Feel - 12

16 4 2
                                    

"Mulutnya.."


Juna berdecih, melirik sinis pada Inara yang sedang berada di sampingnya.

"Buat apa temanan sama orang yang tau tata cara berbahasa kalau lo masih kayak gitu bicaranya."

Ia memutar bola matanya, dari tadi Juna hanya diam mendengarkan Inara bicara. Menyalahkan tindakan Juna yang memukul Alland tiba-tiba dan menariknya keluar. Ucapannya juga tidak lupa dihakimi Inara.

"Alland lagi bicara malah dipukul, 'kan gue jadi ngga tau dia mau ngomong apa lagi setelah itu."

"Setelah itu Alland bakal bilang bahwa tindakan dia secara tidak langsung membuat dia jatuh cinta sama lo dan dia menyesal mempermainkan lo, paham."

Inara mengubah posisi duduknya, menyentil rahang Juna. "Lo bukan Alland, jangan sok tahu."

"Gue cowok, gue tahu gimana cara kerja otak cowok." Katanya sambil mengusap-usap rahangnya, agak sakit setelah disentil Inara. Cewek itu tenaganya bukan main.

"Duh, jadi nyeri ya.." Inara meringis dan langsung mengusap rahang Juna yang baru saja Ia sentil. Ditemani angin sepoi-sepoi, Juna memperhatikan bagaimana wajah bersalah Inara. Di bagian paling atas sekolahnya ini Ia berpikir, bagaimana bisa ada gadis aneh seperti Inara.

Ia tahu jatuh cinta, tahu patah hati, tapi tingkah lakunya tidak demikian. Semua perilakunya membuat cowok lain berpikir bahwa Inara menyukai mereka dan pada akhirnya Inara hanya mengatakan, 'masa sih? Gue ngga merasa bertingkah gitu, ah.'

"Udah ngga sakit." Juna meraih tangan Inara di rahangnya. "Udah ya mbak perawat dadakan, udah ngga sakit." Lalu Ia menaruh tangan Inara di paha gadis itu. Juna memalingkan wajahnya, menatap langit.

Sial, jantungnya berdebar.

Sayangnya pilihan Juna untuk tidak menatap Inara adalah kesalahan, itu mengekspos leher sampingnya dan memperlihatkan lebam tepat di area kerah seragam.

"Habis berantem, Jun?"

Juna menoleh, "Ngga."

Lagi-lagi tangan Inara menjalar, menyentuh lebam pada leher Juna. "Ini kok lebam?"

Nyeri, Ra, nyeri. Merinding, leher gue lo pegang-pegang. Lo cewek setengah aneh apa gimana sih megang-megang leher cowok sembarangan.

Itu luka bekas hajar Steven kemarin.

"Iya," Juna kembali menjauhkan tangan Inara. "Kemarin leher gue nabrak gerbang rumah."

"Hah?" Gadis itu bingung. "Lo nempel-nempel ke gerbang emang?"

"Ah, lo kepo banget."

Juna tidak tahan, gadis itu menggemaskan, lebih menggemaskan dari adiknya. Ingin Ia cubit pipinya, tapi nanti Ia malah dipukul Inara.

"Mau tau sesuatu ga?" Tanya Juna setelah Inara terdiam.

"Apa?"

"Mantan lo itu namanya Steven 'kan."

"Sekarang lo mau bilang lo tau kehidupan setiap orang?"

Two Feelings Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang