Sudah dua minggu berlalu semenjak aku mengunduh dan mendaftarkan diriku di aplikasi pencari jodoh itu. Dan, selama itu pula aku dan orang dengan akun K.T berhubungan. Kami berbicara melalui sebuah aplikasi chat dan bahkan sesekali kami saling berbicara lewat telepon. Harus kuakui, aku mulai senang melakukan itu semua.
Ponselku berbunyi. Membuatku mencari benda persegi panjang pipih itu. Setelah menemukannya, aku mendapat pesan dari K.T itu.
Apa kau keberatan jika aku ingin bertemu denganmu?
Dia mengajakku bertemu? Apa tidak salah? Aku memeluk gulingku. Bagiku, menemui orang asing itu sangat menakutkan. Aku terlalu takut untuk mengiyakan ajakannya. Akhirnya aku menjawab:
Beri aku waktu dua hari untuk berpikir. Setuju?
Tak lama kemudian ia membalas:
Baiklah. Kutunggu jawabanmu.
Aku menghela napas berat. Jika aku bertanya pada Nayeon, pasti ia akan memaksaku untuk menerima ajakan pria itu. Apa aku harus bertanya pada Eomma? Hmm, boleh dicoba.
Kulangkahkan kakiku keluar kamar. Aku berniat untuk menemui ibuku. Setidaknya, seorang ibu pasti memberikan solusi terbaik untuk anaknya, bukan?
Aku melihat ibuku sedang merajut di belakang rumahku. Punggungnya tampak tegak tanpa ada beban sedikit pun.
"Eomma," panggilku.
Eomma menoleh padaku. Ia tersenyum keibuan. "Ada apa, Sayang?"
"Aku ingin cerita sesuatu." Aku duduk di samping ibuku. Tangannya mengusap rambutku penuh kasih sayang.
Aku menceritakan semuanya pada Eomma. Dari awal sampai akhir, tanpa terlewatkan sedikit pun. Eomma mendengarkan ceritaku tanpa bertanya sebelum aku selesai bercerita.
Setelah selesai bercerita, akhirnya ia bersuara, "Jadi, kau sudah mengiyakan ajakannya untuk bertemu?"
Aku mengernyit keheranan. "Aku belum menjawabnya, Eomma. Maka dari itu, aku bertanya padamu."
"Wajahmu menjelaskan semuanya, uri ddal. Kau tidak perlu saran apapun dariku. Cukup ikuti kata hatimu. Itulah cara yang paling tepat," ujarnya sambil tersenyum padaku.
Ada benarnya dengan apa yang dikatakan ibuku baru saja. Aku hanya perlu mengikuti kata hatiku.
"Gomawo, Eomma. Kau sangat membantuku," Aku tersenyum lebar sambil menatap wanita yang paling kusayangi.
"Sama-sama. Lain kali, kau bisa cerita padaku," sahutnya.
Aku pamit pada ibuku kemudian aku langsung menuju kamarku. Tanganku mencari ponselku lalu segera kuiyakan ajakkan K.T untuk bertemu.
***
Hari ini adalah hari yang saat aku bertemu dengan orang bernama K.T itu. Aku merasa bersemangat akan bertemu langsung dengan orang yang sering kuhubungi.
Aku mengenakan pakaian biasa saat keluar. Celana jeans dan kaus putih polos. Tidak lupa dengan mantel milikku. Cuaca sangat dingin hari ini. Ditambah dengan turunnya salju.
Setelah berpamitan dengan Eomma dan Appa, aku segera berjalan menuju sebuah kafe. Di kafe itulah aku dan dia berjanji temu.
Saat aku membuka pintu untuk keluar, sebuah sticky note meluncur ke atas tanah. Aku segera mengambilnya dan membaca isinya.
Jujur saja, aku merasa semakin dekat denganmu.
Semakin dekat denganku? Apa maksudnya? Semakin hari, isi dari sticky note itu menjadi semakin aneh dan tak kumengerti. Memang ia menulis hangeul-nya dengan baik dan benar. Namun, tetap saja aku tidak mengerti maksud kalimat yang ia tulis.
Sesampainya di kafe, aku memesan segelas kopi hangat untuk menghangatkan tubuhku. Lalu, aku duduk di kursi dekat jendela. Aku menggosokkan kedua tanganku ke gelas kertas yang kupegang. Tanganku kedinginan dan hampir mati rasa. Aku lupa mengenakan sarung tangan saat sebelum pergi ke kafe ini.
"Kau sudah menunggu lama?"
Aku menengadah. Oh, astaga. Ternyata ia begitu tampan! Jika diperhatikan wajahnya, aku sepertinya pernah melihatnya. Namun, aku tidak ingat ia siapa.
