7. Cerita

43 0 0
                                    

Ijah sudah memilih spot pojok untuk reuni mereka. Meja kecil dengan dua bangku. Imah menarik satu bangku lagi. "Untuk tasku," katanya. Imah menceritakan tentang Pendi yang baru saja dibogem mentah di atas motor.

"Ya ampun! Itu cowok pede amat!" Ijah melotot.
"Ya kan...? Siapa juga yang mau ma dia!" Imah berasap lagi.
"Tapi, lo udah punya pacar lagi belum?" Tanya Ijah.
"Ah, gak penting! Ingat kata dosen kita dulu: jika ingin sukses kita harus fokus. Aku mau fokus dulu nih di karirku."
"Halah, gue bisa kok fokus sm karir & cinta." Ujar Ijah.
"Ya kamu kan memang beda. Trus, pacar kamu orang mana?"
"Orang deket kok."
"Siapa?" Imah mencondongkan tubuhnya ke depan. Kekepoannya terusik.

Belum sempat Ijah menjawab, sebuah suara menyapa, "Hay gaes!" Mereka berdua menoleh & mendapati Isah berdiri di samping meja. Kontan mereka bertiga menjerit2 (lagi) sambil berpelukan. "Isah? Gileee bahenol beud lo!" Ijah menowel2 bokong Isah yang seksoy. "Ya dong. Ini modal!" Bertiga tertawa riang. Sebodo dengan pengunjung lain. Yang penting mereka happy.

Ijah lanjut bercerita kalau dia sedang dipedekate sama kakak sepupu majikannya. "Eleuh-eleuuhh.. Ijah dikit lagi mau jadi nyonya!" Seru Imah sambil tepuk tangan. "Pepet terus Jah!" Isah memberi semangat. Karena perbaikan nasib memang dimulai dari pedekate, kan?

Sementara itu, Isah sedang dipedekate sama salah satu karyawan day care di tempatnya bekerja. Masih bujang (ya, Isah sudah cek background), ganteng, pegawai tetap. "Bukan tetap pegawai ya, harapannya sih ke depan bisa jadi bos." Aamiin..! Dan yang paling penting, cowok ini dulunya santri. "Huwaahh!! sebentar lagi loncing Isah edisi syariah deh." Seru Ijah. Isah hanya senyam-senyum macam orang jatuh cinta. Dan memang dia sedang jatuh cinta.

Imah mendengarkan cerita kedua temannya sambil berpikir bahwa nasibnya mungkin tidak akan sebaik mereka berdua dalam hal percintaan. Tapi tak apa, selama dia punya dua sahabat, lainnya tak penting! Grup WA pun dibuat, janji untuk rutin bertemu disepakati, hadiah dibagikan, Imah pulang hari itu dengan senyum merekah.

Sahabat. Bukankah mereka yang terbaik?

...bersambung

Babu-Babu MetropolitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang