Feel - 5

27 5 0
                                    

"Lo pendek ya Ra."

Inara melotot tak terima, "RASIS LO SIALAN!"

"Gue berusaha jujur, karena lo ngga suka cowok pembohong."

"Iya! Lo item!"

"Eh, eh! Body shaming tuh! Dipenjara lo!"

Bukannya takut, Inara semakin menjadi "STEVEN ITEM JELEK DEKIL JOMBLOOOOO!"

"Jangan bawa-bawa status gue dong sialan!" Omel Steven tak terima.

Inara mengedikkan bahunya sementara Steven memilih merangkul Inara. "Lo tau gue ngga bisa marah sama lo seperti lo marah ke gua."

"Hm.." Jawab Inara singkat "Kenapa begitu?"

Mulanya Steven memainkan pipi Inara, "Karena gue ngga bisa marah ke orang yang gue sayang," Lalu Ia mencubit keras pipi Inara sampai wajah Inara terangkat.

"AAAAHHH SETAN LO!! NANTI PIPI GUE GEDE SEBELAH GIMANA HA?"

Steven tertawa kecil.

"Itu namanya sayang?" Tanya Inara kesal sambil mengusap-usap pipinya yang Ia yakin sangat merah.

Bukannya menjawab, Steven malah mengeluarkan ponselnya dan mengabaikan Inara. Inara jelas tak terima dan langsung memukul punggung Steven dengan flat shoes-nya.

"Wleeeee!" Ledeknya dan berlari meninggalkan Steven yang kesakitan sampai tak sadar kalau Ia baru saja melempar ponselnya yang baru lunas bulan lalu itu.

-

"Lo pacaran sama Steven?"

Inara menggeleng, karena memang itulah kenyataannya. Kiana berdecak.

"Tapi kalian tuh kayak orang pacaran, Ra!"

Inara mendengus, "Itu yang gue mau, tapi dia ngga nembak gue. Gue bisa apa?" katanya pasrah, tak lama Ia tersenyum

"Lagipula di kelas gue ada yang ganteng, lumayan buat cadangan." Ujarnya sambil menahan wajah dengan tangan kanannya, pada meja.

"Eh Ratu Gamon! Elo bukannya bersyukur Steven masih suka sama lo, ini malah nyiapin cadangan. Lupa ya masa-masa lo nangis sampai dua tahun penuh?"

"Lupa."

Kiana menggeleng tidak habis pikir pada sahabatnya, Ia berharap punya bahan obrolan baru di jam istirahat eskulnya ini. Tapi otaknya tidak mau diajak berpikir, jadinya mereka berdua hanya diam.

"Balik sama siapa lo?" Tanya Kiana akhirnya.

"Steven."

Kiana memijat dahinya, "Sebaiknya lo dan dia perjelas hubungan di antara kalian atau gue yang bakal seret kalian ke depan pendeta supaya hubungan kalian diperjelas!"

Inara berdecak kesal, merasa Kiana tak paham. "Gue ngga mungkin minta dia buat nembak gue, Na!"

"Ya pancing, Ra.." ujarnya memaksa.

Inara mendelik, "Mending lo pikirin kapan enaknya lo nyari cowo."

"Gue... males pacaran."

Two Feelings Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang