Dimensi 26 (part 3)

77 29 0
                                    

Setiap sudut kuperhatikan. Mencari tempat yang aman untuk bayi ini.

"Maaf. Aku di sini!" seseorang di balik gedung.

"Eh...?! Kau ibunya?"

"Iya".

"Kenapa bayi ini tidak bersama mu? Bukankah tadi aku sudah memberikannya padamu??".

"Maaf," dia mencoba mengambil kembali bayinya.

Tapi aku langsung menjauhinya, "Jangan mempermainkanku! Siapa yang benar di sini? Kau, atau mantan suami mu?"

Suasana menjadi hening.

"Tidak ada yang benar di sini. Tidak ada yang 100% benar," katanya.

"Apa maksudmu?"

"Aku sangat berterimakasih sebelumnya. Tapi ku katakan sesuatu.... Bahwa.... Bayi itu telah meninggal".

Bingung bukan kepalang, "Jadi dari tadi aku menggendong mayat?"

"Tidak. Saat awal tadi dia masih hidup. Bukankah kau melihat gerak mungil bibirnya? Tapi setelah terakhir kau memberikannya pada ku, aku membawanya dan di saat itulah kami berebut, ia sempat terbentur. Lalu aku berlari membawanya ke tempat aman di lantai paling atas agar tidak ditemukan. Tapi adik ku berusaha mengambilnya saat aku menuju tempat ini. Ku kira dia akan mengikutiku, ternyata dia tahu bahwa aku menaruhnya di sana".

"Tapi, tadi ada yang melempar bayi ini pada ku".

"Ya. Tenang saja. Aku rasa dia meninggal karena kami, benturan yang cukup keras sedang tubuhnya masih lemah karena ia baru dilahirkan beberapa jam yang lalu".

"Lalu kenapa, jika bayi ini telah tiada, kenapa kalian masih memperebutkannya?"

"Ini soal uang. Meski telah tiada, yang ku takutkan adalah jika mantan suami ku ingin menjualnya".

"Kau terlalu berlebihan! Belum tentu dia akan melakukan itu!"

"Kau tidak mengerti! Kau tidak mengerti apa yang terjadi!!" air matanya mengalir lagi.

"Aku akan segera pergi. Boleh aku menggendongnya untuk terakhir kali, sebelum dia dimakamkan?"

"Tentu. Makamkan dia dengan layak".

Dengan perlahan ku kembalikan apa yang menjadi haknya.

"Hei!! Pria ini sudah mati!!" seru perempuan maut tadi dari kejauhan.

"Maaf. Itu kecelakaan," ucapku pada si Ibu.

"Tidak apa. Biarkan dia menerima akibatnya. Mereka temanmu?"

"Entahlah".

"Kau beruntung memiliki teman seperti mereka".

"...."

"Permisi... Keluarga mu sudah menunggu di gerbang utama," ucap seseorang yang datang.

"Terimakasih. Aku pergi dulu".

Ibu dan sang bayi pergi menuju keluarganya. Pelukan terakhir untuk sang anak yang baru saja merasakan dinginnya dunia ini. Ya, lebih baik seperti itu, daripada dia terus menjadi rebutan orang tuanya. Tak tau apapun tapi menjadi penyebab semuanya, yang akan selalu disalahkan. Bukankah ia akan lebih aman di sisi Tuhan?!

"Kau kenapa?" ujarnya.

"Eh. Tidak!"

"Jangan cengeng! Kehilangan itu sudah biasa. Perjumpaan tidak akan berarti jika tanpa kehilangan".

"...." merenung sejenak.

"Kalian. Kenapa tidak ajak-ajak?" satu orang lagi yang datang.

"Habis, kau sibuk dengan pria itu".

"Kalian itu siapa?" tanya ku, mereka terdiam dan kompak menatapku.

"Aku lupa. Aku Khin..." perempuan yang mengikuti ku melewati Ring di kegelapan.

"Aku Sakki. Agak aneh ya..." perempuan maut yang tadi.

"Terimakasih atas kerja samanya. Sekarang aku harus pulang".

"Kau tidak bisa pulang," ucap Khin.

"Kenapa? Apa masih ada dimensi lain yang harus ku kunjungi?" heranku.

"Ya. Kau hanya perlu melewatinya".

"Hanya? Lewat? Aku yakin, selanjutnya tidak akan berbeda jauh dari sekarang".

"Tidak. Tergantung kau yang pilih".

".....?".

"Bukankah dari tadi kau selalu diberi pilihan? Satu bahkan lebih dari dua pilihan. Kau yang menentukan sendiri dimensi mana yang harus dilalui".

"Tapi siapa yang tau itu aman atau tidak?".

"Mangkanya pilih yang benar!".

"Apa urusanmu? Lagian siapa yang menyuruhmu mengikutiku??".

"Sudah. Ini kemauan kami sendiri. Jadi biar kita tanggung pilihan masing-masing," kata Sakki.

"Pilih lah sesukamu. Tapi kami tidak akan hadir setiap saat," tambah Khin.

"Maksudmu?".

"Ada kalanya kau harus menyelesaikannya sendiri. Jadi, kami datang hanya dalam keadaan darurat...".

"Hmm... Sesuka kalian aja".

Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya sebuah Ring terbuka tak jauh dari lokasi kami berdiri.

***


Maaf kalau ada salah tulis. Jika kalian menemukan text ini selain di Wattpad, berarti text tersebut telah di copy paste tanpa izin.

PORTAL (true story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang