Part 22

1.3K 65 0
                                    

Sore itu Gerald mengajak Flora untuk ikut menemui para pemimpin bangsa lain untuk berunding. Pria itu sudah tidak punya jalan lain lagi untuk membendung serangan rogue yang tak ada habisnya.

Selama perjalanan, keheninganlah yang menguasai mobil yang dikendarai oleh Jack yang mengawal Alpha itu. Flora yang duduk di belakang bersama Delta James menatap ke arah luar melalui jendela mobil. Di kepalanya dipenuhi oleh berbagai hal dan masalah.

Sejak awal dia ingin sekali membantu, tapi dia tidak bisa berbuat banyak. Meminta bantuan pada tumbuhan seperti waktu itu sebenarnya berdampak pada tubuhnya yang akan menjadi mudah lelah selama seminggu.

Flora iseng menurunkan kaca mobil, membiarkan kencangnya hembusan angin menerpa wajahnya. Dan saat ia kembali menutup kaca jendela, sehelai daun mapple jatuh di pangkuannya. Ia mengambil daun itu. Seketika ia merasakan sesuatu dalam dirinya, seperti ada yang bergejolak. Rasa itu membuat Flora berpikir, rasanya seperti ia sudah pernah merasakan ini sebelumnya. Dan yang membuatnya kembali tersadar, dari mana daun mapple ini tiba, padahal sepanjang jalan mereka melewati hutan pinus dan saat ini sedang musim semi.

Flora mengangguk, ia paham mengapa daun itu bisa tiba di dirinya. Diam-diam dia menyimpan daun itu di dalam tas tangan yang dibawa.

"Luna, bagaimana pendapatmu mengenai penyerangan yang terjadi sebulan belakangan?" Tanya Delta James.

Flora menoleh, berpikir sejenak. "Entahlah. Tapi aku merasa ini terlalu sering dilakukan oleh kelompok rogue yang sama. Apa luka yang mereka dapatkan bisa sembuh berkali-kali lebih cepat dari Gerald? Ataukah mereka memiliki sesuatu yang membantu mereka, maksudku bantuan?"

Perkataan Flora membuat Gerald sadar. Yang dikatakan wanita itu benar, selama ini ia dan pasukannya melawan orang yang sama tapi dengan kondisi tubuh yang lebih baik. Jika mereka benar mendapat bantuan, siapakah kiranya yang dapat memulihkan tubuh mereka dalam waktu sesingkat itu?

***

"Alpha Silver Redmoon pack telah tiba, Ibu Suri." Ujar seorang pria pada wanita yang duduk di kursi paling besar.

Wanita yang dipanggil Ibu Suri itu mengangguk. Pria yang melapor tadi melangkah ke luar dan kembali bersama Gerald dan yang lain. Flora dan Gerald duduk di kursi yang telah disediakan, Jack dan James berdiri di belakang Flora dan Gerald.

"Selamat datang di kediamanku yang sederhana ini, Alpha." Seru Ibu Suri.

Gerald tersenyum, "Aku yakin kedatanganku kemari telah kau ketahui bahkan jauh sebelum ini terjadi, Ibu Suri, jadi sepertinya tidak ada lagi yang perlu aku jelaskan lagi."

"Ah, tidak juga, aku hanya kebetulan tahu dan itu tidak banyak. Jadi, apa kau berencana mendatangi kaum lainnya?"

"Sesuai dengan dugaanmu, aku memang akan pergi mendatangi yang lain. Tapi, apakah ada yang sekiranya berseberangan denganku nantinya, Ibu Suri?"

Ibu Suri tersenyum lembut, "Alpha, memang benar ada satu yang berseberangan denganmu, dan aku tahu kau sudah tahu siapa, bukan?"

Gerald mengangguk mengerti. Flora yang sedari tadi memperhatikan hanya bisa takjub. Cara mereka berbicara adalah merendahkan diri masing-masing.

"Apa kau ingin menunggu yang lain? Kebetulan aku tadi mengundang mereka kemari." Tanya Ibu Suri.

"Aku akan menunggu mereka datang, bantuan dari mereka juga dibutuhkan saat ini." Tutur Gerald.

Tidak butuh waktu lama menunggu, mereka yang dimaksud telah datang. Seorang gadis dengan memakai celana jeans hitam, kardigan merah tua dan kaus putih melekat di tubuhnya, juga sepatu boots setinggi lutut berwarna coklat menambah kesan menawan. Gadis itu segera mengambil tempat di antara Gerald dan Ibu Suri.

"Jadi, aku yang datang terlambat?" Tanya gadis itu.

"Tidak juga, sebenarnya ada satu orang lagi, tapi aku tidak yakin dia akan datang, kau tentu tahu." Ujar Ibu Suri.

Gadis itu melepas ikatan rambutnya, membiarkan rambutnya yang dicat ombre merah terurai. Setelah menunggu agak lama, tibalah satu lagi gadis yang mereka tunggu. Dengan napas terengah-engah ia langsung mengambil tempat duduk di antara Ibu Suri dan Flora.

"Kau datang terlambat lagi." Ujar gadis di depannya.

"Kau tahu, aku harus berlari agar bisa sampai kemari tepat waktu, Irina. Aku tidak seperti kau yang bisa memanfaatkan kemampuanmu untuk kemari."

"Shafira, hentikan. Kau juga, Irina, setidaknya dia sudah berusaha kemari walaupun berlari." Ibu Suri menengahi.

Pandangan Ibu Suri beralih ke Gerald, "Maaf atas keributan yang mereka perbuat. Sekarang kita bisa lanjutkan pembicaraan kita tadi."

"Apa hanya segini yang ada?" Tanya Flora tiba-tiba. Wanita itu bahkan terkejut dengan perkataannya sendiri.

"Sebenarnya ada seorang lagi, pemuda, tapi dia bilang tidak bisa hadir." Jawab Irina.

"Baiklah, aku akan memulai. Aku yakin kalian tentu tahu tujuanku mengumpulkan kalian di sini. Alpha Gerald tiga hari yang lalu memintaku mengumpulkan yang lain, meski hanya kalian berdua yang datang, itu sudah lebih dari cukup. Sekarang, untuk lebih jelasnya aku serahkan pada Alpha Gerald yang akan menjelaskannya." Ibu Suri membuka.

Pandangan semua orang yang hadir tertuju pada Gerald. Pria itu dengan tenang menjelaskan apa yang terjadi pada pack-nya saat ini dan juga menjelaskan alasan mengapa ia meminta Ibu Suri meminta yang lain berkumpul.

"Aku yakin ada campur tangan penyihir dalam kasusmu, Alpha Gerald, karena tidak mungkin werewolf bisa meregenerasi luka parah dalam waktu sehari. Itu sangat tidak masuk akal, bahkan kau yang notabene seorang Alpha saja butuh waktu beberapa hari untuk luka parahmu pulih." Terang Shafira. Irina juga setuju dengan pendapat temannya itu.

"Aku sudah menduganya, jadi langkah apakah kalian bersedia membantuku? Jujur saja aku sekarang ini telah kekurangan pasukan, jika tidak ada bala bantuan, maka pack yang telah dibangun leluhurku akan hancur." Tutur Gerald.

"Tenang saja, kami akan membantu, tapi aku tidak janji akan secepatnya karena aku tidak tahu mereka bisa membantu dalam waktu dekat ini." Sahut Irina.

Gerald mengangguk lemah, "Apapun bentuk bantuannya akan aku terima."

"Maaf sebelumnya, Alpha Gerald, tapi sebaiknya kau kembali ke pack karena mereka berencana melakukan penyerangan lagi." Ujar Ibu Suri tiba-tiba.

Mendengar itu, Gerald segera memohon diri bersama dengan istri dan anak buahnya. Jack dengan cepat melesat menuju pack dengan mobil.

"Sebenarnya dia sudah memiliki seseorang yang akan banyak membantu, hanya saja dia belum bangkit." Seru Irina.

"Kau juga merasakannya?" Tanya Ibu Suri pada Irina yang dibalas anggukan. Ibu Suri juga menanyakan hal yang sama dan mendapat jawaban yang sama pula.

"Dua malam lagi dia akan bangkit di bawah benderangnya purnama ke delapan." Ujar Shafira.

Ibu Suri menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi. Dia tersenyum tipis melihat dua gadis di depannya berdebat.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Love My LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang