⛅Happy reading⛅
.
.
.
.Flora menghapus riasan di wajahnya yang terasa berat. Ia merasa lelah setelah seharian sibuk dengan melayani para tamu yang datang. Ia butuh tidur.
Pintu kamar terbuka saat ia duduk di tepi ranjang, menampakkan pria yang kini resmi menjadi suaminya. Flora menghela napas karena kelelahan. Perlahan, ia membaringkan tubuhnya.
"Kau mengantuk, Amor?" Tanya Gerald sekembali dari kamar mandi, mengganti pakaiannya.
"Iya, tak pernah seberat ini."
Ia membalikkan tubuhnya menghadap Gerald yang berbaring di sampingnya. Flora menatap wajah tampan yang terlihat kelelahan. Lama pasutri itu saling menatap, sampai Flora membuka suara.
"Tak pernah terbayangkan di kepalaku jika aku akan menikah dengan pria seperti dirimu, Gerald."
Gerald menaikkan sebelah alisnya, "Apa maksudmu?"
"Kau tahu, pria sepertimu itu adalah tipe pria yang diidamkan oleh wanita. Tampan, berpendidikan, lembut, penuh perhatian, dan juga kaya. Bukan berarti kami materialistis, hanya melihat pria dari finansial, tapi kami wanita hanya ingin memastikan bahwa jikalau nanti kami punya anak, kebutuhan mereka terpenuhi, juga kebutuhan kami dan keluarga yang lain."
"Selama ini aku hanya berpikir akan mendapat pria yang biasa saja, yang memiliki profesi yang umumnya bisa dicapai orang biasa. Menggelar pesta pernikahan sederhana, tinggal di rumah yang sederhana, memiliki dua orang anak yang menggemaskan. Hidup bahagia dalam kesederhanaan."
Flora berhenti sejenak. Menatap mata Gerald, lalu tersenyum.
"Aku merasa wanita paling beruntung karena mendapatkan tipe pria yang selama ini aku pikir hanya khayalan, mimpi belaka."
Gerald menyentuh sisi wajah istrinya lembut. Percikan-percikan selalu ia rasakan ketika bersentuhan kulit dengan matenya.
"Aku sangat bersyukur karena Moon Goddes telah memasangkan aku denganmu. Kau wanita berhati lembut namun tegar, itulah sifat yang aku suka darimu.
Keduanya saling memandang, tersenyum.
"Gerald, apa kau melupakan itu?" Edward berbicara di pikiran Gerald.
Dalam satu gerakan, Gerald berbalik dan kini ia berada di atas tubuh istrinya.
"Apa kau siap untuk aku tandai, Amor?"
Flora tampak bimbang, "Apa rasanya sakit?"
"Iya, tapi kau boleh menggigit bahuku."
Flora akhirnya mengangguk pasrah.
Gerald mengarahkan wajahnya ke leher Flora sebelah kanan. Sejenak ia menghirup aroma yang begitu memabukkan baginya. Pria itu langsung menancapkan taringnya pada leher wanita itu.
Flora kesakitan, ia meremas kuat kaos yang dikenakan Gerald. Sakit, rasanya sangat sakit hingga air matanya tak sanggup ia tahan. Perlahan genggaman tangannya mengendur.
Gerald menjauhkan tubuhnya. Tapi yang didapati adalah Flora yang tak sadarkan diri.
"Mate kita sangat kelelahan, karena itu setelah ia ditandai langsung pingsan." Ujar Edward.
Gerald mencium kening istrinya lembut, membaringkan tubuhnya di tempat semula dan menyelimuti dirinya juga Flora.
Dalam hati, Gerald merasa kasihan dengan matenya yang sampai pingsan setelah ia tandai karena kelelahan.
"Good night, Amor."
***
Gerald membuka matanya begitu mendengar suara ketukan pintu kamarnya. Pria itu bangkit dari tidurnya, berjalan menuju pintu dan membukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love My Luna
Werewolf'Kenapa aku harus mengalami ini, teman semasa kecilku telah membunuh kedua orang tuaku. Dan dia juga berniat membunuhku. Kenapa ini harus terjadi padaku?' -Flora Levant 'Mate? Kau kah itu? Kenapa kau ketakutan? Siapa yang membuatmu takut? Aku berjan...