Part 15

2.3K 113 3
                                    

📕Happy reading📕
.
.
.
.
.
.
.

"Kenapa kau memaafkannya, Amor. Bukankah dia telah membuatmu menderita. Jika aku jadi kau, aku tidak akan memaafkannya." Ujar Gerald yang masih tak percaya dengan apa yang dilakukan gadisnya.

Flora hanya tersenyum. Ia telah melakukan hal yang benar. Dan sekarang hati dan pikirannya lapang dengan perbuatannya tadi.

"Kau bisa saja membalas apa yang telah dia perbuat, Amor, tapi kau malah membuang kesempatan yang kau punya." Gerald menatap mata hijau Flora.

"Gerald, salah satu cara terbaik membalas perbuatan seseorang adalah dengan tidak membalasnya. Aku tak perlu membunuh atau memenjarakan Leo, cukup dengan tak membalas, aku telah memberikan hukuman yang tepat padanya." Flora balas menatap mata biru keabuan milik Gerald.

"Cara terbaik apanya? Apa dengan memaafkan si brengsek itu bisa memberi hukuman? Kau justru memberinya kesempatan untuk terus membunuh lebih banyak lagi. Apa kau mau ada anak lain di luar sana yang senasib denganmu?" Gerald berusaha menyadarkan matenya.

"Memaafkan dan tidak membalas memang cara yang terbaik, Gerald. Kita tidak perlu membalas dengan kekerasan, karena api dilawan pula dengan api maka bukannya selesai malah semakin besar." Jelas Flora.

Gerald berpikir sejenak, merenungkan ucapan matenya barusan. Ada benarnya memang, tapi tetap saja dirinya merasa keberatan dengan apa yang dilakukan gadisnya.

"Tapi kau bersusah payah melupakan kejadian itu yang hasilnya malah sering kau mimpikan." Gerald mengingatkan mimpi buruk Flora tentang pembunuhan orang tuanya.

"Aku menganggap itu hukuman untukku karena terlalu larut dalam kesedihan dan kedukaan, Gerald."

Gerald menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal. Ia masih belum mengerti jalan pikiran Flora.

Flora memilih untuk memeluk Gerald daripada masih terus menjawab.

"Hukuman apa maksudmu, Amor? Aku semakin tidak mengerti."

Flora melepas pelukan, mendongak menatap Gerald.

"Selama ini aku terlalu larut dalam kedukaan kepergian kedua orang tuaku, Gerald. Aku bahkan berupaya untuk melupakan semua, dan hasilnya aku malah semakin mengingatnya. Aku telah melupakan nasehat dari ibuku, Gerald. Dia benar. Semakin kau ingin melupakan masa lalu, maka akan semakin ingat kau dengan masa lalu itu. Tapi jika kau tidak berkeinginan melupakan masa lalu itu, membiarkan mengalir oleh waktu, maka kau akan melupakan masa lalu itu tanpa kau minta."

"Tadi saat Leo meminta maaf, aku memutuskan untuk melepas semua masa lalu dan rasa sakit itu. Dan sekarang aku merasa lapang dan seperti telah melakukan hal yang benar. Aku tahu kau bingung dan keberatan, tapi aku melakukannya dari hatiku, Gerald. Jadi kau tidak perlu lagi khawatir dengan mimpi burukku itu."

Gerald masih ingin membantah ucapan matenya yang menurutnya aneh.

"Kau tidak perlu membantah lagi, bodoh. Yang dikatakan mateku itu benar, kau saja yang terlalu bodoh tak mau mengerti." Ujar Edward kesal.

"Diam kau, bukannya membantu malah mengataiku bodoh." Seru Gerald tak terima.

"Tidak ada gunanya membantu orang bodoh sepertimu." Edward memutus mindlink sepihak.

Gerald menghembuskan napas pelan. Ia menangkup wajah matenya, belahan jiwanya. Mungkin yang dilakukan Flora benar, seharusnya ia tidak mengkritik, seharusnya ia mendukung. Apa yang telah ia lakukan tadi salah.

"Baiklah, apapun yang kau lakukan, aku akan tetap mendukung. Maaf jika sedari tadi aku tidak mempercayai keputusanmu. Benar yang kau katakan. Melawan api dengan api adalah salah. Maaf jika aku beranggapan seperti tadi." Gerald meminta maaf.

Love My LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang