"Malem itu, gue jatuh cinta. Cinta pandangan pertama. "- Randi Revathir
"Di jodohin? Sama orang ini? Kenapa suara dia kayak gak asing?"- Citra Hendrita.
Citra harus menelan paksa traumanya ketika ia tahu. Siapa pria yang telah dinikahinya ini. Ia ha...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagi itu Citra berjalan turun dari kamarnya. Ia berjalan menuju meja makan dan siapa sangka, ia melihat ayahnya sedang makan bersama seorang pria yang tak lama lagi akan menjadi suaminya.
Ia duduk di sisi kanan dekat ayahnya, tepatnya berhadapan dengan Randi. Citra tak menghiraukan keberadaan Randi, ia tetap bersikap seperti biasanya dan menikmati sarapannya.
Setelah menyelesaikan sarapannya, mereka segera berangkat kekantor, Citra berpamitan pada ayahnya lalu berjalan mengekori Randi.Diperjalanan keduanya hanya terdiam tanpa suara, mereka masih canggung satu sama lain. Ketika sampai di depan kantor, Citra segera turun dan berpamitan pada Randi, Randi hanya menjawab dengan senyuman yang sangat tak cocok untuk wajah dinginnya.Lalu ia pergi meninggalkan kantor Citra.
"Shitttt! Kenapa mulut gue susah banget buat ngomong?!"umpat Randi dalam batinnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari ini, keduanya menjalani aktivitas seperti biasa. Ketika hari menjelang sore Citra keluar dari kantornya dan menuju halte terdekat, namun sebuah pemandangan di hadapan kantornya membuat ia menghentikan pergerakannya, sebuah mobil terparkir tak jauh dari pintu keluar. Seorang pria dengan pakaian kantor yang sedikit berantakan tengah bersandar pada pintu mobilnya. Pria yang kelak akan menjadi suaminya.
Randi menghampiri Citra yang tengah menatapnya, ia menggenggam tangan Citra dan menuntunnya untuk memasuki mobil. Citra hanya diam menurut, mobil yang di tumpangi mereka melaju meninggalkan bangunan tinggi di tengah kota ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari-hari selanjutnya mereka jalani bersama. Mulai dari berangkat ke kantor hingga pergi makan malam bersama walau terkadang mereka masih malu-malu untuk memulai pembicaraan.
Tiga bulan telah mereka lalui, setiap hari selalu bertemu dan hal itu tak dapat dipungkiri oleh Citra bahwa ia mulai nyaman dengan keberadaan Randi, Citra tidak tahu bahwa pria yang sekarang selalu bersamanya dan pria yang mulai menumbuhkan cintanya adalah psychopath gila yang hendak membunuhnya beberapa bulan lalu.
Pertunangan mereka telah dilakukan 1 bulan yang lalu dan minggu depan adalah hari pernikahan mereka. Citra mulai memikirkan apakah ia tak salah menerima perjodohan ini?! Namun sepertinya tidak, karena Randi pria yang sangat perhatian. Hari itu mereka berdua pergi untuk membeli cincin pernikahan dan persiapan pernikahan lainnya. Mereka tiba di sebuah pusat perbelanjaan yang sangat terkenal di kota dan bukan hanya terkenal akan kualitas barang yang mereka jual namun juga terkenal akan harganya yang fantastis.
"Ran mau yang manaa?" Tanya Citra pada Randi yanh sedang memandangi pasangan pasangan cincin dihadapannya .
"Terserah kamu aja," balasnya lalu menatap manik mata Citra yang terkadang membuat Citra terpesona akan mata hitam legam milik pria masa depannya ini.
"Yaudah yang ini aja," ucap Citra menunjuk sepasang cincin yang memiliki tiga permata pada bagian atasnya.
"Mmm... Kurang deh kayanya," ujar Randi sambil menggelengkan kepalanya.
"Gimana sihh?! Katanya tadi terserah aku kok malahh ga setuju sihh?! Dasarr es kutub gak jelas!" Umpat Citra dalam hatinya.
Randi dapat membaca apa yang dipikirkan oleh Citra dan itu berhasil membuat Randi semakim gencar membuat kesal Citra, hingga ia bisa terus melihat wajah menggemaskan Citra.
"Yaudah yang ini ya mba," Ucap Randi yang dihadiahi tatapan heran oleh Citra.
"Kenapa? Hah? Tadi katanya mau yang itu?" Tanya Randi.
"Kan kata kamu tadi ga setuju?!" Sewot Citra dengan wajah yang membuat Randi ingin segera membawanya ke ranjang mereka, namun Randi masih ingat bahwa ia belum bisa melakukannya sebelum pernikahan ini terlaksanakan.
"Aku tadi cuma pengen bikin kamu kesel aja, soalnya aku pengen liat muka kamu ituu kalo lagi kesel," ucap Randi sambil mengacak pelan rambut Citra.
"Ihh apaan sii?! Gombal hah?!" Sarkas Citra garang, Citra sadar bahwa sekarang pipinya memanas karena ucapan Randi sebelumnya.
"Ciee pipinya merah," goda Randi sambil mencubit pelan hidung Citra dan Hal itu membuat penjaga toko perhiasan menatap iri pada keduanya.
Setelah selesai mencari cincin pernikahan, mereka berdua pergi untuk memilih baju pernikahan dan berakhir makan malam di kafe dekat rumah Citra. Malam itu berhasil membuat mereka semakin dekat hingga Citra mengakui kalau ia sekarang benar-benar jatuh cinta pada Randi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Holla aku Comeback:D Maaf akuu baru Update hehe:) Jangan lupa Voment Gaes:)