7

3.9K 268 19
                                    


Lily menoleh dari buku yang sedang dibacanya ketika pintu terbuka dan Daniel masuk. Ia menutup buku dan beranjak bangun.

"Hai Lily."sapa Daniel tersenyum seraya menarik napas.

"Kau sudah pulang."ujar Lily melihat Daniel yang tampak lelah. Ia membantu Daniel melepaskan jubah serta mahkota lalu menaruhnya di meja.

"Ya..."sahut Daniel seraya melangkah menuju sofa dan duduk sambil kembali menarik napas lega dan menutup mata. Membiarkan kepalanya bersandar pada sofa.

"Kau terlihat lelah."ujar Lily.

Daniel membuka mata dan menatap Lily. Ia meringis. "Begitu banyak pekerjaan yang harus aku lanjutkan setelah ayah menyerahkan posisinya. Bagaimana dengan harimu?"

"Ibu mengajakku berkeliling istana ini. Ia juga mengajakku melihat istal kuda istana. Lalu kami minum teh bersama hingga ibu pamit untuk rehat."ujar Lily dengan wajah berbinar.

Daniel tersenyum. "Senang melihat kalian sudah dekat."

"Ibumu sangat baik padaku."

"Ya. Kami semua peduli dan sayang padamu."ucap Daniel menatap Lily. "Begitu pula denganku."gumamnya pelan dengan sorot mata lembut.

Lily terdiam dan tak tahu harus berkata apa. Panas menjalari wajah serta lehernya. Ia bisa melihat pandangan mata penuh cinta dalam mata Daniel. Ia tahu pria itu menginginkannya. Teringat akan fakta bahwa mereka belum menyempurnakan pernikahannya. Tapi ia masih tak siap. Lily tahu cepat atau lambat mereka harus melakukannya. Namun Lily masih belum siap menerima Daniel.

Daniel melihat Lily yang tampak gugup dan terdiam. "Aku hendak membersihkan diri dulu."ujarnya seraya beranjak bangun.

"Oh..."gumam Lily mendongak. "Akan kusuruh pelayan menyiapkannya."

"Tidak perlu. Aku bisa melakukannya sendiri. Tak apa, Lily, kau juga pasti lelah. Istirahatlah."ucap Daniel tersenyum dan dengan cepat melangkah keluar kamar.

Lily terdiam. Menatap pintu yang sudah tertutup. Ia merasa Daniel menghindarinya. Apa aku melakukan kesalahan tadi pagi hingga Daniel tak mau lagi aku membantunya, tanya Lily dalam hati.

———

Lily melangkah melintasi taman istana. Pagi itu hawa sangat cerah dan sejuk. Langit begitu biru dengan awan putihnya. Terdengar kicauan burung di pohon. Sementara burung lainnya terbang di langit. Berputar dan menukik ke sana kemari dengan suara merdunya. Lily berhenti sejenak. Menutup mata sambil mendengarkan suara burung dan merasakan angin membelai wajahnya. Ia tersenyum saat mendengar suara aktivitas para penghuni istana di dalam.

Lalu sebuah suara membuatnya membuka mata. Ia menangkap suara ringkikan kuda. Begitu nyaring dan bising hingga Lily menduga kuda itu kesakitan. Rasa penasaran dengan apa yang menimpa sang kuda membuatnya ingin mencari hewan itu. Ia pun melangkah seraya mendengarkan suara kuda yang diiringi teriakan pria. Lily berjalan melewati jalan setapak. Melintasi pohon lebat lalu berbelok ke kanan dan melihat sebuah lapangan luas. Di seberang terdapat bangunan sebagai istal kuda.

Lily melihat seekor kuda putih bersih yang di pegang oleh dua orang pria. Mereka terus menarik tali dan menyuruh sang kuda masuk ke istal. Tapi kuda itu terus memberontak seraya sesekali mengangkat ke dua kaki depannya. Seakan protes tak ingin masuk ke dalam kandangnya.

"Tarik dia!"seru pria seraya menarik tali di tangannya dan pria lainnya membalas dengan meraung. Mengeluarkan segala tenaga untuk menarik sang kuda. Tapi kuda itu berhasil membuat langkah mereka terhenti karena sekali lagi kuda itu meringkik dan mengangkat kakinya.

Lily berjalan sambil memperhatikan mereka. Dan tanpa sadar jaraknya begitu dekat. Ia menahan napas ketika tatapannya bertemu dengan mata sang kuda. Kuda itu berhenti meringkik dan memberontak. Berdiri diam menatap Lily. Membuat Lily terkejut. Kuda itu langsung diam seakan ada sihir yang mempengaruhinya. Seakan kuda itu mengenal Lily.

Queen Lily (Princess Series #3) (Tamat)  cetakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang