Kejadian malam itu kembali berputar, berputar seperti adegan film di kepala Citra, membuatnya kesakitan sakit, bukan sakit pada fisiknya tapi sakit ini ada pada hatinya. Sakit ketika ia mengetahui bahwa pria yang mulai dicintainya adalah seseorang yang pernah berniat membunuhnya, terlebih lagi pria itu adalah pria yang menciptakan trauma besar pada dirinya."Kenapa? Kenapa harus kamu yang jadi suami aku? Kenapa kamu yang udah buat aku nyaman?!" Frustasi Citra, air matanya telah mengalir dengan deras sejak ia memasuki kamar. Sungguh baginya kenyataan ini sangat menyakitkan bahkan melebihi sakitnya pasca kejadian itu.
Katakan saja Citra bodoh karena telah menaruh hati pada pria yang baru saja ia kenal. Ia jatuh cinta pada Randi terlalu cepat? Tidak. Ia mencintai Randi karena setelah perjodohan itu, Randi selalu bersikap manis dan perhatian padanya,terlebih malam ini namun semuanya sirna begitu saja setelah ia mendengar bahwa Randi adalah psychopath itu.
Citra terdiam, pikirannya sedang bercabang mengenai bagaimana bila ia bertemu dengannya. Ia bingung apa yang akan ia lakukan. Apakah ia harus menghindar dan menghilangkan rasa takutnya atau menerimanya dan mencoba mengerti keadaan Randi?
Kebingungan seakan menelan kesadarannya. Disisi lain ia tak bisa menerimanya, trauma dan ketakutan yang ia rasakan seakan menghantuinya.
Citra merebahkan tubuhnya pada ranjang, memaksa netranya untuk terlelap. Ia mengunci kamarnya karena tak ingin Randi masuk. Sungguh tak ingin melihat Randi saat ini, ia tadi sempat mendengar Randi meneriaki namanya dari luar kamar, namun ia tetap tak menggubrisnya.
Randi kembali mendapatkan kesadarannya, ia berlari menuju kamar mereka.
"Cit... Buka dulu... Aku mau ngomong," ujar Randi lembut, jemarinya dengan pelan mengetuk pintu.
"Hey... Dengerin aku dulu Citt," Untuk kedua kalinya tak ada jawaban dari Citra.
"Cit," entah ini keberapa kalinya Randi memanggil Citra, namun nihil, tetap tak ada jawaban dari Citra.
Satu jam telah berlalu sejak Citra memasuki kamar, namun tetap tak ada jawaban dari Citra. Menciptakan kegentiran pada hati Randi, namun Randi memilih pergi meninggalkan kamar mereka.
Randi menyerah? Tidak, ia takkan pernah menyerah tapi kali ini berbeda, ia tak ingin menggangu Citra dulu. Citra pasti membutuhkan waktu sendiri. Randi berjalan ke arah sofa diruang tamu,membaringkan tubuh kekarnya diatasnya. Pikirannya tetap pada Citra.
Bagaimana keadaannya saat ini? Randi sungguh sangat khawatir tapi ia tak ingin semakin membuat Citra takut padanya. Akhirnya ia memutuskan untuk memejamkan matanya sejenak namun ia ketiduran.
Bulan sudah berganti menjadi matahari, pintu kamar akhirnya terbuka, menampilkan seorang gadis cantik yang baru terbangun dari mimpi buruknya. Citra berjalan menuju dapur, entahlah mungkin ia sudah melupakan kejadian semalam atau mungkin ia hanya menutupi keterpurukannya.
Randi terbangun ketika mendengar suara gaduh yang berasal dari dapur. Ia segara beranjak menuju dapur dan benar saja, ia melihat istri kecilnya sedang berkutat dengan pelaratan dapur. Tubuhnya seperti bergerak tanpa komando, ia berjalan menuju Citra dan memeluknya. Menghirup bau vanilla pada ceruk leher istri kecilnya itu.
Citra terkejut karena pelukan Randi yang begitu tiba-tiba. Ia merasakan kehangatan dari pelukan Randi, namun semuanya sirna karena kejadian itu kembali terulang dikepalanya. Citra bergerak menggeser tubuhnya tanpa menatap Randi yang kecewa dengan pergerakannya. Randi mengerti bahwa istrinya ini sedang dalam keadaan tak baik, namun ia sungguh tak menyangka istrinya akan menjauhinya tanpa sepatah katapun.
"Kenapa hmm?" Tanya Randi dengan lembut.
Citra tak menjawab, ia tetap fokus pada.
"Heii... Kamu kenapa hmm?" Randi tak menyerah, ia tetap menanyakan pertanyaan yang sama.
"Makanan udah siap, kamu sarapan aja dulu, aku mau ganti baju, siap siap ke kantor," ucap Citra tanpa mendengar jawaban dari Randi, Citra berjalan melewati Randi begitu saja.
Randi menyantap sarapannya dengan terburu-buru. Setelah selesai ia berjalan menuju kamarnya, saat ia ingin masuk tiba tiba pintu terbuka dan memperlihatkan istri kecilnya yang sudah siap dengan setelan kerjanya.
"Kamu mau kerja? Bareng aja ya sama aku? Kan kantor kita searah," ujar Randi tetap mencoba untuk membujuk istrinya agar mau bicara padanya.
"Aku ada kerjaan penting yang harus aku kerjain pagi ini, aku duluan aja naik taksi," ucap Citra. Ya, lagi-lagi mencoba menghindari Randi.
"Yaudah, hati-hati ya sayang," ujar Randi mencoba mencium kening istrinya, namun ini sungguh menyakitkan, istrinya menghindar dan berjalan meninggalkannya yang tengah terdiam. Kekecewaannya semakin bertambah, kali ini ia mendapat dua penolakan sekaligus dari Citra.
"Arghhh!!" Teriak Randi frustasi.
Ruang kantor ini terlihat rapih dan terurus namun tidak dengan seseorang yang sedang duduk di bangku kebesarannya. Ia terlihat begitu berantakan, sangat berantakan, bahkan ia terlihat seperti seorang yang habis minum.
"Kenapa lo Ran?" Tanya Rano begitu melihat keadaan sahabatnya yang kacau.
"Citra tau kalo gua psikopat," balasnya dengan pandangan kosong.
"Lah?" Bingung Rano. Rano adalah sahabat Randi yang paling dekat dengannya, jadi masalah apapun akan ia ceritakan pada Rano.
"Tadi malem dia denger gue ngomong ama lo," ujarnya, benar benar tak ada eksperesi di wajahnya.
"Kalo soal ginian tau dah gue ga ngerti," ucap Rano pasrah. Rano adalah pria yang sangat sulit mengerti kaum perempuan oleh karena itu ia selalu jomblo.
"Au dah! Pusing gue, keluar sana lo!" Murka Randi, mengusir Rano. Kali ini otaknya benar-benar buntu. Ia tak tahu harus apa agar Citra kembali berbicara padanya.
Aku update ni hehe:D
Aku ga bisa nentuin kapan aku mau update lagi jadi tunggu ya kelanjutannya:)
Voment kalian penting buat aku,biar semangat ngelanjutinnya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psychopath Husband
Romansa"Malem itu, gue jatuh cinta. Cinta pandangan pertama. "- Randi Revathir "Di jodohin? Sama orang ini? Kenapa suara dia kayak gak asing?"- Citra Hendrita. Citra harus menelan paksa traumanya ketika ia tahu. Siapa pria yang telah dinikahinya ini. Ia ha...