"Aku baru saja datang," jawabku sambil tersenyum.
Ia duduk di hadapanku setelah sebelumnya ia pergi ke kasir dan memesan segelas kopi.
"Siapa namamu?" tanyaku.
"Taehyung, Kim Taehyung."
"Oh... Jadi K.T itu adalah singkatan namamu?" tanyaku baru mengerti.
Taehyung tersenyum. " Ya, kau benar."
Kami diam dalam keheningan. Setelah beberapa menit dalam keheningan yang menyiksa, ia berkata," Kau tidak mengingatku?"
Aku sontak terkejut. "Hei, kita baru pertama kali bertemu saat ini. Bagaimana bisa aku mengenalmu?"
Taehyung tersenyum kecil. "Sepertinya aku kurang memberikan kode padamu, ya."
Aku mengernyit heran. Apa maksudnya? "Tunggu, tunggu. Apa maksudmu? Aku tidak mengerti."
"Aku tetanggamu dulu. Anak lelaki yang suka dengan tetangganya, seorang gadis kecil yang suka makan cokelat. Kau tidak ingat?"
Aku tersedak kopi. Aku terbatuk-batuk. Setelah batukku reda, aku bertanya, "K-Kau anak lelaki itu?!"
"Ya, itu aku," Taehyung tersenyum. "Apa kau masih ingat janjiku waktu itu?"
"Menjadikanku pacarmu?" tanyaku sangsi.
"Ya, kau benar. Dan sekarang aku akan menepati janjiku itu. Namun, dengan perasaan cintaku kepadamu," ucapnya tulus. Kemudian ia tersenyum.
Aku benar-benar kehabisan kata-kata. Selama ini aku tidak menyangka akan bertemu dengan tetanggaku dulu. Tetangga yang sangat kusayang.
"Kau tidak bercanda 'kan?"
"Hei, aku serius, (Yn). Aku sedang mengutarakan perasaanku kepadamu. Reaksimu begitu saja?" Taehyung menatapku sedih.
"Aku tidak bermaksud begitu. Namun, kata-katamu tadi tidak seperti orang yang sedang menyatakan perasaannya," ucapku dengan rasa bersalah.
Taehyung tertawa. "Perlu kuulangi?"
Aku mengangguk antusias. Rasanya sudah sangat lama tidak melihat tawa Taehyung yang selalu membuatku ikut tertawa.
"Seperti bunga edelweis, cintaku padamu akan abadi. Selamanya."
Bibirku membentuk sebuah senyuman. "Gomawo. Terima kasih karena telah mencintaiku," jawabku. "Sepertinya aku pernah mendengar perkataanmu tadi."
"Sepertinya kau membaca semua isi hatiku. Aku senang," ujar Taehyung diiringi senyum bahagianya.
"Maksudmu, kau yang memberiku sticky note itu?"
"Benar. Aku yang memberimu itu. Kupikir dengan melihat tulisan tanganku kau bisa tahu jika aku yang menulisnya. Ternyata aku salah besar," Taehyung terkekeh.
"Tulisan tanganmu dulu seperti cakar ayam. Bukan seperti tulisan yang ada di sticky note itu!" protesku. "Namun, mengapa kau selalu memberiku sticky note itu setiap turun salju?"
"Kau sepertinya tidak ingat saat kita bertemu pertama kali, ya. Saat itu turun salju, kau ingat?"
"Ternyata kode yang kau berikan cukup banyak dan sangat to the point. Sepertinya aku yang tidak peka," aku tertawa.
Taehyung ikut tertawa. Lalu, wajahnya berubah serius. "Jadi bagaimana?"
"Apanya?"
"Kita pacaran 'kan?"
"Menurutmu?" Aku bertanya balik.
"Kuanggap itu ya." Taehyung memutuskan seenaknya. Kemudian ia berlari keluar kafe.
"Ya! Aku bahkan belum bilang 'ya'!" omelku seraya mengejarnya.
Tawa bahagia kami menggema di bawah langit senja. Salju sudah berhenti turun sejak tadi. Ternyata janji itulah yang memberikanku seorang jodoh. Janji yang hampir kulupakan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑨𝒎𝒐𝒖𝒓 ✧ 𝘉𝘛𝘚 𝘹 𝘠𝘰𝘶 (𝘖𝘯𝘦𝘴𝘩𝘰𝘰𝘵𝘴)
Fanfiction"Have you ever felt being loved by them?" Ketika sebuah penyesalan, kesedihan, dan kebahagiaan berada di satu tempat. Hanya di sanalah tempat semua perasaan itu berada. Hanya...di buku ini saja. ────── ©2019 by -milkymochi