13. Layu Sebelum Berkembang

41 0 0
                                    

Saat Isah gelisah memikirkan genggaman tangannya yang licin, dia tidak konsen pada jalan, hingga sepatunya menyandung batu besar. Isah jatuh, Mas Yus tak mampu menahannya karena basahnya tangan mereka penuh keringat, akhirnya 'bruk!' Isah nyusruk dengan sukses. Posisinya sangat tidak enak dipandang, apalagi dijabarkan di sini. Jadi demi HAM diskip saja adegan itu.

Singkat cerita, perjalanan dilanjutkan dan mereka tiba di hamparan bunga yang sangat indah. Rasanya Isah ingin tidur di atas karpet bunga-bunga ini. Tapi tentu saja itu tidak dilakukannya.

Mas Yus sibuk mengeluarkan kameranya. Isah sudah bergaya dengan kenesnya, ketika kamera yang ada di tangan Mas Yus malah mengarah pada bunga dan bebatuan. Bahkan pohon pun lebih terlihat fotogenik di mata pria itu dibandingkan Isah yang sudah berdiri dengan kaki diplintir-plintit, napas ditahan-tahan, agar tampak langsing dari angle mana pun.

Ya, ya, memang arkeolog sukanya begitu kali ya? Isah menghibur diri dengan selfie sendirian. Satu kali diajaknya Mas Yus untuk selfie juga sebagai bukti bahwa kencannya sukses ke Ijah dan Imah. Sekali foto saja cukuplah! Isah ingin Mas Yus yang mengoleksi fotonya, bukan sebaliknya!

Sebenarnya di day care, jabatan Mas Yus adalah pegawai administrasi, namun sepertinya jiwa arkeolog akan selalu terpatri di dalam hatinya. Ya sudahlah... Isah menghampiri tukang eskrim dan menikmati sendiri eskrimnya sambil manyun. Biar saja lelaki itu menikmati harinya bersama kameranya. Tak henti2 suara 'cekrek' terdengar, namun Isah sudah sibuk dengan eskrim dan hpnya.

"Kencan macam apa ini?" Keluhnya di grup WA babu.

"Kenapa?" Sambar Ijah yang memang sudah memantau.

"Masa dia moto batu? Aku dianggurin!"

"HAHAHAHA!" Dua seniornya kompak ngakak.

"Lo kurang menarik hati kali. Coba kancing baju lepas 3!" Usul Ijah sadis.

"Aku kan pake kaos!" Seolah kalau pakai kemeja ide tersebut bakal dilaksanakannya.

"Udaah enjoy aja sendiri. Kapan lagi bisa hiking, ya kan?"

"Sepatu mahal lho. Maksimalkan!"

Isah pun nurut. Diliriknya Mas Yus yang sedang jungkir balik foto batu di aliran parit. Ah... gini amat nasib kencan pertamanya? Isah merana. Perutnya dingin dan lapar.

...bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Babu-Babu MetropolitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang