21 : Apology

819 106 18
                                    

Jennie sendirian malam hari ini. Tadi Lisa sudah pamit kerja dan akan pulang larut. Sedangkan untuk Rose, Jennie yakin dia juga akan pulang larut. Restoran yang Rose tempati tutup pada jam 10 malam karena itu Jennie yakin.

Dan itulah alasan mengapa saat ini Jennie melamun. Kejadian di telepon kemarin lusa masih membayanginya. Sejak kemarin Hanbin juga selalu menelpon, tapi Jennie selalu menghiraukan tiap panggilan. Jennie mulai berpikir apa dia terlalu berlebihan, atau haruskah dia mendengar penjelasan Hanbin terlebih dulu. Dia bingung.

Saat dia kehilangan kepercayaan diri seperti saat ini, Jennie biasanya menghubungi seseorang yang berada diposisi penting dalam hidupnya. Jennie tidak tau apakah dia sedang sibuk atau tidak, tapi Jennie benar benar butuh kehadirannya.

Tak ada pilihan lain. Dia juga sangat merindukan suara orang itu. Jadi dia mencari lalu menghubungi nomor orang yang sangat Ia rindukan.

"Halo, Jennie-ya"

"Unni, apa unni sedang sibuk?"
Tanya Jennie memastikan.

"Tidak, jadi bicaralah"
Jisoo tau jika Jennie menelpon pasti ada masalah yang sulit ia selesaikan. Jisoo sudah hafal.

Jennie diam. Setelah mendengar jawaban Jisoo, bukannya bercerita dia malah menerawang langit langit. Jennie bingung ingin bercerita darimana. Dan hasilnya dia malah mematung.

"Ada apa? Apa kau butuh uang tambahan?"
Tanya Jisoo yang langsung dibantah Jennie. "Kau jatuh cinta?" Jennie terdiam. Nafasnya berhenti sesaat. Tebakan Jisoo mungkin tidak tepat sasaran, tapi Jisoo ada benarnya. Jennie tidak sadar jika dia sudah jatuh dalam sekali pada Hanbin. Sudah jelas alasannya kenapa menolak semua panggilan Hanbin, sudah jelas kenapa dia marah kemarin lusa. Tentu saja jawabannya adalah cemburu. Kenapa Jennie baru menyadarinya, sebegitu terbuai kah dirinya dekat dengan Hanbin.

"Diam aku artikan Iya" Ucap Jisoo. Jennie bungkam, ingin mengelak tapi otaknya sedang tidak bekerja sempurna.

"Dengar, aku tidak tau apa masalahmu tapi pastikan jika pikiranmu jernih saat akan mengambil keputusan. Keputusan yang kau ambil saat sedang kalap bukanlah hal yang benar" Jennie mengerti sekarang.

"Tapi bagaimana unni tau?"
Bagaimana bisa nasihat yang diberikan kakak kandungnya itu sangat tepat. Jennie bahkan belum mengucapkan sepatah kata pun tentang masalahnya. Dia semakin yakin kalau Jisoo memiliki kemampuan untuk membaca pikiran.

Jisoo tertawa. "Jangan berpikir aneh. Aku hanya terlalu mengenalmu" Ucapnya yang dilanjut dengan tawa ringan.

"Seperti yang diharapkan dari Kim Jisoo, kakak tercintaku" Mereka berdua tertawa bersama. Pilihan Jennie untuk menelpon Jisoo sangatlah tepat. Dia sangat bersyukur memiliki kakak seperti Jisoo

"Baiklah kalau begitu, lain kali kau harus mengenalkannya padaku" Kata Jisoo pelan sekaligus memastikan. Jennie tersenyum "Hn... Unni saranghae "

Jennie menghela nafas ketika suara tut tanda panggilan berakhir terdengar. Jadi ini semua adalah salahnya karena langsung mengambil keputusan tanpa mendengar penjelasan Hanbin.

Tok tok

Pintu diketuk. Jennie hampir melempar ponselnya. Ia segera mengusap dada untuk meredakan rasa kaget yang menyerangnya.
Jennie sedikit mengumpat. Tapi begitu melihat siapa yang mengetuk jennie tercekat.

"Maaf-"
Hanbin berdiri didepannya sambil menyodorkan paper bag. Jennie bingung. Dia melihat kearah paper bag yang digenggam Hanbin.

"Dengarkan penjelasanku Jennie"
Hanbin berkata lirih. Jennie memicingkan matanya sebentar. "Masuklah" Dia berucap singkat. Hanbin menurut. Akhirnya dia berjalan duluan sementara Jennie menutup pintu.

Melihat Hanbin masih berdiri diam dan hanya meliriknya Jennie menyuruh Hanbin untuk duduk. Tak disangka Hanbin malah duduk sangat dekat dengannya. Dia duduk miring dengan salah satu kaki dilipat diatas sofa menghadap Jennie. Terlalu dekat. Terlalu dekat hingga Jennie memundurkan punggungnya.

"Hey, mundur sed--"

"Aku menolaknya"
Jennie teralihkan. Dia menatap serius dua bola mata Hanbin yang berada cukup dekat.

"Maksudnya?"
Dia bukan pura pura polos, tapi dia benar benar tidak paham. Akhir akhir ini otaknya loading terlalu lambat.

"Wendy menyatakan cintanya, tapi aku menolak" Jelas Hanbin. Kedua matanya tak beralih dari sepasang mata kucing Jennie.

"Lalu?" Kata Jennie singkat. Hanbin menautkan alisnya. Wanita benar benar rumit.

"Jadi jangan marah lagi. Ini hadiah..."
Ucap Hanbin pasrah. Dia tidak tau harus menjawab bagaimana. Setelah itu dia meletakkan paper bag yang sedari tadi ia genggam keatas pangkuan Jennie.

Jennie menatapnya bingung. Tapi Hanbin senang, setidaknya sepasang mata Jennie sudah tak memancarkan kemarahan. Sekarang Hanbin malah tersenyum seperti orang bodoh.

"Kau membeli ini untukku?"
Hanbin hanya mengangguk dan tersenyum lebar. Dia bahagia melihat ekspresi Jennie ketika melakukan unboxing. Saat melihat apa isinya, Jennie tercengang.

"Suka?"
Jennie mengangguk cepat. Hanbin dapat melihat percikan bahagia dari kedua bola mata Jennie.

Syukurlah jika Jennie suka. Mengingat kesulitan yang Ia hadapi ketika harus memilih tas mana yang disukai Jennie membuatnya tersenyum getir. Tanpa sadar Hanbin mengusap rambut Jennie dan tersenyum.

Asal kau bahagia









____________________________________











:')
Berita belakangan ini bener bener nyakitin hati :')
Aku sampe hilang inspirasi :')
Untuk ikonic dan YGstan, fighting.
Sehabis badai pasti ada pelangi
Berdoa yang terbaik ya :)

Oiya support juga Somi yang barusan debut :*

See you in the next chapter~

DESTINED AUTUMN [JENBIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang