Feel - 1

59 5 0
                                    

Pagi itu berbeda dengan pagi sebelumnya. Inara bangun dengan sendirinya tanpa ada teriakan heboh dari mama atau abangnya.


Detik pertama membuka mata atas kemauan sendiri begitu nikmat. Rasanya tidur semalam dilalui dengan sangat nyenyak.

'Tumben aku ngga dibangunin,' batinnya.

Inara memilih menggulung dirinya di dalam selimut, 15 menit saja, pikirnya.
Samar Ia mendengar bunyi piring dan sendok beradu dari lantai bawah kamarnya. Mamanya sibuk memerintah abang dan adiknya, kira-kira begitu yang Ia dengar.

Berguling, telungkup, telentang, Inara bosan. Perempuan itu memilih untuk turun ke bawah. Beberapa menit Inara merapikan kamarnya dan membuka jendela.

Dihirupnya udara pagi pukul 8:13 yang masih terasa sejuk. Senyum dari bibir tipisnya terulas dengan sempurna saat matanya yang hitam kecoklatan melihat Chiko anjing peliharaannya, bermain sendiri di taman rumahnya. Kira-kira 10 meter di kanan kamarnya, namun tamannya ada di bawah dekat teras.

'Dika, jangan taruh di situ! Nanti yang mau lewat atau berdiri ngga leluasa!'

Inara melirik ke lantai kamarnya, bermaksud menelisik suara samar dari bawah. Dika adalah nama adiknya dan mamanya pasti marah karena mainan Dika yang bergeletakan di lantai dengan sembarangan.

Baru saja membuka pintu, Devan sudah mendorong Inara kembali ke dalam kamarnya.

"Eeeehh! Apasih, Bang?"

Devan adalah abangnya. "Lo mau kemana?"

"Ke bawah, kayanya mama sibuk jadi gue mau bantu."

"Ngga! Lo mandi sana!"

Inara memundurkan kepalanya, terkejut. Tumben.

Perempuan itu meletakkan punggung tangannya tepat di kening Devan. "Abang ngga sakit."

Devan menepis kesal tangan Inara, "Lo berharap gue sakit?! Sana mandi!"

"Aaaahh abaangg!" Inara memeluk Devan erat, "Sering-sering baik begini ya!" Lalu Inara melepas pelukannya. "Aku mandi dulu, hehe."

"Eits!" Devan menahan Inara yang hendak keluar kamar. "Lo mandi di kamar lo. Ada kamar mandinya kan?"

"Oke." Jawab Inara santai. Tidak curiga pada gelagat Devan yang aneh.

-

Inara memilih turun setelah selesai berpakaian, namun saat membuka pintu kamar perempuan itu teriak 'aahh!' ketika melihat sosok Devan masih berdiri tegak di depan pintu kamarnya.

"Abang ngapain?!"

Devan meliriknya dari atas sampai bawah. "Lo cewek? Kok pakaiannya gitu?"

Inara melihat dirinya sendiri. Ia rasa kaus putih polos dengan traning hitam tidak salah jika untuk santai-santai di rumah.

"Kan aku ngga kemana-mana. Atau mungkin.. Abang mau ajak aku nonton ya?" Tebaknya usil.

"Mata lo! Masuk lagi, gue dandanin!"

Devan mendorongnya masuk dan mendudukkan adiknya yang malas merias diri itu di depan kaca.

Two Feelings Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang