan."
Ide jahil pun muncul dalam kepala Miller, ia segera duduk di samping Sany lalu mengeluarkan ponselnya untuk memotret wajah imut Sany yang tengah tertidur.
"Wajahnya lucu banget"
Miller pun kembali memperhatikan wajah Sany, perlahan ia mulai mengelus rambut Sany yang terurai indah di bantalnya.
Jantungnya kembali berdetak kencang kali ini benar benar tak karuan.Entah apa yang membuatnya ingin. Perlahan ia mendekatkan wajahnya ke Sany, wajah mereka benar benar dekat sampai Miller bisa merasakan nafas sany yang berhembus.
Sekitar 2 menit ia memandangi wajah Sany dari dekat, akhirnya ia tidak bisa menahan diri.Ia mengecup bibir indah yang ada di hadapannya itu dengan lembut sekitar 10 detik, jantungnya kembali berdetak normal, suhu tubuhnya terasa hangat.
"Mungkinkah aku telah mencintaimu Sany..."
Kata Miller yang masih mengelus rambut Sany.
.
.
.
.Beberapa jam kemudian Sany pun bangun dari tidur nyenyaknya.
Ia membuka matanya dan melihat Miller yang sedang duduk membaca buku di hadapannya, kemudian melihat ponselnya yang menunjukkan jam 8 malam.
Ia pun kaget dan langsung berdiri dari tempat tidur."Oh ya ampun sudah malam, kamu kok nggak bangunin aku sih..."
Kata Sany sambil mengambil tasnya."Kamu tidurnya nyenyak banget aku nggak niat banguninnya..
Lagi pula di luar masih hujan, lebih bahaya kalo kamu pulang...""Trus gimana dong..."
"Kamu nginep aja di sini, nanti besok pulang kampus aku antar"
"emang nggak apa apa aku nginep?"
Tanya Sany"Udah santai aja, mending sekarang kamu ganti baju dulu, liat aja di lemariku yang bisa kamu pakai. Trus kalo udah turun ke bawah ya kita makan bareng.."
Kata Miller."Ok..."
Sany pun tersenyum dan membuka lemari pakaian Miller. Ia mengecek satu per satu, dan hasilnya semua baju Miller adalah kaos polos hanya warnanya saja yang berbeda beda, lain dari itu semuanya jaket kulit.
Ia pun tertawa"Ya ampun anak ini, aku penasaran gimana jadinya kalo dia pakai dres, pasti lucu banget"
Kemudian ia memegangi bibirnya, berpikir sesuatu.
"Aku merasa seperti ada yang menciumku tadi, hanya sekilas. Siapa? Atau cuman mimpi?"