"Malem itu, gue jatuh cinta. Cinta pandangan pertama. "- Randi Revathir
"Di jodohin? Sama orang ini? Kenapa suara dia kayak gak asing?"- Citra Hendrita.
Citra harus menelan paksa traumanya ketika ia tahu. Siapa pria yang telah dinikahinya ini. Ia ha...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Citra masih terdiam, pikirannya berkecamuk tak jelas.
"Gak... Aku gak setuju," ucap Citra dengan mantap, semua mata tertuju padanya.
Ayah Citra bangkit dari tempat duduknya lalu menarik lengan Citra pelan, membawanya menuju kamar sang ayah. Randi dan kedua orang tuanya hanya memperhatikan kepergian mereka hingga tubuh mereka tak terlihat dan di telan oleh pintu.
Didalam kamar sang ayah, Citra hanya diam.Ayahnya pun terdiam.
"Citra, ayah ngelakuin ini demi kamu sayang," ucap sang ayah yang akhirnya membuka suara.
"Demi Citra gimana sih yah? Citra gak mau di jodohin kayak gini. Citra bisa nyari laki-laki yang lain yah, laki-laki yang sesuai sama keinginan Citra," lirih Citra dengan tatapan sendunya, mencoba membujuk sang ayah.
"Ya, tapi dia baik buat kamu sayang," Ucap ayahnya, mencoba meyakinkan putri semata wayangnya ini.
"Baik gimana yah? Kenal aja nggaa," bantah Citra.
"Ya, mangkanya kalian saling kenal aja dulu yahh?pliss demi ayahh," mohon ayahnya, membuat Citra akhirnya mengalah karena tak tega.
"Oke dehh... Okee...Citra Setuju," ujar Citra dan segera dihadiahi pelukan oleh sang ayah.
"Yaudah, ayo keluar yo... Mereka udah nungguin kita diluar," ujar ayah Citra lalu mereka keluar dan kembali keruang makan,tempat dimana Randi dan kedua orang tuanya menunggu mereka.
"Gimana?" Tanya Bram antusias.
"Aku setuju om," ucap Citra sambil menatap Randi yang sedang duduk dengan tenang dan saat itu Citra bisa melihat Randi yang mengeluarkan sebuah smirk saat Citra mengatakan ia setuju.
Hal itu membuat Citra sedikit curiga pada sikap Randi yang sedari tadi diam saja dan Smirk itu, sedikit membuat Citra ketakutan, ketakutan yang sama, ketika ia bertemu Psychopath gila itu.
"Kenapa smirk dia itu kayak gak asing?"- batin Citra.
"Citra?!" suara sang ayah berhasil membangunkan Citra dari lamunannya.
"Ciee... Baru bilang setuju tapi ngeliatinnya sampe kaya gitu," goda sang ayah.
"Ihh ayahh apaan sih?!" Bantah Citra, sebenarnya ia malu, bagaimana bisa ia terciduk sedang menatap Randi?
"Ohh... Yaudah kalo gitu nanti kita bicarakan lagi ya, saya ada masalah penting di kantor," ujar Bram, diikuti oleh istrinya dan Randi yang ikut bangkit dari tempat duduknya.
"Kalo gitu mari kami antar," ucap ayah Citra dengan sopan lalu membuntuti tamu yang akan menjadi besannya itu ke halaman rumahnya. Ketika sudah sampai didepan.
"Hati-hati ya om, tante," ucap Citra.
"Ehh gausah panggil tante, panggil mamah aja ya," ucap ibu Randi, memeluk tubuh mungil Citra.
"Yaudah kami pamit dulu ya," ucap Bram.
"Randi pamitan dongg," ujar ibu Randi.
"Emm... Iyaa," balas Randi. Citra sangat terkejut saat mendengar suara bariton milik Randi, suara yang sangat mirip dengan suara psychopath gila itu.
"Om... Saya pamit ya," ucapnya lalu menjabat tangan ayah Citra dengan sopan.
"Sama Citranya dong," ujar sang ibu. Tanpa berkata apapun, Randi mendekat pada Citra.Ia memeluk Citra namun tak seutuhnya, Randi memberikan jarak di antara tubuh mereka.
"Aku pulang dulu ya, besok aku jemput ke kantornya," ucap Randi berbisik pada Citra.
"Ehh... I... Iyaa..."
Randi berjalan membuntuti kedua orang tuanya menuju mobil.
"Ayo masukk!" Ajak ayah Citra, lalu masuk mendahului putrinya.
"Kenapa suara Randi sama kayak suara psikopat gila itu?!" -batin Citra.
"Lo milik gue, sampe kapanpun lo milik gue. Citra Hendrita." -batin Randi
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Double update akuuu:) Jangan lupaa vote terlebih kalo coment hehe:)