"Selamat jalan, Ayah, ibu...."ujar Daniel berpelukan dengan orang tuanya yang akan pergi menghabiskan waktu di istana mereka dekat pegunungan yang terletak di desa Talon. Ayah Daniel memutuskan untuk berlibur di tempat yang indah dan damai itu setelah Benjamin menyerahkan tahta pada putra sulungnya."Ingin sekali aku ikut dengan kalian. Mengawal dan berlibur dengan kalian."ujar Joseph.
"Dan membiarkan kau mengganggu liburan kami berdua karena ulahmu bersama para gadis di sana?!"sahut Benjamin yang membuat Joseph meringis. Pria itu tertawa. "Kau memiliki tugas di sini, Joseph."
"Kalian harus jaga kesehatan."kata Joseph. "Jangan cemaskan kami di sini."
"Aku tahu. Anakku, Daniel, adalah putra yang dapat kuandalkan."ujar Benjamin tersenyum bangga pada Daniel.
Lily sedang berbicara dengan Veronica ketika ia menangkap kilatan mata pada milik Edmund. Ia terdiam. Entah kenapa sorot mata Edmund seperti tak menyukai pujian yang dilontarkan sang ayah. Edmund memang pendiam. Selama ini ia jarang berbicara dengannya. Jangankan berbincang, menyapa padanya pun sangat jarang. Pria itu memang tak pernah tersenyum. Wajahnya selalu terlihat kaku. Dan saat ia tersenyum padanya, Lily merasa aneh. Mulutnya tersenyum tapi tidak demikian dengan matanya.
"Lily...apa kau mendengar ucapanku?!"
Lily terlonjak kaget. "Ah apa....oh maafkan aku, bu...aku..."gumam Lily dengan wajah merona. "Maaf...aku merasa berat berpisah dengan kalian hingga tidak memperhatikanmu...."
Veronica tersenyum. Ia memegang ke dua tangannya. "Lily, ibu berharap kau bisa segera mengandung. Agar Daniel memiliki seorang penerus dan posisi kalian makin kuat. Juga karena aku sudah tak sabar ingin menggendong cucuku."
Wajah Lily kembali panas. Veronica tak tahu bahwa ia masih perawan. Daniel belum pernah menyentuhnya sejak mereka menikah, apalagi menciumnya. Hal itu membuat perasaan Lily tak enak. Ia tak mungkin mengatakan semua itu pada ibu mertuanya. Ia tak ingin ada masalah yang timbul. Lily tak tahu harus menjawab apa. Ia pun hanya diam dengan wajah merona.
Veronica tersenyum. "Bersabarlah, Lily. Ibu yakin kalian akan segera memiliki anak."
"Terima kasih bu."
"Veronica, saatnya kita berangkat."ujar Benjamin.
Veronica mengangguk lalu kembali menoleh pada Lily. "Jaga kesehatanmu, sayang."
"Ibu juga harus jaga kesehatan selama perjalanan dan di istana nanti."sahut Lily. Ia memeluknya. Veronica membalas seraya tersenyum.
"Sampaikan kabar jika kau mengandung nanti."gumam Veronica. Lily hanya mengangguk. Lalu mereka berjalan bergabung bersama Benjamin, Daniel, Edmund dan Joseph yang sudah berdiri dekat kereta kuda.
Daniel memeluk dan mengecup Veronica. Begitu pula dengan Joseph dan Edmund.
"Baik-baiklah kalian di sini. Kalian harus bersatu sebagai kakak adik."pinta Veronica.
"Ibu tak perlu cemas. Kami sudah dewasa. Nikmatilah liburan kalian di sana."ujar Daniel.
"Sampaikan salam kami pada para pelayan di sana."ujar Joseph.
Veronica mengangguk. Ia menatap dan memperhatikan Edmund dalam diam. Putranya begitu pendiam dan jarang bicara hingga semua menganggap dirinya dingin. "Edmund, jaga kesehatanmu."
"Ya bu."sahut Edmund.
Lalu Benjamin membantu Veronica naik ke dalam kereta kuda, dan di susul olehnya. Veronica membuka jendela kereta kuda. Menatap keluar kepada ke tiga putranya dan Lily.
"Sampai jumpa lagi."ujar Veronica.
"Jaga diri Ayah dan Ibu!"seru Joseph.
Veronica dan Benjamin mengangguk lalu mereka pun melambaikan tangannya ketika iringan kereta kuda mulai melaju. Lily terus menatap iringan yang panjang itu berjalan melewati taman depan hingga hilang dari pandangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Lily (Princess Series #3) (Tamat) cetak
FantasiaLanjutan dari cerita The Lost Princess & Princess Lily Putri Lily berhasil selamat dari kekangan Raja Ragnar. Tapi ia harus kehilangan pria yang dicintainya. Lily menerima menikah dengan Pangeran Daniel, seperti permintaan terakhir Thomas. Ia pun ke...