*26

1K 38 0
                                    

Seperti biasa setelah hampir setengah jam berlalu Miller baru selesai mandi.

"Tumben dia nggak teriak teriak, biasa setiap aku mandinya lama dia selalu ribut, kemana dia".

Setelah Miller selesai siap siap, ia mendengar seperti suara orang sedang berbicara dengan nada tinggi.
Iapun segera turun ke ruang tamu, dan melihat Sany yang sudah berdebat dengan seorang pria setengah paru baya.

"Siapa itu?"
Tanya Miller dalam hati.

Iapun mendekati mereka dan membuat perdebatan itu terhenti sekejap.

"Hallo"
Kata Miller sambil tersenyum ke arah orang itu.

"Siapa kamu?"
Tanya orang itu.

"Saya Miller".

"Oh jadi kamu yang namanya Miller. Kamu yang mengajari anakku ke arah yang salah?"

( "Oh jadi ini papanya Sany?" )
Batin Miller

Sany : "papa jangan berkata begitu, aku mencintainya, aku yang memilihnya".

Papa Sany : "apanya yang cinta! kalian ini sama sama wanita, apa kamu sudah tidak waras?"

Miller : "om jangan berkata seperti itu, kami benar benar saling mencintai, dan kami telah berpacaran hampir satu tahun".

Papanya Sany kemudian duduk di sofa sambil menongka kepalanya dengan tangan.

"Hei sebaiknya kamu pulang, jangan sampai kesabaranku habis".
Kata Papa Sany sambil menunjuk ke arah Miller.

"Aku nggak setuju, Miller nggak akan kemana mana. Dia akan disini bersamaku".

Millerpun menggenggam tangan Sany dan menggelengkan kepala ke arahnya sebagai pertanda untuk tidak melanjutkan perdebatan.

"Baiklah aku akan pergi, tapi aku akan kembali untuk meyakinkanmu tentang cinta kami".

Miller kemudian melepaskan genggamannya dari Sany dan perlahan pergi. Dalam langkahnya ia masih mendengar Sany dan papanya yang berdebat.

Papa Sany : "Kenapa kamu berpacaran dengannya, memangnya apa kurangnya Given".

Sany : "aku nggak mencintai Given, kenapa papa nggak ngerti sih".

Papa Sany : "pokoknya kamu harus menjauhinya".

Tidak ingin berdebat lebih lama Sany langsung pergi mengunci diri di kamarnya. Cermin besar yang ada di samping lemari seketika di dorongnya sampai jatuh dan pecah berkeing keping. Ia lalu merebahkan dirinya di tempat tidur sambil terus menangis.

*

Sementara itu Miller tiba dirumahnya dengan wajah yang sangat lesuh. Bibi yang melihatnya merasa heran

"Nona Miller sudah pulang, nona mau makan apa? bibi segera buatkan".

Tapi lagi lagi pertanyaan dari bibi sama sekali tidak di dengarnya. Ia terus berjalan memasuki kamarnya. Setelah di kamar, ia langsung mengunci pintu, dan mematikan lampu. Di ruangan yang gelap itu ia duduk melantai bersandar di sudut tempat tidur. Kemudian perlahan air matanya mulai bercucuran, ia mengingat perkataan papanya Sany bahwa tidak akan menyetujui hubungan mereka.

"Kenapa sulit sekali mereka menerimaku, aku tau hubungan ini memang aneh tapi inilah yag aku rasakan. Aku benar benar mencintai Sany, bagaimana lagi aku harus meyakinkan mereka".

Air mata Miller semakin tak bisa tertahan, dan yang membuat semakin menyedihkan 2 hari lagi Miller akan berulang tahun.

*Ke esokan harinya*

Sany keluar dari kamarnya dan langsung menuju dapur, ia langsung mengambil makanan di lemari dan menyantapnya sendirian. Tentu ia merasa kelaparan karena seharian mengunci diri di kamar. Beberapa menit kemudian Sem datang menghampirinya.

"Enakya makan nggak ngajak ngajak, kayaknya kamu laper banget".

Obrolan dari Sem sama sekali tidak di hiraukan oleh Sany, ia hanya terus makan.

Sem : "Sany, aku tau kamu sedih tentang yang kemarin, papa nggak bisa menerima hubunganmu dengan miller. Tapi walau bagaimanapun itu keputusan papa sebagai orang tua kita. kamu bisa membantah perkataan ku tapi kamu nggak boleh membantah papa, entah itu sesuai keinginan kita ataupun nggak sama sekali".

Sany : "tapi kak, aku harus bagaimana lagi, apa aku harus meninggalkan cintaku dan bersama dengan orang yang sama sekali nggak aku cintai, bahkan sekarang aku membencinya? Papa sama sekali nggak mau mendengarkan ataupun mengerti penjelasanku".

Sem : "ya aku tau memang sangat sulit meninggalkan sesuatu yang sangat kita sayangi, tapi apa kamu juga akan membuat papa sedih dengan menentangnya?"

Tidak lama kemudian papanya Sany datang dan menghampiri mereka berdua yang sedang makan.

"Sany, Sem setelah ini kalian bisa segera mengemasi pakaian kalian, karena besok pagi kita akan pergi dari sini dan kembali pulang papa sudah pesan tiket".
(Kembali ke rumah mereka di luar kota)
Katanya sambil menuangkan air ke secangkir gelas.

"Pa, papa ini apa apaan sih aku kan lagi kuliah di sini, bagaimana aku bisa pergi".
Kata Sany.

"Kamu bisa pindah ke tempat kuliah lama kamu di sana. Pokonya setuju atau tidak kamu tetap akan ikut pulang".

Mendengar itu Sany langsung membanting sendok yang ia pegang ke meja, dan pergi ke kamarnya lagi.

"Lihat dia, sejak kapan dia menjadi keras kepala begitu".
Kata papanya Sany.

Sem : "Pa, aku rasa papa juga jangan terlalu keras dengan Sany, bisa bisa dia akan membenci kita semua. Diakan juga sudah dewasa biarkan dia memilih jalannya sendiri".

Papa Sany : "begini, jika dia sudah mempunyai kekasih dan tidak mau bersama Given ya sudah papa tidak keberatan. Tapi masalahnya kenapa dia harus berpacaran dengan si Miller itu, sedangkan mereka sama sama wanita".

Votenya guys👌

She's MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang