Dua : Malam Pertama?

6.8K 559 17
                                    

Sorry for typo

Lanjut baca okey..

---

Minho Pov

"Kamu mau melakukan malam pertama?"

Untuk beberapa saat sosok yang ada dihadapanku seperti patung. Jisung tak memberikan respon apa-apa saat ini. Itu membuatku jadi penasaran dengan apa yang sedang ia pikirkan sekarang.

"Jisung, kamu mendengarku?" Aku bertanya sekali lagi karena jisung yang tak kunjung menampakkan tanda-tanda kehidupan. Dia masih bernafas kan?

"A-ahh.. itu, eh.. ka-kak bilang apa tadi?" Dia berucap tanpa menoleh padaku. Sepertinya dia gugup.

"Tidak, bukan apa-apa. Tidurlah, kau pasti lelah" aku menutup obrolan malam ini. Kurasa dia belum siap.

"Ba-baiklah.. selamat malam" jisung menarik selimut dan menutupi hingga sebatas leher.

"Apa perlu aku matikan AC-nya?" Aku menghadap kesebelah kiri yang secara bersamaan ketika dia juga berbalik kearahku.

Aku bisa melihat dengan jelas manik mata yang indah dengan bulu mata lentik. Pipinya gembil, dan bibir tipis yang dominan menambah kesan cute bagi seorang pria. Bagiku dia seperti wanita.

"Tidak. Kenapa harus dimatikan?" Raut wajahnya seakan tak mengerti. Itu lebih membuatnya menggemaskan sekarang ini.

"Selimut yang kamu pakai sampai keleher, aku pikir kamu kedinginan" aku menggaruk tengkukku, menghilangkan rasa canggung yang tiba-tiba saja terasa sekarang ini.

"Ohh.. aku kalau tidur ya seperti ini, selimutnya harus sampai leher. Kata bunda biar lebih nyaman tidurnya" dia tersenyum samar namun tulus disaat bersamaan ketika menyebut kata bunda.

"Kamu merindukan bundamu?" Aku bertanya dengan nada hati-hati.

"Rindu?" Aku mengangguk.

"Sangat malah. Jisung sangat rindu bunda. Biasanya bunda yang selalu menemani jisung disaat jisung tidur. Bunda membacakan dongeng pengantar tidur, mengelus rambut jisung, dan mengecup dahi jisung ketika jisung sudah mulai tertidur. Hal yang sudah sangat lama tidak aku rasakan.." terlihat jelas raut kesedihan ketika dia menceritakannya.

Dengan keberanian yang entah kudapat dari mana, aku mengangkat lenganku dan meraih jisung dalam dekapan yang sekiranya bisa membuat dia nyaman.

"Mau mendengarkan cerita?" Jisung mengangguk samar dengannya yang berada dalam dekapanku sekarang.

"Dulu..." aku menceritakan sebuah cerita yang sempat kubaca.

Disaat aku tengah bercerita, terdengar dengkuran halus serta helaan nafas yang teratur.

"Sudah tidur rupanya.." entah dapat bisikan darimana, aku menunduk dan mencium puncak kepalanya dan menghirup aroma strawberry yang kental. Kurasa strawberry akan menjadi aroma favoritku sekarang.

Aku kembali membaringkan jisung dan menarik selimut sebatas lehernya. Membelai surai hitamnya yang lembut dan mengelus pipinya yang semulus pantat bayi. Terdapat semburat merah disana. Sungguh indah ciptaan Tuhan yang satu ini.

Seketika bayangan disaat jisung berjalan keatas altar yang diiringi ayahnya, disaat kami mengucapkan janji suci dihadapan Pendeta, disaat aku memasangkan cincin kejari lentik miliknya, begitu juga jisung sebaliknya.

Kurasa aku terlalu banyak tersenyum malam ini. Buktinya pipiku sampai pegal.

Aku membaringkan tubuhku menghadap seseorang yang kini sudah menjadi suami- bukan maksudku istri- yang sudah tertidur pulas. Terlihat lelah namun tidak juga menghilangkan aura manis yang ada padanya.

The CEO is My Husband | MinsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang