01 : Hurry Up

2.5K 169 14
                                    

Auckland
New Zealand

Matahari mulai terbit menyambut datangnya musim gugur. Dedaunan mulai berubah warna yang awalnya cerah menjadi gelap.

Kim Jennie masih tertidur lelap dikasur sebelum bunyi alarm membuatnya tersentak dan akhirnya meninggalkan alam mimpi yang indah lalu kembali pada kenyataan.

Meregangkan badan yang kaku sudah menjadi rutinitas wajibnya disetiap pagi. Dia menjejalkan telapak kakinya pada slipper lembut yang terletak disisi bawah kasurnya.

"Dingin" Gumamnya sambil memeluk diri sendiri. Dengan penampilan mengenaskan - Piyama hitam, rambut acak-acakan - Dia berjalan gontai kearah dapur dimana dua teman flat nya berada dipagi hari.

"Morning J" Ucap gadis berbadan tinggi, rambut pirang gelap dan pinggang super ramping.

Roseanne Park, teman satu flat Jennie yang seumuran dengannya. Sebenarnya dia adalah anak seorang pejabat pemerintah di Australia, namun Ia lebih memilih menjadi seorang Chef dan tinggal jauh dari orang tuanya. Padahal dia bisa saja bersantai dirumah dengan segala kemewahan yang disediakan orang tuanya, tetapi Ia tidak ingin selalu bergantung pada orang tuanya.

Rose menyeduh teh chamomile dalam cangkir bertuliskan Me Myself and I milik Jennie dan meletakkan cangkir tersebut didepannya.

Jennie tersenyum pada Rose dan segera memegang cangkir tersebut dengan kedua tangan. Ia merasakan kehangatan dari teh yang mengepul menjalari jemarinya. Dia mengangkat kedua kakinya dan merapatkannya dengan tubuh.

Sebelum gadis berponi itu mendorong pundaknya dan melingkarkan lengannya dileher Jennie, Dia sedang menyesap pelan tehnya namun seketika tersedak dan terbatuk-batuk.

Gadis berponi itu, Lalisa Manoban, adalah teman flat Jennie yang lebih muda darinya satu tahun. Berperawakan tinggi dengan rambut pirang berponi. Dia seorang model yang cukup terkenal. Sama seperti Rose, walaupun keluarganya berkecukupan dia lebih memilih meniti karirnya sebagai seorang model. Walaupun penampilannya saat ini tidak pantas jika disebut seorang model profesional, bagaimana tidak dia mengenakan piyama bergaris dengan wajah mengantuk.

"Morning baby" Bisik Lisa disisi wajah Jennie. Jennie masih terbatuk-batuk akibat dorongan mendadak Lisa. Tapi sepertinya Lisa tidak menunjukan rasa bersalah dan malah memeluk Jennie semakin erat.

Setelah berhasil mengatur nafas, Jennie melirik tajam gadis disisi wajahnya dan melepas lengan Lisa yang melingkar dilehernya. Lisa dengan segera tertawa kecil dan duduk pada salah satu dari 4 kursi antik yang ada di dapur.

"Kau tidak seharusnya membuat singa terbangun Lisa" Seru Rose yang sedang membuat pancake untuk sarapan mereka. Jennie seketika menatap tajam Rose dan menghela nafas.

Mereka sangat senang menjahili Jennie. Mungkin sudah menjadi hobi mereka untuk membuat Jennie tersulut amarah. Memang hobi yang tidak lazim.

"Apa aku semengerikan itu dimata kalian?" Tanya Jennie lirih. Ekspresi dua teman flat nya yang cerah berubah menjadi serius. Mereka hanya tersenyum canggung. Tidak biasanya Jennie menanyakan hal itu, tak heran mereka bingung bagaimana cara menanggapinya.

Berusaha memecah kecanggungan Rose meletakkan pancake didepan Jennie dan Lisa. Tak lupa ia membawa madu, strawberry, dan whipcream.

Rose memang terlihat seperti Chef pribadi Jennie dan Lisa, namun sebenarnya Rose hanya menyalurkan hobinya dalam memasak. Lisa dengan tangan terbuka mencicipi semua masakan Rose. Mereka semacam simbiosis mutualisme, saling menguntungkan satu sama lainnya.

Mereka masih asik berbincang dan menikmati sarapan hingga ponsel Jennie berdering. Dia dengan cepat menjawab telpon tersebut lalu berlari menuju kamarnya. Dalam satu sentakan cepat dia membuka pintu kamarnya dan berlari kearah kamar mandi. Kedua temannya itu hanya menatap bingung.

"Pelan-pelan baby". Teriak Lisa khawatir. Suara shower terdengar sangat deras. Jennie menyerukan sesuatu yang tidak dapat dimengerti Rose dan Lisa. Bagaimana mereka bisa mengerti jika dia berbicara selagi menggosok giginya.

"Apa katanya?" Lisa bertanya pada Rose yang dibalas gelengan kecil Rose. 1 menit kemudian Jennie keluar dari kamar mandi dan menatap sebentar kedua temannya bergantian.

"Bosku menelpon dan katanya ada urusan darurat" Kata Jennie cepat. Tanpa menunggu reaksi kedua temannya dia langsung berlari ke kamarnya.

"Pelan-pelan saja sayang, kau bisa jatuh nanti" Teriak Lisa dari dapur. Tak ada jawaban dari Jennie. Mungkin dia terlalu panik untuk mendengar perkataan Lisa. Tak lama kemudian Jennie muncul kembali didapur. Dia mengambil sebuah strawberry yang terletak di piring kecil didepan Lisa. Dia segera melahap utuh strawberry dan mengunyahnya dengan cepat.

Lisa menarik lengan Jennie agar dekat dengannya. Lalu sedetik kemudian dia mengecup pipi Jennie yang masih sibuk mengunyah.

"Hati-hati dan nikmati harimu sayang" Tutur Lisa masih menahan lengan Jennie. Dia mengangguk menanggapi perintah Lisa.

"Semoga harimu menyenangkan J" Kata Rose menyemangati sahabat satu flat nya. Jennie menyentuh pipi Rose dan melenggang pergi meninggalkan flat mereka yang terletak di Halivax Ave. Dia berjalan cepat menuju halte bus. Jika dia cukup cepat dan tepat waktu maka dia bisa menaiki bus pertama dan tidak akan terlambat.

______________________________________


Terbuka untuk segala kritik dan saran

Votement juseyo <3

DESTINED AUTUMN [JENBIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang