22 : Scar

1.2K 113 13
                                    

"Kenapa ribut sekali?"
Jennie berteriak sesudah membuka pintu kamarnya dengan sekali sentakan. Dua pasang mata yang menjadi pelaku keributan dengan cepat berhenti.

"Ah Jennie, kau harus datang!"
Bukannya menjawab, Lisa malah meminta. Sebelah alisnya terangkat.

"Aku akan mengikuti peragaan busana, manajerku bilang jika aku sebaiknya mengundang teman, jadi kau harus datang. Ah jangan lupa ajak Hanbin juga"

Jennie memandang Rose yang terlihat lesu.  Bertukar pikiran melalui tatapan. Jennie mengangguk pelan.

"Kalian harus melihat kebolehanku disana, hahaha"

Kepercayaan diri Lisa memang tidak perlu diragukan.

"Baiklah aku akan datang. Kau tidak boleh mengecewakanku, aku sudah mengambil libur demi acaramu itu"

Rose mengancam. Acara Lisa memang weekend, tapi untuk orang yang bekerja di restoran seperti Rose, weekend justru adalah hari yang sibuk. Mengorbankan kesempatan mendapat percikan keuntungan di akhir pekan tentu Rose tidak ingin waktu terbuang percuma.

"Kau tidak akan menyesal"
Lisa membusungkan dadanya bangga.

Sementara itu Jennie. Dia menelpon Hanbin, tapi sayangnya tidak diangkat. Tujuannya untuk menyampaikan undangan Lisa sepertinya harus ditunda.

                                      🍓🍓🍓

Sementara itu disisi Hanbin. Dia merindukan Jennie, karena itu dia akan pergi mengunjungi flat nya. Tapi sebelumnya, tidak mungkin jika dia datang hanya dengan tangan kosong bukan? Maka dari itu dia saat ini sedang menunggu strawberry  cake kesukaan Jennie selesai dibungkus.

"Terimakasih"
Hanbin segera masuk mobil dan meletakkan kue kesukaan Jennie di kursi sebelah kemudi. Tanpa mengecek ponselnya dia langsung saja tancap gas.

***

Hanbin mengetuk pintu dan menunggu dengan sabar. Setelah dirasa, udara sangat dingin juga rupanya.

"Ah ternyata Hanbin. Jennie! Belahan jiwamu datang"

Lisa berteriak kencang. Dia tidak memikirkan ucapannya barusan. Hanbin tersenyum kikuk menahan rasa malu yang tiba tiba saja naik ke pipi nya.

Saat Jennie datang, Lisa segera pergi meninggalkan mereka berdua.

"Kau tidak mengangkat telpon ku?"

"Kau menelpon?"

Jennie mengangguk kecil dengan bibir yang sedikit mengkerucut.

"Maaf, aku meninggalkan ponselku di mobil, ini sebagai gantinya"

Hanbin memberikan kue yang tadi dia beli. Jennie melihatnya dengan senang.

"Strawberry cake?"
Jennie menengadah untuk menatap sepasang mata Hanbin. Percikan bahagia dapat terlihat jelas.

Hanbin membungkuk sedikit. Dia menempelkan kedua tangan dingin nya pada pipi Jennie dan meniup hidung Jennie dengan cepat yang membuat Jennie berkedip beberapa kali. Hanbin tertawa puas.

"Kau tidak menyuruhku masuk? Disini dingin sekali. Dan apa kau tidak kedinginan berlama lama diluar hanya dengan mengenakan piyama ?"

Jennie lupa.

"Ayo masuk"

Jennie menuju dapur untuk mengambil piring dan minuman. Disana dia mendapati Lisa dan Rose yang sedang sibuk dengan ponsel masing masing. Jennie mengabaikan mereka dan fokus pada tujuannya.

"Jennie, jangan lupa undang Hanbin"

Jennie mengangguk. Hampir saja ia melupakan hal penting lagi. Di ruang Tv, Hanbin duduk dengan tenang ditengah sofa. Dia melihat punggung kecil Jennie yang sedang berlutut untuk menata piring serta mengeluarkan kue.

Piyama meran marun berbahan silk terlihat cocok dengannya. Hanbin menelusuri ujung kepala hingga ujung kaki Jennie. Hanbin tau itu tidak sopan, tapi mau bagaimana lagi? Jennie terlalu menawan untuk diabaikan.

Mata Hanbin menyipit ketika melihat pergelangan kaki kiri Jennie yang terekspos. Celana piyama nya tersingkap sedikit menampakkan sesuatu seperti bekas luka melingkar(?)

Rasa penasaran bertumbuh dalam diri Hanbin melihat bekas luka itu. Haruskah Ia langsung menanyakan perihal itu?

Tapi bagaimana jika luka itu bukanlah sesuatu yang ingin dibahas Jennie dengannya?

Sementara Hanbin sibuk dengan pikirannya, Jennie tiba tiba mendudukkan dirinya di sofa. Dia mengarahkan sendok
penuh kue strawberry kearah mulut Hanbin.

"A~ah"

Jennie membimbing Hanbin untuk membuka mulutnya. Hanbin menurut, tentu saja.

Begitu potongan kue itu masuk dan dikunyah Hanbin, Jennie tersenyum menunggu reaksi Hanbin. Hanbin yang masih mengunyah mengarahkan jemarinya ke pipi Jennie dan mencubit fluffy cheek menawan yang tepat beberapa senti didepan matanya. Dia lalu tersenyum ketika Jennie mengaduh kesakitan.

"Enak sekali, kau juga harus makan"

Hanbin mengambil alih sendok yang dipegang Jennie dan balik menyuapi kue. Tak berbeda dengan Jennie, Hanbin juga membimbing Jennie membuka mulutnya seperti tadi. Hingga kue diatas sendok itu disapu bersih oleh bibir Jennie. Matanya berbinar.

"Enak?"

Jennie mengangguk cepat

"Apa mereka tidak sadar jika barusan mereka melakukan indirect kiss ?"
Lisa bergumam pelan. Mereka berdua saat ini seperti biasa, sedang mengintip hal hal romantis.

"Entahlah, tapi kupikir mereka harus segera meresmikan hubungan. Maksudku, kau tau kan? Mereka melakukan hal hal yang biasanya dilakukan pasangan padahal mereka bukan. Aku jadi curiga kalau saja mereka telah berpacaran tapi merahasiakannya dari kita"

Rose dengan pelan mengungkapkan isi hatinya dengan jujur. Lisa langsung berdiri tegak menghadap Rose. Telapak tangan kanannya menepuk pundak kiri Rose lalu dia menggeleng sebentar.

"Rose, apapun hubungan mereka ... Entah itu berpacaran atau bertunangan kita tidak perlu langsung diberitau bukan? Memang kita siapa nya Jennie hingga dia harus memberi tau persoalan hubungannya?"

Rose memiringkan kepalanya. Tidak biasanya Lisa menjadi bijak seperti ini.

"Hey, sejak kapan kau jadi bijak begini?"

Lisa terpicu. Apa itu artinya dia selama ini tidak bijak sama sekali? Meskipun itu benar. Tetap saja perkataan Rose itu sangat menusuk.

"Roseeee!"

Lisa berteriak kencang.

____________________________________

Halo🤧
Maaf saia hilang selama beberapa minggu ini
Saia lagi dihantam slump jdi gbsa update hehe :')
Pokoknya maaf, and
See you in the next chapter~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DESTINED AUTUMN [JENBIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang