21. Akhir

189 16 0
                                    

Pukul 23.30 - Kelas 8-4

Beberapa menit setelah Angga,Arkan,Tio, Dafit,dan Beni pergi menyelamatkan diri menyusul teman-temannya yang lain,tinggal lah Rama dan Putra disana. Didalam penerangan yang hanya bermodalkan cahaya bulan yang masuk dari celah-celah jendela suasana menjadi sangat menegangkan.

"Gino? Lu Gino kan?"

Pertanyaan dari Rama itu berhasil menghentikan pergerakan Putra.

"Bener ya?,PUTRA SADARIN DIRI LU"

"Jangan biarin diri lu dikendaliin sama Gino. Lu bukan Pembunuh!"

"Berisik"

Rama Pov

Sial. Putra menakutkan saat ini,padahal biasanya terlihat menyebalkan. Gw gak pernah sadar selama ini dan sejak kapan dia jadi kayak gini?. Arg....

"Dengar-"

Buk.....buk....

Gw cuman bisa menggertakkan gigi. Putra, dia.... seperti bukan manusia. Dia memukulku tanpa ampun dengan smirknya yang bikin gw bergidik ngeri. Gw tau bagaimana Rizki bisa penuh dengan luka seperti itu. Gw gak tau harus apa,bahkan gw gak bisa melawan sedikit pun.

Gw yang cuma maniak teknologi dan selalu duduk didepan layar mana bisa melawan Putra yang seperti ini. Ini sakit. Rasanya seperti sudah berada di ujung kematian. Putra menggunakan pisaunya untuk membuat beberapa sayatan di tubuh gw. Darah segar udah ngalir gitu aja dari luka yang dia buat. Tidak. Bukan hanya itu. Dia juga nekat membuat luka yang dalam dan sangat sakit.

"Ber.....henti"

"Apa? Gw gak denger"

"Putra hentikan,lu udah gila ya?"

"Gila?Pft,kalau iya lu mau apa?"

Gw cuman bisa meringis kesakitan dengan luka yang ia buat. Sunggu,gw harap gw bisa melawan walau hanya sekali. Beri gw kesempatan untuk pergi dari sini. Putra,dia sudah gila,emosinya tidak stabil,dia seperti bukan dirinya.

Putra bilang,dia akan melakukannya dengan cepat. Mendekat dengan perlahan membuat gw terpojok dan tidak bisa menyelamatkan diri lagi. Tapi,kemudian....

Gw bersyukur Putra masih bisa menahan dirinya untuk tidak ngebunuh gw. Disaat yang bersamaan,secara tiba-tiba gw mengingat saat pertama kali kami bertemu di pemakaman kakak gw.

Tunggu gw sempat baca di sebuah artikel mengenai kejadian di kediaman Drenika.

"Putra,apa ibu lu terbunuh oleh Gino?"

Ah tepat?,pertanyaan gw semakin membuatnya terdiam. Perlahan dia nenjauhkan pisaunya

"Gw bener kan? Kejadian pembunuhan besar itu bukan keluarganya tapi Gino yang melakukannya kan?"

"Hari itu lu-"

"Gak usah diterusin" ucapnya tiba-tiba

"Kenapa? Gw yakin lu bukan anak yang kaya gini Put,apa yang bikin lu terpengaruh sama Gino yang bahkan udah jadi hantu kayak gitu?"

"Diamlah"

"Hari itu lu bilang gak akan balas dendam kan? Kita pernah berteman akrab ber-3. Tapi lu lebih milih temenan sama Gino yang jelas jelas seorang pembunuh"

"Engga lu gak tau"

"Sekarang hentikan,lupakan Gino. Gw juga temen lu Put"

"Lu kira semudah itu? Gw kehilangan ibu gw didepan mata kepala gw sendiri, dibunuh oleh anak kecil berusia 8 tahun, trus gw malah harus terikat sama orang yang udah ngebunuh ibu gw"

Misteri Kelas 8-4 (MRC2) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang