Feel - 2

37 4 0
                                    

"Udah gue bilang, pada akhirnya gue akan masuk sekolah ini juga," ucap santai Inara pada Kiana yang terlihat sedikit kecewa karena bersekolah di SMA Cakrawala.


"Jadi lo jangan sedih atau kecewa, kita terjebak sama-sama di sini. Lo ngga lihat anak SMP kita pada nyasar ke sini juga?" tunjuk Inara pada siswa/i SMP dengan almamater biru tua, khas SMP nya.

Karena belum dapat seragam, mereka masih harus menggunakan seragam dari SMP masing-masing.

SMA Cakrawala merupakan sekolah yang meniadakan kegiatan MOS atau MOPDB pada siswa/i barunya. Pihak sekolah langsung mengadakan psikotes untuk penentuan jurusan. Ruangan psikotes ditentukan berdasar jalur mereka saat mendaftar. Contohnya, jalur prestasi, jalur anak guru, jalur nilai UN, jalur SKTM.


"Kita pisah ya. Jangan kangen ya, Na. Lo bisa susul gue ke ruang 4 oke."

Inara pergi menuju ruangannya, sementara Kiana menuju ruang 1. Harapan Inara adalah semoga teman ruangannya selama psikotes tidak heboh atau berisik. Saat memasuki ruangan yang Inara lihat adalah sepi.


Baru ada 3 orang yang jelas dari sekolah yang berbeda. Terlihat dari seragam mereka. Inara berjalan menuju bangku tengah, dimana tepat di atasnya ada kipas. Bersandar pada kursi kayu yang termakan rayap lalu mendengar lagu mendengar lagu melalui earphone.

Kursi termakan rayap adalah alasan kesekian Inara kesal masuk sekolah ini. Selain uang masuk yang begitu mahal padahal SMA-nya negeri, biaya yang akan dikeluarkan pasti banyak. Walaupun orang tuanya pasti akan menyanggupi semua, Inara terbiasa membayar uang SPP dan uang jalan-jalan sendiri. Itu sebabnya Inara sebal bukan main.

Sebuah jari yang menyentuh lengannya, membuat Inara harus membuka mata yang sudah terpejam. Matanya melihat seorang perempuan berkerudung, memakai kacamata, berkulit putih, dan yang jelas sedang tersenyum menampilkan gigi padanya.

Alis kanan Inara terangkat, bertanya.

"Aku duduk di sini ya?" Dia menunjuk kursi di samping Inara. Inara mengangguk dan kembali mendengar lagu.

Belum 5 menit, teman sebangku barunya kembali menganggu. Mungkin sebenarnya ingin kenalan, karena Inara melihat Ia menyodorkan tangan.

Inara pasrah, Ia melepas earphonenya sebal.

"Nama aku Indi Serina."

Cewek itu terlihat benar-benar ingin kenalan. Inara balas menjabat, kali ini dengan senyuman tulus, "Aku Inara Wentani."

Jabatan tangan itu lepas, "Kamu dari SMP mana?" tanya Indi yang Inara jawab dengan baik. Mereka jadi sering mengobrol sampai satu sama lain tidak sadar kalau mereka sudah menjadi teman dekat.

Indi yang sangat akrab dan Inara yang kadang malas untuk akrab walau sebenarnya Inara senang berteman.

Hal lain yang Inara tau adalah Indi tidak suka ditanya saat ujian. Contohnya sekarang saat psikotes sudah dimulai 20 menit yang lalu. Padahal niat Inara bertanya tentang pernyataan yang tidak didengarnya, namun Indi langsung menutup kertas ujiannya seakan Inara akan menyontek seluruh jawabannya. Inara biasa saja, tidak merasa tersinggung. Dia pun seringkali begitu kalau ujian di SMP nya dulu. Bahkan Ia terang-terangan mengabaikan temannya yang bertanya.

Two Feelings Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang