6

4K 248 11
                                    

"Selamat pagi."

Daniel beranjak bangun dan mengusap wajahnya. Melihat Lily sudah duduk di kursi samping jendela. "Kau sudah bangun?"tanyanya kaget.

"Ya. Aku sudah terbiasa bangun pagi."sahut Lily.

"Oh..."gumam Daniel.

Daniel melihat Lily yang duduk di dekat jendela. Sinar matahari menyeruak masuk, menyinari rambut dan wajah Lily. Membuatnya tampak berkilau dan seperti malaikat. Lily menutup buku yang sedang dibacanya. Menaruh di meja. Lalu beranjak berdiri dengan anggun.

"Minumlah."ujar Lily menyodorkan segelas air pada Daniel.

"Terima kasih."gumam Daniel tersenyum seraya mengambilnya.

Tangan mereka sempat bersentuhan saat Daniel mengambil gelas. Lily bisa merasakan sentuhan hangat di jarinya. Ia bergegas menjauh dengan wajah merona. Daniel hanya diam sambil meneguk air minumnya. Hatinya terasa berdebar karena kehadiran Lily. Ia juga merasa senang melihat wajah merah padam Lily dikarenakan dirinya.

Setelah minum, Daniel menaruh gelas di meja. Sementara Lily berdiri dengan canggung. Keheningan menyelimuti diri mereka selama beberapa saat hingga akhirnya Daniel bangun. Pria itu sendiri juga merasa gugup. Ia menggaruk bagian belakang kepala dengan salah tingkah.

"Aku mau segera mandi."

"Oh.... Baiklah. Aku akan meminta pelayan menyiapkan bak mandi."sahut Lily seraya melangkah menuju pintu.

"Hai Lily, kau mau ke mana?"tanya Daniel heran melihatnya hendak keluar kamar.

Lily menghentikan tangannya yang hendak memutar kenop pintu. Ia menoleh bingung pada Daniel. "Bukankah kau ingin mandi? Aku mau memanggil pelayan untuk menyiapkan air hangat bagimu."

Daniel tersenyum kecil. "Kau tak perlu keluar mencari pelayan. Kau bisa menggoyangkan lonceng itu untuk memanggil pelayan."ujarnya menunjuk lonceng yang berada di atas meja dekat jendela.

Lily menatap ke arah yang ditunjuk Daniel. Ia sama sekali tak menyadari ada lonceng di sana. Wajahnya kembali merona. "Ah ya...kau benar... aku bodoh sekali."sahutnya tertawa dengan malu.

"Tak apa. Kau pasti masih belum terbiasa dengan kamarku."ujar Daniel.

Lily melangkah dalam diam. Ia mengambil dan menggoyangkan lonceng. Tak lama kemudian seorang pelayan datang. Lily memberinya perintah untuk menyiapkan air mandi bagi Daniel. Sementara menunggu sang pelayan, Lily menyiapkan baju bagi Daniel.

Daniel memperhatikan Lily dengan tersenyum kecil. Ia merasa hatinya hangat melihat Lily menyiapkan segala sesuatu baginya. Wanita itu telah menjalankan tugasnya sebagai istri. Daniel merasa hidupnya akan lebih bahagia kini. Sedetik kemudian ia terdiam. Hatinya serasa perih mengingat Lily tidak memiliki perasaan padanya. Ia tahu waktu akan membantu Lily melupakan Thomas, dan suatu saat Lily akan membalas perasaannya, mungkin, tapi Daniel merasa tak yakin. Dalam hidup Lily, dalam hatinya, tetap akan ada sosok Thomas, cinta pertamanya. Meski suatu saat Lily mencintainya, Thomas tetap merupakan pria pertama yang ia cintai.

"Daniel."gumam Lily dengan nada pelan dan menatapnya dengan berkerut.

Daniel tersentak kaget. "Ah...ada apa?"tanyanya gugup.

Lily tersenyum kecil. "Air mandimu sudah siap."

Daniel menolehkan kepala ke ruangan sebelah. Melihat bak mandi berisi air sudah ada di sana. Ia merasa bingung sejak kapan bak itu ada? Sepertinya tadi ia begitu sibuk dengan pikirannya hingga tak menyadari pelayan masuk membawa bak mandi.

"Oh... baiklah...."gumam Daniel seraya berdiri. Ia mulai membuka baju tidurnya. Memperlihatkan tubuh bagian atasnya yang kekar dan dada bidangnya.

Lily memalingkan wajah dengan merona dan jantung berdebar melihat Daniel meraih celana untuk dilepaskan. Ia menyibukkan diri membereskan baju sambil mencoba menenangkan debaran jantungnya. Pertama kalinya ia hanya berdua dengan pria yang kini menjadi suaminya. Pertama kali ia melihat tubuh seorang pria dan hal itu membuatnya malu.

Queen Lily (Princess Series #3) (Tamat)  cetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang