You know that I can't
Show you me
Give you me
Chorahan moseub boyeojul sun eopseo
Tto gamyeoneul sseugo neol mannareo ga
But I still want you---
Aku membenarkan letak kacamataku. Sekali lagi, mataku menatap sekelilingku gelisah. Sebenarnya, ini hanya perasaanku saja yang berlebihan atau memang benar. Aku selalu saja merasa diperhatikan oleh sekitarku. Entah itu di kampus ataupun saat aku sedang sendiri seperti sekarang.
Siang ini, aku memutuskan untuk membeli buku novel terbaru. Aku sudah senang membaca sejak aku duduk di bangku SMP. Hal ini sengaja aku lakukan agar orang-orang tidak menganggap aku ada. Aku juga merasa risih saat berjalan di keramaian.
Setelah membawa novel yang akan kubeli, aku segera berjalan ke kasir. Aku terus menunduk sambil mendekap novel itu di dada. Saat transaksi pembayaran selesai, aku segera berjalan keluar toko buku. Tak sengaja, seseorang menabrakku hingga membuatku jatuh tersungkur.
"Ya!" Aku memanggilnya saat ia pergi begitu saja setelah menabrakku. Aku membuang napas kasar. Lagi-lagi, aku terluka karena seseorang.
Aku harus segera pulang dan mengobati lukaku ini.
***
"Omo! Kau kenapa, (Yn)? Sampai terluka seperti itu!" seru Eomma ketika melihat lukaku.
"Eomma, luka ini tidak seberapa dibanding rasa maluku tadi!" ujarku kesal.
Aku mengusap luka itu dengan kapas yang telah diberi alkohol. Kemudian aku menutupnya dengan plester setelah aku beri obat. Eomma terus menatapku khawatir. Aku senang ia memperhatikanku, walaupun perhatiannya berlebihan.
"Lain kali kau harus berhati-hati. Aku tidak ingin kau terluka lagi. Cukup kali ini saja."
Aku mengangguk mengerti. Walaupun aku merasa kalimat Eomma barusan ada yang tidak benar. Aku pernah terluka bahkan jauh sebelum luka ini ada. Luka yang tidak akan pernah bisa disembuhkan.
***
Aku sedang berjalan-jalan di taman dekat rumah. Sore itu matahari tidak terlalu terik sehingga aku bisa bebas berjalan-jalan.
Kookie, temanku menemaniku sore ini. Ia tampak keren dengan kemeja biru mudanya itu. Aku terkesima dengannya.
"Kau melihat apa, (Yn)? Ada yang aneh denganku?" tanyanya bingung karena aku terus menatapnya.
Kau terlihat tampan. Aku ingin berkata seperti itu. Namun aku tidak punya keberanian.
"Tidak ada."
Matanya menyipit menatapku curiga. "Kau bohong."
"Tidak."
"Kau bohong."
"Tidak!"
"Ah sudahlah. Percuma aku berdebat denganmu. Nantinya, tetap saja kau yang akan menang." Kookie memutar bola matanya.
"Mengapa pakaianmu rapi seperti itu?" tanyaku heran. Aku bahkan baru menyadarinya. Biasanya ia hanya akan memakai celana pendek dan kaus oblong.
"Aku punya kabar baik dan buruk untukmu," ucapnya.
Aku terkejut mendengar perkataannya. "Beritahu aku kabar baiknya dahulu."
"Baiklah." Kookie menarik napas panjang dan menghembuskannya. "Aku mendapat beasiswa SMA di Amerika."
"Omo! Itu keren sekali!" Aku mengguncang-guncang bahunya heboh.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑨𝒎𝒐𝒖𝒓 ✧ 𝘉𝘛𝘚 𝘹 𝘠𝘰𝘶 (𝘖𝘯𝘦𝘴𝘩𝘰𝘰𝘵𝘴)
Fanfiction"Have you ever felt being loved by them?" Ketika sebuah penyesalan, kesedihan, dan kebahagiaan berada di satu tempat. Hanya di sanalah tempat semua perasaan itu berada. Hanya...di buku ini saja. ────── ©2019 by -milkymochi