Duabelas : Different

1.8K 150 16
                                    

Sorry for typo
Happy reading

Jisung POV

______________

"Kak minho..?"

"Tetaplah di sini. Kumohon-

***

Han Jisung.. 


Beberapa detik berlalu jisung menunggu lanjutan kata-kata si atasan namun hanya suara mesin AC yang terdengar.

"Apa yang ku tunggu? Dia kan sedang mabuk. Menyebalkan sekali"

Baru saja jisung mau melangkahkan kakinya, namun suara rintihan dari balik badannya mengehentikan niat jisung untuk segera pergi dari tempat itu.

"Akhh.. ssshh.."

"Kak minho? Kakak kenapa? Mananya yang sakit hah?"

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Wah, rupanya amnesia pria ini ternyata bisa kambuh kapan saja dan di mana saja. Jisung dibuat heran sendiri oleh tingkah atasan sekaligus mantan suaminya ini.

"Aku bertanya apa yang kau lakukan di sini?"

"Bapak tadi mabuk berat, jadi saya antar ke sini. Bapak tinggal di sini kan? Maaf kalau-"

"Keluar"

Hah? Apa? Barusan jisung disuruh keluar? Apa sekarang dia sedang diusir? Jerih payah jisung ternyata tidak ada gunanya.

"Iya saya keluar. Setidaknya ucapkan terima kasih"

Dengan segera jisung pergi keluar meninggalkan tempat yang tidak akan pernah dia datangi lagi. Jisung berjanji akan hal itu. Setelah perpisahan mereka ternyata Lee Minho yang jisung kenal sudah banyak berubah. Perilaku, sifat bahkan ingatannya pun semua berubah. Kepala jisung dibuat sakit karena memikirkan semua itu. Jisung butuh obat penenangnya. Malaikat kecilnya, Han Jimin.

***

"Papa!!"

Lengkingan suara khas anak kecil terdengar begitu Jisung menapakkan kaki di dalam rumahnya.

"Hey, Jimin? Kenapa belum tidur hm?"

Tidak biasanya malaikat kecil Jisung didapati masih terjaga dijam begini. Biasanya Jimin sudah tidur pulas di ranjangnya bersama Papinya.

"Jimin lapar papa.."

Adu Jimin pada sang papa. Rupa-rupanya anak ini lapar dijam kritis. Dengan segera Jisung beranjak kedapur tanpa mengganti pakaian kantornya. Jisung tidak mau membuat anaknya kelaparan lebih lama lagi.

"Papi mana? Kok Jimin sendirian?"

Mata bulat Jimin menatap mata sang papa. Sempat terdiam namun akhirnya bersuara.

"Kata papi, papi mau pamit sebentar pa.. Nanti balik lagi. Cuma sebentar kok"

Alis Jisung terpaut. Woojin pamit? Sebentar? Mau kemana dia? Apa ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda? Tidak biasanya Woojin bekerja di jam begini. Kalaupun iya, biasanya Woojin akan mengabari Jisung terlebih dahulu.

"Papi bilangnya mau kemana?"

Gelengan kepala menjadi jawaban atas pertanyaan Jisung pada anaknya.

'Kemana kamu Woojin?'

"Nah, makanan sudah siap. Jimin, sini makan dulu"

"Makacih papa cayang"

Jisung tersenyum. Malaikatnya sudah tumbuh semakin besar sekarang. Jika mengingat masa kehamilannya dulu, Jisung tak akan kuasa menahan air matanya. Jerih payahnya mengusahakan yang terbaik bagi Jimin, rasanya begitu berat. Namun semua itu tetap Jisung lakukan. Demi malaikatnya tersayang. Obat penawarnya, dikala Jisung merasa letih dengan semua drama di dunia ini.

Minho..

Setelah 4 tahun lamanya, kini Jisung bertemu kembali dengan sosok Minho. Entah apa itu Minho yang Jisung kenal atau bukan. Yang pasti adalah, mereka sama persis. Dengan rupa yang sama, suara yang sama, serta proporsi tubuh yang sama. Sulit dipercaya memang. Ketika Minho tidak mengingat Jisung sama sekali. Dan sulit dipercaya pula. Ketika Jisung mendengar kata-kata Minho pada saat mabuk tadi. Jisung semakin dibuat bingung. Apa dia adalah Minho yang sama, yang sudah memporak-porandakan hati dan hidup Jisung? Apa dia Minho yang sama, yang sudah membuat Jisung jatuh cinta, sekaligus jatuh menderita? Apa dia Minho yang sama, yang adalah ayah kandung dari malaikat tercintanya, Jimin?

Kepala Jisung tiba-tiba saja pening. Tak sadar bahwa Jimin sudah tertidur pulas sambil memegang sendok makannya. Ah, Jisung sudah terlalu asik menerawang masa lalu, masa kini dan masa depan. Dia butuh istirahat.

Setelah mengantar Jimin kekamarnya, Jisung membersihkan piring makan Jimin. Kembali ke meja makan, Jisung meraih handphonenya dan berniat menelfon seseorang. Tapi, baru saja ingin menekan ikon hijau, sebuah telefon masuk menunjukkan nama sang pemilik dilayar handphone Jisung.

Minho is calling...

"Kak Minho..?"

"Halo, Pak Minho? Ada apa ya?"

"Kembali ke apartemenku sekarang juga"

Tutt..

"Apa?!"

Lagi-lagi, Jisung dibuat pusing dengan tingkah si atasan. Jisung sungguh lelah dengan semua ini.

'Ada apa lagi ini Lee Minho sialan?!'

___________________

Hai-hai, apa kabar kamu?
Ini sudah setahun, dan aku baru update lagi sekarang. Memang banyak kendala, tapi aku pastikan kali ini akan sering update lagi.

Dikasih pendek aja dulu ya.. Otak aku gak ngasih ide terbaiknya malam ini, hehe :'))

Oh iya, untuk alur cerita diatas, yang aku mention nama seseorang, aku minta maaf ya.. Jika ada dari kalian yang merasa kurang nyaman dengan adanya nama 'dia'. Tapi itu semua bagian dari cerita aku juga. 'Dia' sudah menjadi tokoh yang cukup penting dicerita ini. Aku akan usahain, untuk mencari jalan keluar bagi alur cerita ini untuk kedepannya.

Semoga suka ya..

Author kiyowo pamit 'muaccchhh'



The CEO is My Husband | MinsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang