Satu : Nikah Muda?

10.8K 644 100
                                    

Sorry for typo

Happy reading..

---

Jisung Pov

Saat ini aku sedang berada diperpustakaan. Membaca merupakan hobiku sejak kecil, kebiasaan membaca aku dapatkan dari bunda -yang dengan senang hati- senantiasa membacakan dongeng sebagai pengantar tidur bagiku.

Tak terasa sudah dua tahun semenjak kepergian bunda. Kini aku tinggal berdua dengan ayah. Ayah belum menikah lagi semenjak bunda meninggal. Aku yakin, ayah belum menemukan orang yang cocok dengannya selain bunda. Bunda memang tidak akan dapat tergantikan bagi ayah dan juga bagiku.

Disaat sedang sibuk menerawang masa-masa bersama bunda, suara seseorang mengintrupsiku kembali kedunia nyata.

"Hei mau sampai kapan kamu disini? Ayo masuk, ini sudah lewat jam istirahat" itu seungmin teman sekelasku sekaligus ketua kelas kami.

"Ah, sudah masuk ternyata.. Aku tidak mendengar bel-nya berbunyi" aku menutup buku yang sempat kubaca dan mengembalikannya dirak tempat aku mengambilnya tadi.

"Itu karena kamu melamun. Sudah, ayo masuk. Nanti kita berdua telat"

"Aku tidak- ya sudah, ayo kita masuk" lenganku ditarik seungmin menuju kekelas kami.

Dipertengahan kelas pintu terbuka dan menarik perhatian kami para siswa. Disana berdiri Kepala Sekolah dengan wajah datarnya. Tumben juga Kepala Sekolah masuk kekelas. Mungkin kali ini karena ada hal yang harus disampaikan.

Dan detik berikutnya cukup membuatku mematung ditempat. Bagaimana tidak, aku yang tak pernah membuat kesalahan secara tiba-tiba disuruh keluar yang diikuti dengan Kepala Sekolah yang berada tepat dibelakangku. Aku sudah was-was kalau-kalau dia memarahiku nanti. Aku tidak merasa berbuat kesalahan kali ini.

"Jisung ikut keruangan saya" ujarnya datar yang langsung diangguki olehku.

Tiba diruangannya, aku dikejutkan dengan kehadiran ayah. Ayahku langsung berdiri ketika melihat kami masuk. Kami dipersilahkan duduk kembali dan kepala sekolah membuka pembicaraan. Aku tak mengerti, situasi macam apa yang sekarang ini aku hadapi?

"Jadi Tn.Han, anda tetap akan memberhentikan anak anda dari sekolah ini?" Perkataan Kepala Sekolah tadi lebih mengejutkanku ketimbang kehadiran ayah saat ini. Mengingat ayah yang memang jarang datang kesekolah selain pengambilan raport, itupun setelah bunda tiada.

"Iya Ny.Yang, jisung akan saya berhentikan sekolah karena suatu dan lain hal. Ini menyangkut urusan keluarga, jadi mohon maaf sebelumnya karena saya tidak dapat mengatakan alasannya dengan jelas" ayah mulai membuka suara.

Apa katanya tadi? Urusan keluarga? Urusan macam apa? Apa kondisi ekonomi kami? Tapi setahuku penghasilan ayah masih mampu membiayai kehidupan kami dan keperluan sekolahku. Lalu urusan macam apa yang dia maksud? Oke, aku mulai bingung sekarang.

"Baiklah, anda bisa tanda tangani beberapa dokumen disini. Kamu juga jisung, sebagai tanda bahwa kamu menyetujui hal ini. Silahkan.." Kepala Sekolah menyerahkan beberapa dokumen yang harus kami tanda tangani.

"Baiklah ini dokumennya, kalau begitu kami permisi dulu. Terima kasih atas waktunya Ny.Yang" ayah bersalaman dengan Ny.Yang -kepala sekolahku- atau sekarang mantan kepala sekolahku. Aku pun bersalaman dengannya dan setelah itu kami meninggalkan area sekolah.

Selama perjalanan pulang kerumah hanya keheningan yang menghiasi suasana mobil. Aku yang tahu bagaimana sifat ayahku memilih diam, karena ayah adalah orang yang fokus pada apa yang dia tangani. Jadi, ketika sedang berkendara dia sangat jarang berbicara bahkan bisa tidak sama sekali.

The CEO is My Husband | MinsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang