Feel - 11

19 4 2
                                    

"Steven, tunggu."


Inara berlari menghampiri Steven yang hampir keluar gerbang. Untung, Steven mau berhenti dan menantinya berbicara.

"Semua yang terjadi di kelas bisa dijelasin supaya ngga salah paham."

Steven menatapnya jenaka. "Iya, jelasin. Lo akan bilang lo didekati dua cowok ganteng sekaligus dan yang satunya jadian sama lo. Terus lo berlagak ngga terjadi apa-apa saat bicara sama gue."

Inara tercekat, bukan seperti itu maksudnya. Bukan itu yang harusnya dipahami Steven. Ia menggeleng.

"Ngga! Ngga begitu!"

Inara menarik napasnya. "Dengar ya.. Alland cuma bercanda karena dia mau bikin Juna emosi soalnya Juna suka sama gue. Jadi gue sama Alland ngga jadian."

Steven berekpresi seolah Ia paham. "Gitu ya, berarti habis ini lo sama Juna jadian?" Laki-laki itu tertawa.

"Selamat ya." Lalu pergi meninggalkan Inara yang tidak habis pikir dan tidak tahu harus bagaimana.

"DIH APAANSIH!" Kesal, Inara berteriak merasa sebal dengan respon Steven. Padahal dirinya sudah mengumpulkan niat untuk menjelaskan padahal sadar di antara mereka tidak ada apa-apa.

"Apaan emang?"

Inara menoleh ke sebelah kanannya dan tidak menjawab apapun kecuali tetap memasang wajah kesal.

"Lo neriakin siapa sih?"

"Mantan gue."

"Oh mantan.. APA?"

Inara mencebik. "Mantan gue."

"Lo punya mantan?" Tanya Juna penuh rasa ingin tahu.

"Menurut lo aja gimana."

"Siapa namanya?"

"Kenapa lo kepo?"

Juna terkekeh. "Setelah gue ditikung Alland, masa gue membiarkan diri yang tampan ini ditikung mantan lo. Lagian, lo udah punya pacar, kenapa masih teriakin mantan lo itu?"

Inara terdiam, ucapan Juna ada benarnya. Kalau dipikir lagi, antara dirinya dengan Steven juga tidak ada hubungan apa-apa. Mereka hanya dekat karena katanya masih sayang.

"Alland juga kayaknya tulus."

"Wah!" Inara berdecak kagum, "Ada apa nih tiba-tiba puji Alland?"

Juna nyengir, sedikit kesal dengan Inara. "Caper aja."

Inara tersenyum, tidak sadar maksud ucapan Juna. "Ih, abang mana sih!"

"Oh, sama abang?"

Inara mengangguk. Tidak lama kemudian ponselnya berbunyi.

"Halo? Abang! Ih di mana?!"

"Di gereja, lagi dekor. Maaf ya, sama teman lo aja pulangnya. Dadah~"

Sambungannya diputus Devan sepihak. "HEEEH!!"

Juna terkekeh. "Ayo pulang sama gue aja."

Two Feelings Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang